Mohon tunggu...
Imung Saputra
Imung Saputra Mohon Tunggu... lainnya -

Hanyalah seorang biasa..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Perkembangan Sosial pada Seorang Anak

12 April 2010   02:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:51 13272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Masalah perkembangan manusia tak akan terlepas dari pengaruh lingkungan di sekitarnya. Sebelum hal ini dibahas lebih lanjut, marilah kita melihat beberapa penjelasan pengertian-pengertian di bawah ini.

Pengaruh, berarti daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.[1]

Lingkungan,berarti daerah (kawasan dsb) yang termasuk di dalamnya, golongan, kalangan.[2]

Perkembangan, berarti perihal berkembang ( menjadi besar, menjadi bertambah sempurna- tt perilaku, pikiran, pengetahuan dsb).[3]

Sosial, berarti berkenaan dengan masyarakat.[4]

Manusia, makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain).[5]

Jadi kita bisa simpulkan bahwa manusia sebagai makhluk yang berakal budi secara keseluruhan baik watak, kepercayaan maupun perbuatannya dalam hal-hal yang berkaitan dengan kemasyarakatan dipengaruhi oleh suatu daya yang keluar dari kawasan atau golongan di mana dia tinggal.

Dalam melihat dan mempelajari perkembangan manusia ada banyak persoalan harus dihadapi oleh para peminatnya, baik kalangan ilmuwan ataupun golongan awam. Baik para filsuf, teolog dan para pendidik memiliki cara pandang yang berbeda. Hal ini menggambarkan bahwa ada dugaan yang berbeda tentang hakekat manusia. Pada akhirnya hal ini memunculkan berbagai teori perkembangan.

Ada sebuah kontroversi antara penganut faham perkembangan alamiah dan penganut faham perkembangan bentukan. Golongan yang pertama menganggap bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor genetis, kematangan fisik dan fungsi saraf. Perkembangan universal manusia seperti berjalan, berbicara dan bereaksi terhadap manusia dapat diterangkan secara tepat sebagai hasil bawaan biologis. Pada pihak lain, golongan yang kedua (dalam hal ini ahli lingkungan) menekankan pengaruh lingkungan fisik dan sosial terhadap pola perkembangan jiwa. Perubahan perkembangan jiwa terutama diakibatkan oleh pengalaman hidup mereka. Namun demikian kedua pendapat tersebut masing-masing mempunyai kelemahan. Para psikolog lebih melihat kepada penggabungan keduanya. Keduanya mempunyai peran dalam perkembangan jiwa.[6]

Perkembangan sosial manusia dimulai dari masa bayinya. Bayi merupakan makhluk sosial sejak awal hidupnya. Pada usia satu bulan bayi bereaksi terhadap suara dan wajah seseorang. Antara dua dan tiga bulan bayi mengembangkan senyum sosial, yaitu mereka mulai tersenyum hampir pada setiap orang. Ini merupakan perkembangan yang penting karena mengundang orang dewasa untuk berinteraksi dengan bayi.[7]

Dalam masa perkembangan selanjutnya beberapa hal yang terjadi dalam hidupnya antara lain:

1.Ada proses imitasi dalam kehidupan seorang anak.

Salah satu fungsi darihal meniru ini ialah untuk memajukan interaksi sosial. Anak-anak lebih mungkin meniru suatu tindakan yang telah disetujui, misalnya makan dengan sendok, dibanding suatu tanggapan yang tidak diperhatikan misalnya memukul dua garpu secara serentak.[8]

2.Memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain

Anak usia dua tahun mulai mengarahkan perilaku orang lain.Tujuannya bukan untuk mendapatkan benda tertentu, tetapi untuk mempengaruhi orang dewasa. Anak tidak akan memberi perintah jika mereka tidak berharap orang tua mematuhi mereka. Di sini kita bisa melihat bahwa seorang anak mempunyai kesadaran tentang kemampuannya dalam mempengaruhi orang lain[9].

3.Memiliki empati.

Yang dimaksudkan di sini ialah kemampuan untuk menghargai persepsi dan perasaan orang lain. Hal ini ditunjukkan dengan sikap anak jika mereka melihat orang lain terluka atau tertekan.

Walaupun banyak kemampuan pada tahun kedua seperti memiliki kemampuan meniru, mempengaruhi orang lain dan memiliki empati, perkembangan berikutnya tergantung pada pengalaman seseorang. Untuk anak kecil, pengalaman yang paling penting terjadi dalam keluarga.

Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari suami, istri dan anak yang belum dewasa.[10] Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.[11]

Di dalam keluarga inilah seorang anak belajar untuk berinteraksi berdasarkan empati dan belajar bekerja sama dengan orang lain. Dengan kata lain dalam keluarga anak belajar memegang peranannya sebagai makhluk sosial yang memiliki aturan dan kemampuan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain.

Apa yang dialami melalui interaksi sosial dalam keluarganya turut menentukan tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan sosial di luar keluarga, yaitu di lingkungan masyarakat luas.

Di sini kita melihat bahwa keluarga mempengaruhi seorang anak dalam menjalankan perannya sebagai makhluk sosial (dalam bersosialisasi).

Setelah kita melihat betapa pentingnya peranan keluarga dalam perkembangan sosial seorang anak, sekarang kita melihat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial seorang anak. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1.Status sosio-ekonomi.

Seorang anak yang dibesarkan dengan kondisi perekonomian yang cukup maka dia akan mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan diri. Dalam hal ini status sosial ekonomi sebuah keluarga bukanlah faktor mutlak dalam perkembangan sosial manusia. Namun paling tidak hal ini memberi sumbangan bagi perkembangan sosial seseorang. Bisa saja seorang anak dilahirkan ditengah-tengah keluarga yang berkecukupan namun tidak harmonis, tentunya hal ini tidak akan menguntungkan bagi perkembangan sosial seorang anak.

2.Keutuhan Keluarga.

Seperti telah diterangkan di atas, keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari suami, istri dan anak yang belum dewasa. Apabila salah satu dari unsur-unsur tersebut tidak ada, misal ada ibu namun tidak ada ayah (baik karena meninggal atau bercerai), maka keluarga tersebut tidak bisa dikatakan sebagai keluarga yang utuh lagi. Ini disebut keutuhan keluarga secara stuktur. Disamping itu ada pula keutuhan dalam interaksi, yaitu adanya interaksi sosial yang wajar (harmonis). Ketidakutuhan keluarga tentunya berpengaruh negative bagi perkembangan sosial seorang anak.[12]

3.Sikap dan Kebiasaan Orang Tua.

Cara-cara dan sikap orang tua dalam pergaulannya memegang peranan yang cukup penting dalam perkembangan sosial seorang anak.

Beberapa penelitian telah membuktikan hal ini dan didapati kesimpulan sebagai berikut: Makin otoriter orang tuanya, makin berkuurang ketidaktaatan, tetapi makin banyak timbul ciri-ciri pasivitas, kurangnya inisiatif, tidak dapat merencanakan sesuatu, daya tahan berkurang dan penakut. Sebaliknya sikap demokratis dari orang tua menimbulkan cirri-ciri berinisiatif, tidak penakut, lebih giat dan lebih bertujuan, namun juga menimbulkan kemungkinan berkembangnya ketidaktaatan dan tidak mau menyesuaikan diri.

Bila orang tua terlalu melindungi anak-anaknya maka akan timbul ketergantungan kepada orang tua.

Bila orang tua mengembangkan sikap penolakan terhadap anaknya, maka akan timbul ciri-ciri agresivitas dan tingkah laku bermusuhan pada anak tersebut dan juga gejala-gejala menyeleweng seperti berdusta dan mencuri.

4.Status Anak.

Yang dimaksud sebagai status anak di sini ialah apakah dia anak tunggal, anak sulung atau bungsu di dalam keluarga.[13] Seorang anak tunggal perkembangan sosialnya berbeda dengan yang bukan anak tunggal. Anak tunggal cenderung egosentris, mencari penghargaan secara berlebihan, memiliki keinginan untuk berkuasa secara berlebihan dan mudah sekali rendah diri. Kita melihat di sini corak negatif dalam perkembangan sosial seorang anak tunggal. Anak tunggal cenderung mengalami hambatan dalam perkembangan sosialnya, karena ia tidak terbiasa bergaul dalam kelompok kekeluargaan yang sangat ia perlukan.

Anak yang memiliki saudara lebih aktif dan berambisi dibanding anak tunggal yang pasif dan kurang mau berusaha. Hal ini didasarkan pada kenyataan ketika anak pertama memiliki perasaan dihargai dan diperhatikanorang tua yang lebih besar daripada anak yang kedua dan seterusnya. Anak yang berikutnya justru merasa harus lebih giat berjuang memperoleh penghargaan dan perhatian dari orang tuanya sebesar yang telah diterima oleh kakak pertama.

Demikianlah beberapa hal yang dapat saya jelaskan berkaitan dengan perkembangan sosial seorang anak, semoga bermanfaat.

[1] Hasan Alwi. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 849.

[2] Ibid, 675.

[3] Ibid, 538.

[4] Ibid, 1085.

[5] Ibid, 714.

[6] Paul Henry Mussen dkk. Perkembangan dan Kepribadian Anak Edisi keenam Jilid I (Jakarta: Erlangga, 1998), 9-11.

[7] Ibid, 110-111.

[8] Ibid, 143.

[9] Ibid, 147

[10] Drs. Abu Ahmadi. Psikologi Sosial. (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), 239.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun