Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Candu Baru Itu Bernama Media Sosial

15 Agustus 2017   08:59 Diperbarui: 16 Agustus 2017   08:08 7907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah iklan dari Talkspace, yang menawarkan konseling secara online, untuk meningkatkan kesadaran akan adiksi media sosial (Sumber: BBC Indonesia/TALKSPACE).

"Remaja Cina tewas di 'pusat pengobatan kecanduan' internet" Ini judul berita di BBC Indonesia (14/8-2017). Selama ini kecanduan yang dikenal luas terjadi karena pengaruh narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) serta obat-obatan psikotropika yang dipakai di luar keperluan medis.

Kecanduan terkait dengan penggunaan Internet untuk media sosial dan game online sudah sampai pada tahap adiksi media sosial. Kecanduan adalah sesuatu yang menjadi kegemaran, tapi karena kegemaran sudah melewati ambang batas akhirnya sampai pada tahap adiksi (ketergantungan yang berlebihan terhadap sesuau secara fisik dan psikologis).

Belakangan ini kehidupan banyak orang seakan-akan sudah sampai pada kondisi tiada hari tanpa mengecek media sosial.

Penggunaan internet yang sudah sampai pada tahap adiksi, terutama game online, sudah masuk ke ranah kesehatan fisik dan psikis. Banyak orang yang kalang-kabut kalau telepon pintarnya ketinggalan atau baterai ponselnya habis.

Banyak orang tua di Cina yang terpaksa membawa anak-anak mereka yang sudah adiksi internet ke tempat-tempat yang mengiklankan diri bisa mengobati kecanduan terhadap internet. Orang-orang tua itu mengaku tidak bisa lagi mengatasi kecanduan anak-anak mereka terhadap internet.

Bermunculanlah tempat-tempat yang menyebutkan dirinya sebagai tempat untuk merawat anak-anak yang kecandungan internet. Ada yang menjual program dengan kemasan psikologis dan fisik. Celakanya, dikabarkan ada yang memakai cara-cara militer dalam mengangani anak-anak yang kecanduan internet tersebut. Insiden kekerasan pun terjadi yang akhirnya sampai pada kematian.

Biar pun sudah banyak kasus kekerasan dan kematian di tempat-tempat pengobatan itu, seperi dengan memukul dan terapi kejut listrik, tapi tetap saja banyak yang mencari pengobatan kecanduan Internet.

Setelah kasus kematian di pusat pengobatan kecanduan itu muncul reaksi keras dari berbagai pihak di Cina. Tapi, banyak juga yang menyalahkan orang tua yang tidak bisa mengatasi masalah anak-anaknya.

Sebelum kematian di pusat pengobatan kecanduan Internet di Cina itu, "BBC Indonesia" sudah sudah melaporkan bahwa ketergantungan terhadap media sosial jauh lebih parah dampak fisik dan psikologisnya daripada alkohol dan narkoba (Media sosial: Ketergantungan yang 'lebih parah daripada alkohol atau narkoba, 9/5/2017).

Ketika seseorang tidak dapat mengelak dari godaan untuk mengecek e-mail, Facebook, WhatsApp, Twitter atau Instagram di jam kerja di kantor atau ketika mengemudi dan akan gelisah ketika tidak ada sinyal itu menunjukkan ybs. sudah membutuhkan intervensi terkait dengan perilaku. Laporan BBC menyebutkan beberapa tahun terakhir pemakai Internet untuk media sosial yang tidak bisa jauh dari perangkat ponselnya mencari pengobatan.

Terapis yang menangan kecanduan Internet menawarkan konseling berupa pelatihan mindfulness (membawa perhatian seseorang ke diri dan momen sekarang) mengadakan retret untuk detoks, dan perusahaan rintisan yang bergerak di corporate-wellness (kebijakan yang mendukung perilaku sehat di sebuah perusahaan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun