Hari Kemerdekaan Republik tercinta ke-72, Republik Indonesia yang kucinta, kubanggakan, tampak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Gempita perayaan terasakan jauh-jauh hari. Di kompleks perumahan tempat tinggalku, perayaan sudah dimulai sejak Sabtu, 12 Agustus 2017, dan itu merupakan serangkaian kegiatan yang melibatkan keluarga, warga sekompleks. Unik dan layak dicatat bahwa banyak keluarga yang mengatakan kalau kegiatan itu adalah yang paling mengesan, seru, dan menyemangatkan.
Kebetulan, di kompleks kami baru saja dibentuk ketua RT, RW, dan bahkan program lain terkait pengkinian data kependudukan. Maklumlah, selama ini semua hal diurus oleh pihak yang disebut "Town Management Division (TMD)".
Dengan adanya tim yang mengurusi soal warga, maka banyak program yang mulai direncanakan. Pemahaman saya, semua ini adalah wujud membangitkan rasa kebersamaan, kepedulian antar warga dan kawasan, serta rasa memiliki Indonesia pada umumnya.
Momen yang Tepat
Sabtu, tanggal 12 Agustus 2017, kawasan perumahan tinggalku mengadakan lomba sepeda hias bagi peserta anak-anak, lomba catur, lomba makan krupuk, balapan bawa kelereng dalam sendok oleh anak-anak, lomba mewarnai dengan peserta anak-anak.
Hari ini, 17 Agustus 2017, ada kompetisi sepak bola dengan peserta pria memakai daster. Masih ada lanjutannya, Sabtu, tanggal 19 Agustus 2017, diadakan bazar yang diikuti oleh setidaknya lebih dari 20 peserta, lomba masak nasi goreng untuk pria, lalu acara keakraban pada sore harinya.
Apapun itu, semua harus dimulai dari sekarang. Bentuk sekecil apapun, semua harus dimulai, konsisten diperjuangkan, dan digemakan terus-menerus dan berkelanjutan. Kini adalah era generasi milenial. Lain dulu, lain sekarang. Pendekatan dan strategi meningkatkan kesadaran berbangsa tentu berbeda dan mengalami perubahan dibanding zaman aku kecil dulu. Pun menghidupkan kembali semangat berbangsa bisa dimulai dari kegiatan bermanfaat dalam beragam bentuk dan kategorinya.
Apa yang kulakukan untuk Indonesia?
Pertanyaan sekalimat namun sungguh membuka banyak kemungkinan jawaban dan perenungan, tentunya. Dan itu juga dalam pengertian mikro dan makro. Mikro, meliputi hal terkait keseharian dan keidupan pribadi. Makro, tentu mencakup skope yang lebih luas, dan mungkin merujuk pada peran kita sebagai bagian dari masyarakat atau institusi yang lebih besar dan formal.
Harapan dan Kepedulian Sesuai Kapasitas
Dalam tataran nasional, kuberharap agar pemerintah dan pihak berkompeten semakin fokus pada strategi dan solusi masalah-masalah krusial, misalnya pemberantasan korupsi, masalah narkoba dan pengedar serta pecandunya, masalah tata kelola lingkungan -- dari soal sampah, sampai kepedulian warga di lingkungan masing-masing yang dimulai dari diri sendiri dan keluarga, dan sebagainya.
Dalam kapasitas individu, kulakukan semacam sosialisasi dan kampanye dalam bentuk memberi peringatan terhadap para pelanggar kedisiplinan soal sampah, dan hal semacamnya. Banyak kujumpai anak-anak usia Sekolah Dasar yang mulai belajar merokok, dan itu mereka lakukan sepulang sekolah, mungkin. Mereka juga mulai suka berbondong-bondong naik motor di jalanan kawasan tempat tinggalku. Kuingatkan mereka agar jangan boroskan uang buat beli bensin dengan sia-sia. Kuingatkan mereka untuk berhati-hati naik motor, dan hal semacamnya.
Mereka itu bukan dari warga kawasan tempat tinggalku. Mereka datang dari wilayah lain. Saat aku berjalan kaki, melewati kerumunan anak-anak itu, kudekati dan kuajak senyum. Kusampaikan pesan yang mungkin sangat minim kata, namun kusampaikan setulus hati dan dengan harapan agar itu sedikit memberi pengertian kepada mereka tentang bahaya merokok untuk kesehatan, tentang menggunakan waktu dengan berguna, tentang mengendarai motor dengan hati-hati dan bertanggung jawab, dan sebagainya.