Mohon tunggu...
Harun Imohan
Harun Imohan Mohon Tunggu... Psikolog - Saya anak kedua dari tiga bersaudara. Sebagai sarjana muda, saya hanya bisa menulis untuk sementara waktu karena belum ada pekerjaan tetap.

Aku ber-Majelis maka aku ada

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kecanduan Agama

19 September 2017   15:52 Diperbarui: 19 September 2017   17:57 1461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mabuk Pak Haji? Minum Agama, Pasti Kelar

Banyak sekali permasalahan-permasalahan yang dialami oleh manusia saat ini. Permasalahan yang kerap kali terjadi adalah permasalahan klasik, yakni masalah kepercayaan. Seharusnya problematika yang dialami manusia mampu diatasi oleh kepercayaan yang dianut oleh manusia itu sendiri. Akan tetapi, pada kenyataannya semua persepsi kepercayaan manusia terhadap agamanya tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang ada.

Memang tidak bisa dipungkiri, bahwa semua kepercayaan atau agama memiliki substansi yang padat tentang kehidupan. Aspek-aspek yang dimuat juga penuh sekali dengan solusi permasalahan. Tapi mengapa banyak manusia yang masih marah ketika permasalahannya tak mampu diatasi? Bukankah kita harus kembali kepada agama yang memuat segala hal? Anehnya, bukan hanya orang yang awam dengan agama yang selalu marah-marah dengan permasalahan, akan tetapi juga banyak dari kalangan tokoh agama yang seharusnya lebih berpengalaman dalam merasakan keberagamaan.

Negara Indonesia memuat enam kepercayaan umat dalam beragama. Islam, Kristen Protestan, Kristen Katholik, Hindu, Budhadan Konghucu.Semua agama itu mengarah kepada jalan yang satu yakni kontemplasi menuju Tuhan. Meskipun persepsi yang dimuat dalam agama-agama tersebut beragam mengatakan penyebutan untuk Tuhan masing-masing, akan tetapi, sejatinya adalah semuanya satu Tuhan, Tuhan yang satu. Tetapi jika menganggap paham seperti ini, banyak golongan yang menganggap liberal. Tujuan berpikir seperti ini bukan untuk menjadi liberal; menyamakan semua Tuhan dan Agama, akan tetapi, mencari kesamaan akan persembahan manusia terhadap Tuhan yang satu.

Sebagaimana yang ditawarkan oleh agama Islam, yakni Muhasabah diri yang berarti manusia harus lebih mengevaluasi diri sendiri daripada harus mengkorek kesalahan orang lain. Dalam ajaran Kristen juga menyebutkan paham untuk menjalin kasih sayang, memberi tanpa mengharapkan penerimaan kembali. Tak jauh berbeda dengan evaluasi diri, intinya yakni berbenah diri. Tawaran tersebut juga diajarkan oleh umat Hindu dan Budha dengan semedi demi menyelami dan memahami kemampuan diri sendiri dengan berdiam diri dan menjauh dari keramaian untuk mengatur hati dan batin manusia.

Hidup di Negara yang beragam suku, agama dan latar belakang yang berbeda, seharusnya manusia yang ada didalamnya berlomba-lomba untuk saling menjaga perbedaan tersebut dengan menghormati satu sama lain. Realitanya, selain negara ini, negara Indonesia, darurat akan pangan dan perekonomian, juga darurat akan rasa toleransi perbedaan. Permasalahan ini bukanlah masalah baru, akan tetapi masalah klasik yang diperbarui. Maksudnya, permasalahan saling menghormati perbedaan satu sama lain, dahulu di era Soekarno sudah menjadi hal yang darurat namun mampu diatasi dengan ideologi pancasila yang menyatukan semua perbedaan dengan satu tujuan. Pengangkatan permasalahan di era Soekarno yakni oleh Kahar Muzakkar, seseorang yang ingin mendirikan negara Islam di Indonesia dengan mengesampingkan pemeluk agama-agama lain yang ada. Lalu, dibuatlah pancasila yang menjadi pedoman untuk permasalahan tersebut. Telah lama berjalan penyatuan semua perbedaan dalam ideologi Pancasila, kini, di era modern, masalah itu dilahirkan kembali oleh beberapa pihak yang ingin memecah belah dengan dalih persatuan satu warna suku, agama dan ras. Bukan hanya Muslim, pemeluk agama Islam yang menjadi penduduk mayoritas di Indonesia yang ingin menguasai Indonesia, ada juga dari kalangan Kristen yang berlomba-lomba menegakkan keadilan dengan maksud tersembunyi memperbesar jalan dan mengisinya dengan pionir-pionir Kristen untuk menguasai Indonesia.

Dinas tenaga kerja kini mulai bekerja lebih keras untuk mengorek kecurangan ketenagakerjaan yang ada. Meskipun teknis dalam tenaga kerja harus diketahui oleh pihak dinas dengan surat dan tata administrtatif lainnya, banyak juga kecurangan yang luput dari pengawasan. Buktinya, telah ditemukan banyak pekerja Tiongkok yang liar (tanpa surat dan sepengetahuan dinas) bekerja bebas di Indonesia. Pekerja Tiongkok tersebut bekerja dibawah pengawasan perusahaan China. Suatu bukti yang menandakan China dengan kepercayaan agama Budha ingin menguasai perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. Latar belakang kesamaan suku, agama dan ras turut ikut andil dalam pembagian posisi-posisi penting, entah dalam kawasan birokrasi pemerintahan maupun dalam tatanan pekerjaan perusahaan. Tak luput juga, kepercayaan agama Hindu yang juga memiliki tendesi dalam suatu daerah, lebih tepatnya di salah satu Pulau di Indonesia, Bali. Bagaikan kereta api, jika kepala gerbongnya maju, maka semua bagian gerbong dibelakangnya yang sama dengannya akan juga maju.

Sejatinya, semua ajaran agama mengajarkan manusia sebagai pemeluknya untuk menebarkan benih cinta dan pedamaian. Hubungan sosial sesama manusia haruslah saling harmonis sesuai kitab suci yang menjadi bukti ajaran agama-agama yang ada. Kitab suci dijadikan barometer terhadap perilaku pemeluk agama dan berisi ramalan-ramalan masa depan dan keadaan jaman. Baik jaman dahulu yang sudah dilewati maupun yang belum dilewati (oleh turunnya kitab suci) juga jaman masa depan. Melalui kitab suci jugalah manusia merasa lebih mengetahui keberadaan Tuhannya. Tuhan dapat diketahui oleh manusia keberadaannya dengan manusia meraba energeia yang diciptakan Nya. Pemahaman dengan rasa yang sesungguhnya benar terhadap keberadaan Tuhan hanya mampu ditangkap oleh manusia dengan mengetahui apa yang sudah Tuhan ciptakan. Manusia mengerti dan mengatakan Tuhan mereka ada dengan hypostasis. Tidak akan mampu manusia memahami keberadaan Tuhan dengan ousia yang kongkret sama dengan Tuhan itu sendiri.

Kecelakaan pemahaman yang terjadi khususnya di negara majemuk ini karena banyaknya pemeluk agama yang merasakan agama dengan menganggapnya sebuah dosis. Sebagaimana ilmu biologi mengatakan bahwa manusia dengan sistem kekebalan tubuhnya akan terus meminta untuk memperbesar dosis yang akan diterima secara terus menerus. Agama yang dianggap candu mengakibatkan manusia yang memeluk agama tersebut merasa selalu kurang dengan esensial agamanya dan disibukkan dengan ritual peribadatan yang bahkan bertolak belakang dengan visi agamanya itu sendiri. Akibatnya, banyak pemeluk agama yang sama menghina saudara seiman karena merasa bahwa dosis peribadatan orang lain yang dipersembahkan untuk Tuhan adalah kurang menurutnya.

Tak berhenti pada tahap saling mencela, terjadinya perbedaan pendapat tersebut sudah banyak memakan korban dan membuat janda baru serta anak yatim baru. Saling memgangkat senjata demi mempertahankan kebenaran yang dirasa paling benar sendiri. Keegoisan tentang persepsi mulai mengakar ke darah daging satu sama lain. Khususnya terjadi dalam agama Islam. Turunnya Islam dengan konsep yang sangat harmoni, yakni rahmat bagi seluruh alam, kini disalah gunakan hanya untuk kepentingan masing-masing. Kawasan negara Timur Tengah menjadi bukti bahwa Islam kini tak lagi ramah. Saling curiga satu sama lain dan manusia saling mengasah pedangnya disiang hari. Entah dari faktor mana yang menyebabkan permasalahan di Timur Tengah begitu langgeng. Terlepas dari oursiders kaum yang memiliki kepentingan khusus, sejatinya pemeluk agama bisa mengatasi dengan kembali kepada pedoman agama yang dimiliki di Timur Tengah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun