Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Saraswati dan Penumbuhan Rasa Percaya Diri

11 Mei 2019   07:08 Diperbarui: 4 Juli 2020   10:56 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Sejumlah siswa SMAN 1 Denpasar menaruh sesaji di depan pintu masuk sekolahnya, Sabtu (8/3/2014). Dalam rangka menyambut Hari Raya Saraswati, pihak SMAN 1 Denpasar mengadakan sembahyang bersama yang diikuti oleh seluruh siswa, guru, dan staf di sekolah tersebut. (Tribun Bali/Andriansyah)

Menatap matahari pagi pada 11 Mei 2019 adalah hari penuh rahmat. Hari Raya Saraswati memanggil umat Hindu untuk bersimpuh dengan takzim dan memaknai bahwa ilmu pengetahuan adalah milik Tuhan, yang disimbolkan dalam narasi sang dewi yang cantik nan jelita. Sungguh menarik memilikinya, karena dapat membawa sang diri ini menuju kebahagiaan di pantai idaman kehidupan. 

Dalam narasi keindahan sang ilmu, simbolisasi banten saraswati yang dihaturkan dalam susunan lontar, buku, beserta data dalam bentuk cd dan dokumen lain adalah sebuah mantra, dilantunkan dalam memuji sang pemilik pengetahuan dan berjanji terus untuk tidak lelah belajar. 

Membanting otak untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya guna mencari rahasia besar yang terkandung di dalam benda besar yang bernama dunia ini. Lalu dengan memasang pelita dalam hati sanubari, yaitu pelita kehidupan jiwa, untuk terus mengorek rahasia alam.

Pertanyaan sarkastis semakin menohok pikiran dalam wujud autokritik, sudahkah kita bersedekah dengan memanfaatkan ilmu yang miliki? Jawabannya ada dalam diri, sebab pesona ilmu pengetahuan semakin berarti dari zaman ke zaman, seiring ilmu itu diabdikan dan bermanfaat bagi masyarakat luas. 

Lalu, jika abai mereka akan diuji, seperti kata orang bijak dengan tiga perkara: pertama, kematian sehingga menyebabkan ilmunya hilang; kedua, menjadi lupa; ketiga, dekat dengan penguasa, sehingga ilmunya menjadi lenyap. 

Dalam dimensi mensedekahkan ilmu, serat Bhagawad gita berpesan persembahan ilmu pengetahuan adalah persembahan yang utama. Kapan harapan itu terlaksana, mengabdikan ilmu tanpa mengharapkan hasil. Kini semakin menjebak sebagaian manusia dengan sebuah dalil, tak ada makan siang gratis, ilmu yang didapat dengan biaya mahal harus dijual dengan harga yang mahal juga. 

Walaupun ceramah spiritual, namun semuanya kerap hadir dengan beragam tarif. Manusia berilmu sekan masuk ke zona kegelapan materi. 

Pesan indah layak disimak: barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya, seakan terabaikan dalam glamour-nya dunia. 

Lalu pada dimensi itu dibutuhkan hati lumer sehingga dapat mentransformasi di dalam diri, lalu dapat inspirasi keluar bil keluar sang diri. Bak nyala lilin, mengubah dirinya dari padat ke cair, dan memberi penerangan keluar. 

"Hari Raya Saraswati memanggil umat Hindu untuk bersimpuh dengan takzim dan memaknai bahwa ilmu pengetahuan adalah milik Tuhan, yang disimbolkan dalam narasi sang dewi, yang cantik nan jelita."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun