Mohon tunggu...
Humaniora

Waspadai, Ideologi Terorisme Merasuk dalam Hati dan Pikiran

21 November 2015   16:18 Diperbarui: 21 November 2015   16:23 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kelompok radikal terorisme sebenarnya tidak memiliki ciri-ciri fisik tertentu. Bukan berarti orang berjanggut panjang dan memakai celana cingkrang itu adalah teroris. Pendapat itu hanya stereotip atau penilaian yang sempit dan tidak mendasar sama sekali.

Yang perlu diketahui, terorisme itu terkait dengan ideologi. Nah, salah satu ciri bahwa seseorang terbilang mulai radikal adalah ketika ia dengan mudahnya menyebut kafir orang lain. Kemudian, menginginkan khilafah dengan cara kekerasan dan bertentangan dengan demokrasi, bahkan menyimpangkan makna jihad.

Kelompok radikal terorisme melakukan tindakan dengan memiliki akar keyakinan, doktrin dan ideologi yang dapat menyerang kesadaran masyarakat. Mereka memiliki sikap yang memimpikan perubahan secara total dan bersifat revolusioner dengan cara-cara keliru dan salah.

Mereka berusaha menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis lewat kekeraan dan aksi-aksi yang ekstrem. Adapun beberapa ciri kelompok radikal terorisme yang bisa dikenali dari sikap mereka, yaitu pertama, intoleran atau tidak mau menghargai pendapat dan keyakinan orang lain. Kedua, fanatik yaitu selalu merasa benar sendiri; menganggap orang lain salah.

Ketiga, eksklusif yaitu membedakan diri dari umat Islam umumnya. Keempat, revolusioner yaitu cenderung menggunakan cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuan.

Nah, memiliki sikap dan pemahaman radikal saja tidak mesti menjadikan seseorang terjerumus dalam paham dan aksi terorisme. Ada faktor lain yang memotivasi seseorang bergabung dalam jaringan terorisme. Motivasi tersebut disebabkan beberapa faktor. Pertama, Faktor domestik, yakni kondisi dalam negeri seperti kemiskinan, ketidakadilan atau merasa kecewa dengan pemerintah.

Kedua, faktor internasional, yakni pengaruh lingkungan luar negeri yang memberikan daya dorong tumbuhnya sentimen keagamaan seperti ketidakadilan global, politik luar negeri yg arogan, dan imperialisme modern negara adidaya.

Ketiga, faktor kultural yang sangat terkait dengan pemahaman keagamaan yang dangkal dan penafsiran kitab suci yang sempit dan leksikal (harfiyah). Sikap dan pemahaman yang radikal dan dimotivasi oleh berbagai faktor di atas seringkali menjadikan seseorang memilih untuk bergabung dalam aksi dan jaringan terorisme.

Karena itulah, penyebaran ideologi sangat berbahaya karena dapat merasuk pada pikiran dan hati seseorang. Pada hal ini perlu mendapat perhatian lebih. Maka kita harus melakukan berbagai cara dan upaya agar dapat mencegah dan menangkal segala bentuk propaganda, ideologi dan paham yang mengajak pada kebencian dan kekerasan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun