Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Program TV Ramadan: "Ramadan for Fun" atau "Ramadan for Istighfar"?

21 Juni 2017   13:37 Diperbarui: 21 Juni 2017   16:10 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)

Acara Ramadan tahun ini dihiasi oleh sejumlah selebritis ala Cak Lontong dan Armand Maulana yang memberikan tausiahnya tentang pengalaman beragamanya. Di samping itu banyak ustad lainnya yang jadi langganan hadir memberikan nasihat dan kajiannya seperti AA Gym, Quraish Shihab, Yusuf Mansyur, Arifin Ilham, dan Syekh Ali Jaber. Variasi acara juga beragam seperti adanya acara Indahnya Tadarus bersama Yusuf Mansur di Metro TV, Jejak Masjid Nusantara (Kompas TV), The Journey of a Backpacker (Trans 7), Lomba Hafiz/Penceramah(Asia Top 6-Indosiar), Muslim di Rantau (VOA-TVRI), dan lainnya yang memang hadir khusus di bulan ini.

Namun yang agak berbeda mungkin TV One dengan tayangan serial tv dari Turki yang hadir sebelum dan saat sahur, yang sepertinya agak di luar pakem sebelumnya yang berisi tayangan program sahur, katakan di rumah pejabat atau public figure. Memang tidak semua televisi mau menayangkan program secara langsung saat sahur, mengingat tidak semuanya punya "tradisi" dan program tetap yang memudahkan mereka berganti shift dengan tim lainnya bila harus begadang saat sahur. Hanya Net TV, Trans 7, ANTV, dan Indosiar yang secara masif dan kontinu melakukan tayangan langsung saat sahur.

Jenis acaranya hampir mirip dengan tahun lalu selain ceramah monolog, ceramah interaktif, kuliner Ramadan, dialog agama, kultum (kuliah tujuh menit), lomba hafiz/ceramah, dan yang marak panggung komedi yang melibatkan banyak artis terkenal dan populer yang konten acaranya tidak ada hubungannya dengan acara Ramadan itu sendiri seperti acara di ANTV, Trans 7, dan Net TV.

Memproduksi acara Ramadan bagi stasiun televisi memang memerlukan banyak sumber daya manusia dan perangkat yang memadai serta kerja nonstop yang memang hanya dimiliki oleh stasiun TV besar. Kemungkinan TV One tidak melakukan siaran langsung saat sahur karena energinya harus terbagi dengan siaran langsung sepak bola yang juga tidak berhenti saat Ramadan; Perpindahan lokasi dan kota pasti merupakan kerja panjang dan rumit apalagi harus siaran langsung setiap harinya -entah ada berapa tim EFP (Electronic Field Production) harus disiapkan melakukan puluhan bahkan ratusan pertandingan sepak bola Liga 1 dan Liga 2.

Namun dari sejumlah program Ramadan di televisi, faktanya, hanya sedikit yang bermakna dan punya kedalaman dalam menemani muslim dalam berpuasa. Pilihannya selain Tafsir Al Misbah (Metro TV), Tausiah Ramadan AA Gym(Trans TV), Jejak Islam Nusantara (Kompas TV), The Journey of a Backpacker(Trans 7), Sholat Tarawih Langsung dari Mekah (Kompas TV & Jak TV), Muslim Traveler (Net TV), Hijab Traveler (Trans TV)serta Asia-Top 6(Indosiar).

Pilihan ini bisa saja subjektif tapi memang makin kita mengenal agama Islam, kita makin paham bulan suci Ramadan yang hadir setiap bulan sekali ini harus disyukuri kehadirannya dan dimanfaatkan sebagai ladang amal ibadah yang banyak gunanya buat mereka yang masih hidup agar lebih arif dan saleh serta buat bekal saat kita dipanggil-Nya. Kedalaman dalam memaknainya memang haruslah ditandai oleh pemahaman akan makna Ramadan itu sendiri, dan itulah yang membuat Aa Gym dan Quraish Shihab dengan tutur katanya yang lembut, ikhlas, dan logis mampu membuatnya lebih punya "keterikatan" moral dengan penontonnya. Maaf kalau saya bisa rasakan dengan para selebritis yang memberikan tausiah, ada pertanyaan di batin, ini "beneran" atau cuma "kosmetik" -maaf kedalaman dalam mengucapkan pilihan kata saat berceramah itu perlu wawasan, visi dan jam terbang yang tinggi. Penceramah macam Almarhum Cahyono (Jayakarta Grup), dan Komar (4 Sekawan) pada awalnya juga mengalami hal yang sama ketika dia berusaha mengubah image-nya dari tokoh komedi menjadi tokoh yang serius.

Sekali lagi agama itu bukan jadi bahan guyonan dan komedi yang ditampilkan dengan program ketawa-ketiwi padahal saat sahur adalah saat tepat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena bisa jadi Ramadan tahun ini merupakan Ramadan terakhir. Apalagi banyak adegan para selebritis yang bukan muhrimnya saling berpegangan tangan, dengan gestur yang "mengundang", seolah-olah menyiratkan Ramadan itu cuma menahan lapar dan haus saja, bahkan ikut menggambarkan betapa dangkalnya pemahaman para kreatornya tentang Ramadan. Padahal, masih banyak tema dan kajian dan Ramadan bisa digali potensinya untuk potensi acara baru, misalnya Kajian Hadits Sahih Nabi Muhammad, Kisah Sahabat Nabi, Riwayat Muslim/Muslimat Sukses dalam aneka profesi, Tanya Jawab Masalah Agama Islam, Sejarah Islam dunia dan nusantara, dan Lomba Lagu-lagu Muslim (nasional dan internasional).

Kesimpulannya sepanjang acara Ramadan hanya melakukan pendekatan ke dagang atau komersial dan juga rating, penonton pasti tahu makna banyaknya built-in sponsor terpampang di panggung program tersebut serta adegan kurang pantas di dalamnya, artinya hanya Ramadan for Fun bukan Ramadan for Istighfar.    

dokumen pribadi
dokumen pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun