Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pendidikan Tinggi Bukan Jaminan Kesuksesan, Benarkah?

1 Februari 2019   23:40 Diperbarui: 2 Juli 2021   05:47 2830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan tinggi bukan jaminan kesuksesan (Sumber: pixabay.com)

Pola pikir oran tua saat ini adalah berusaha untuk menyekolahkan putera-puterinya di jenjang setinggi-tingginya. Tidak sedikit orangtua yang berusaha keras agar anaknya dapat merasakan bangku kuliah dengan harapan dapat menjadi jembatan kesuksesan. 

Apakah itu salah?

Tidaklah salah karena memang persaingan dalam dunia kerja saat ini sangatlah ketat. Untuk menjadi pekerja kantoran contohnya lebih didominasi bagi mereka yang memiliki riwayat pendidikan di level diploma ataupun sarjana. Kesempatan untuk mereka yang hanya mengenyam bangku SMA sederajat sebenarnya masih ada hanya kuota yang tersedia tidak banyak dan hanya menempati pos kerjaan tertentu saja seperti administrasi.

Realita kadang berkata lain, banyak orang yang memiliki pendidikan tinggi justru hanya berkutat pada roda perekonomian yang itu-itu saja atau lebih bersifat stagnan. 

Baca juga: Di Balik Pendidikan Tinggi Seorang Perempuan

Saya tertarik dengan quote Bob Sadino yang menyatakan, "Orang pinter gampang cari kerja, dia jadi karyawan. Orang goblok susah cari kerja, dia buka usaha. Akhirnya banyak orang pintar yang punya bos orang goblok." Ungkapan ini memang terdengar menohok namun memang banyak kasus yang mencerminkan ungkapan tersebut.

Bob Sadino. (Sumber Ekonomi Kompas)
Bob Sadino. (Sumber Ekonomi Kompas)
Mark Zuckerberg, pendiri Facebook yang drop out saat kuliah sehingga hanya bertitel lulusan SMA, Bill Gates, pendiri Microsoft pun bernasib serupa dengan Zuckerberg yang tidak lulus bangku kuliah, Eka Tjipta Widjaja, salah satu pengusaha terkaya di Indonesia keturunan Tionghoa yang hanya merasakan pendidikan setingkat SD hingga Inul Daratista, penyanyi dangdut top di Indonesia yang ternyata tidak lulus SMP, namun kini berhasil mengembangkan bisnis karaoke keluarga Inul Vizta dan menjadikan dirinya salah satu selebritis terkaya di Indonesia.

Meskipun Mark Zuckerberg dan Bill Gates adalah sosok yang jenius namun karena kecintaannya pada kemajuan teknologi dan informasi telah mematahkan anggapan bahwa mereka yang drop out tidak akan menjadi orang yang sukses. 

Kenyataan kini justru para lulusan universitas terkemuka hingga para pakar yang ahli di bidang tertentu berebut untuk mendaftar di perusahaan mereka. 

Kenapa hal itu bisa terjadi?

Orang yang mengenyam bangku kuliah justru sangat susah keluar dari zona nyaman. Di pemikiran mereka, setelah lulus harus bekerja di perusahaan yang prestige. Artinya pola berpikir yang terbentuk adalah, saya harus menjadi pekerja yang digaji oleh orang lain atau perusahaan. 

Baca juga: Mengapa Pendidikan Tinggi Sangat Penting bagi Perempuan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun