Mohon tunggu...
Irda Handayani
Irda Handayani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Blogger | Writer | Graphic Designer | Founder of Rumah Blog Indonesia | www.rumahblogindonesia.web.id I www.irda.web.id

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Posisi Empati Terhadap Penderita Kanker Payudara

13 Juni 2012   12:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:01 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Saya pernah membahas tentang pengaruh lingkungan dan tingkat stress yang mempengaruhi kesehatam seorang penderita, baik itu penderita penyakit yang tidak berbahaya maupun penderita penyakit yang sangat berbahaya. Faktor pikiran sangat besar porsinya dalam menentukan apakah seseorang itu akan selalu sehat atau apakah seorang penderita itu akan cepat membaik atau justru semakin parah.

Contoh yang saya angkat kali ini tidak jauh dari penderita kanker payudara, baik itu untuk stadium dini, atau masih berbentuk FAM, atau stadium lanjut, atau bahkan para mantan penderita kanker payudara. Bagi seorang penderita kanker payudara yang stadium dini atau masih mengalami gejala FAM, perubahan pada bentuk payudaranya tidak terlihat secara kasat mata, namun bukan berarti si penderita tersebut baik-baik saja.

Orang awam yang tidak mengetahui secara detail bagaimana menangani atau berinteraksi dengan penderita stadium dini ini, biasanya akan bersikap biasa saja atau kebalikannya, cenderung ekstrim dengan melakukan berbagai tindakan yang membuat tidak nyaman si penderita. Memang, bagi si penderita, penyakit yang masih bisa ditangani dengan cara yang sederhana itu tidak harus menyedot semua perhatian orang dan mereka tidak ingin dikasihani, tapi tidak pula kita harus cuek kepada mereka.

Bersikap biasa saja, dalam artian bertingkah laku secara wajar dan berusaha untuk tidak terlalu banyak menyingung perasaannya atau tidak mengusik pikirannya. Bila penderita mengalami kejadian yang tidak menyenangkan hatinya dan kemudian menjadikan pikirannya selalu bercokol dengan segala kemungkinan mengerikan hingga pada akhirnya akan semakin menggerogoti tubuhnya, maka itulah kondisi yang sangat berbahaya.

Bahkan ketika masalah berat yang mengguncang jiwa dan memporak-porandakan pikiran saja bisa merusak diri meskipun dengan kondisi tubuh yang sehat, nah, bayangkan bila hal itu terjadi pada si penderita. Hal sederhana inilah yang tidak dipahami dan tidak dimengerti dengan baik oleh orang-orang di sekitar penderita.

Penderita kanker payudara stadium dini atau penderita FAM memang terlihat seperti orang-orang kebanyakan, tidak ada yang berubah pada kondisi fisik mereka. Hal yang tentunya berbeda pada para penderita kanker payudara yang telah mencapai stadium lanjut. Maka, cara menghadapinya juga berbeda. Apa yang tidak terlihat itu biasanya lebih berbahaya daripada apa yang tampak. Benjolan yang masih sebesar kelereng tidak akan berarti apa-apa dibandingkan dengan payudara yang telah membusuk atau telah mengalami fase mastektomi (pengangkatan payudara), mind set itu yang harus diubah.

Fase apa pun yang sedang berlangsung atau stadium berapa pun yang disandang, itu bukanlah vonis akhir bagi seorang penderita kanker payudara. Baik stadium dini maupun stadium lanjut, penderita kanker payudara tetap berhak mendapatkan perlakuan yang lebih baik dari orang-orang di sekitarnya. Perhatian dan penanganan lebih dari kita seharusnya tidak didasarkan dari kritis atau tidaknya hidup si penderita, berat atau ringannya penyakit si penderita, miskin atau kayanya si penderita, atau faktor-faktor keduaniawian lainnya.

Tetapi mind set dangkal itu tidak akan pernah bercokol di benak orang-orang yang pernah mengalami penyakit ini-mantan penderita kanker payudara- atau mereka yang mengalami hal ini-si penderita- atau mereka yang keluarga atau orang yang dicintainya mengalami hal ini. Mereka akan paham dan mengerti bagaimana cara untuk menyikapi si penderita dengan baik. Meski mungkin tidak dengan tindakan yang mewah atau kata-kata yang menjemukan, tapi mereka akan melakukan semua hal dengan penuh ketulusan, niat untuk membantu dan ikut merasakan beban si penderita.

Terkadang sikap empati itu terbentuk karena kita pernah merasakan atau melihat apa yang mereka-para penderita-rasakan. Tindakan sosial yang tulus berasal dari pengalaman dan pengamatan yang mendalam tentang perasaan si penderita. Jangan bertindak terlalu kasar, dan jangan pula bertindak terlalu lembut. Bersikap biasa saja, tanpa harus diartikan sebagai sikap cuek atau ketidakpedulian. Terlepas dari penyakit apa yang sedang mendekam di dalam tubuh, mereka terlihat sama seperti kita, sama-sama sebagai seorang penderita. Semoga, kita mau menyisakan sedikit ruang untuk lebih mengerti dan memahami apa yang dirasakan oleh penderita kanker payudara.

Salam Kampanye SADARI :)

130612

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun