Mohon tunggu...
Rinnelya Agustien
Rinnelya Agustien Mohon Tunggu... Perawat - Pengelola TBM Pena dan Buku

seseorang yang ingin menjadi manfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kena Tulah

31 Juli 2017   21:27 Diperbarui: 8 Oktober 2019   09:00 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Surdi gila karena makan ayam goreng,  begitulah kabar burung yang sedang populer dibicarakan di desaku. Surdi gila karena kena tulah ayam. Kabar burung itu berhembus lebih cepat dari kecepatan elang yang sedang terbang, menukik tajam ke seluruh telinga warga desa kami, lalu meyakininya seyakin matahari selalu terbit dari timur. 

Seperti lazimnya penduduk desa lainnya, di rumah Surdi yang ditinggali oleh Surdi, adek dan emaknya, juga dihuni oleh ayam dan bebek. Kedua hewan wajib yang dimiliki oleh tiap keluarga di desa ku,  telornya bisa dijual atau dikonsumsi sendiri, ketika sudah dewasa bisa juga dijual atau dipotong kalau ada hajatan keluarga. Ayam dan bebek menjadi sumber utama penghasil uang di desaku. 

Semua bermula sejak Surdi mendapatkan sepasang ayam dari pamannya yang tinggal di pulau seberang. Surdi girang sekali ketika pamannya datang membawa hadiah sepasang ayam jantan dan betina yang sudah siap kawin. Akhirnya dia punya sepasang ayam baru, melengkapi sepasang bebek yang sudah dibelinya dari uang pesangon.

Sejak lulus SMP, Surdi tidak lagi melanjutkan sekolah. "Otakku sudah ndak sanggup lagi, memorynya sudah full" jawabnya tegas setiap ditanya kenapa tidak melanjutkan sekolah lagi. Sudah hampir setahun ini Surdi jadi pengangguran, sebelumnya dia jadi buruh di pabrik tekstil selama 3 tahun. Kondisi ekonomi negara yang lesu mengakibatkan PHK besar besaran, Surdi pun kena gilirannya. Uang pesangon yang tidak seberapa sudah habis buat perbaikin atap rumah yang bocor, bayar kredit motor, bayar sekolah adeknya yang sudah nunggak 6 bulan, beli beras dan sembako, belum lagi Santi, pacarnya nagih janji beli hp yang luasnya setelapak tangan, untungnya dia sempat menyisakan uang pesangon untuk beli sepasang bebek. Dan kini dia dalam perjalanan menuju  pengusaha telor ayam dan bebek, yang menjadi cita citanya. 

"Sur ini ayam bawa hoki, dibiarin aja telurnya gak usah ente ambil. ente kan udah punya ayam lain yang telornya ente biasa jual. kalo ayam yang ini jangan. inget inget pesen ane ya sur" pesan pamannya yang selalu menggunakan ane-ente, kalau ditanya alasannya "keren aja pake ane-ente, ane jadi keliatan lebih alim" jawab pamannya.

"Iya man, bakal saya jaga ayamnya. emangnya kenapa telornya man? kalau kebanyakan ayam, saya yang tekor man, beli makanan ayamnya bakal banyak" 

"ah ente gak usah banyak tanya, pokoknya pesen ane harus ente inget Sur" tegas pamannya

 

***

"sayangku kenapa kok sedih begitu" tanya ayam jantan suatu sore sambil mematuk matuk tanah mencari sesuatu yang bisa dimakan

"aku sedih mas, tiap maghrib kamu nindihin aku, terus aku bertelor, tapi aku tidak punya banyak waktu untuk mengerami calon anak kita, sudah kedahuluan diambil Surdi. Aku ini bukan seperti mereka" kata betina melihat ayam ayam lainnya yang menjadi penghuni halaman belakang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun