Mohon tunggu...
Imam Rahmanto
Imam Rahmanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Coffee addict

Cappuccino-addict | Es Tontong-addict | Writing-addict | Freelance

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sastra Di Antara Remang Obor

15 Juni 2012   05:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:58 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sunyi. Suasana masih terasa sepi ketika saya dan ketiga orang teman saya menginjakkan kaki di Benteng Rotterdam, Makassar. Wajar, hari sudah malam dan para pengunjung sudah mulai kembali ke peraduannya. Kala senja harilah benteng peninggalan Belanda ini baru ramai dinikmati para pengunjung. Tua, muda, besar, kecil, laki-laki, perempuan, lokal, bule setiap hari memadati benteng bersejarah itu.

Sesuai dengan jadwal yang ditunjukkan pada kami, malam itu, di Rotterdam akan berlangsung Litweeterature sebagai rangkaian dari event Makassar International Writers Festival (MIWF) 2012. Para penulis dan penggarap sastra sekaliber nasional maupun internasional akan berkumpul di Makassar selama lima hari, 13 Juni-17 Juni. Dan malam ini mereka akan berunjuk kebolehan dengan sastra-sastranya.

Lama berselang, kami sudah digiring berkumpul di depan panggung, di balik nyala obor yang disusun mengelilingi panggung utama. Ya, benar-benar suasana yang romantis bagi dua orang yang memadu kasih. Nyala lampu hanya ditujukan pada main stage sehingga menambah suasana sastrais malam itu. Suara celoteh pemandu acara pun sudah membahana di sekitar area pelataran benteng. Saya mengenal salah seorang pemandu acaranya, lelaki, dialah penulis novel "Sepatu Dahlan" yang baru-baru inj sering saya lihat di sepanjang toko buku Gramedia. Dialah Khrisna Pabicara. Wah, MCnya saja adalah seorang penulis.

Saya melihat sekeliling. Ada banyak penikmat sastra lainnya yang juga sedang duduk lesehan di atas rumput hijau, remang-remang diantara kobaran kecil api suluh. Tentu bukan hanya anak muda saja, bahkan mereka yang sudah berkeluarga (membawa anaknya) juga turut meramaikan jajaran penikmat sastra itu. Suasananya memang gelap, namun sudah cukup untuk menggambarkan sekitar puluhan orang memadati lingkaran obor malam itu.

Acara itu kemudian dibuka oleh penampilan dari Oemar Musa, seorang penyanyi hip-hop muslim asal Australia. Meskipun tidak bisa mencerna semua kata-kata dalam "puisi" hip-hopnya, namun ia benar-benar sudah mampu menyihir kami takjub atas penampilannya. Apalagi ketika dia ditanya, apa yang paling disukanya di Makassar, ia menjawab dengan logat bule-nya, "Saya suka es kelapa." Sontak, seluruh penikmat Litweeterature malam itu tertawa.

Sesse Lawing, penyair dari Makassar berikutnya muncul dengan suguhan lantunan akustik gitarnya. Iramanya begitu mendayu-dayu, terlebih ia membawakan tiga lagu daerah yang cukup dikenal oleh masyarakat; Tinggimi Seng Allowa dan Cincing Banca. Ia nyaris saja mengakhiri penampilannya jika tidak diminta lagi untuk mempersembahkan sebuah syair, yang cukup mengena bagi sebagian orang yang hadir di malam itu, Eroka Rikau. Mengapa? Ya, ternyata karena arti dari bahasa daerah itu adalah "ku mau (suka) sama kamu". Haha...pantas saja. Ditambah lagi dengan dendangnya yang hanya diiringi dengan melodi akustik gitarnya. Wah, saya kira tampaknya semua wanita malam itu tergila-gila padanya... Ckckck...

Penampilan yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga, setelah dibuka lantunan lagu daerah Angin Mamiri oleh Yana dan Nani (Australia) berkolaborasi sentuhan biola Winda. Fadly PADI akhirnya ikut bergabung memeriahkan suasana malam itu. Ia membawakan lagu Angin Mamiri dan dua lagu milik bandnya. Kemeriahannya itu ternyata sekaligus menjadi kado bagi Fadly karena malam itu bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Ucapan ulang tahun pun meluncur dari para pelaku sastra yang lain.

*******

Ah, rasanya malam itu saya ingin tidak cepat berakhir. Hanya saja, ada agenda lain yang mesti saya penuhi sehingga tidak bisa mengikuti acara sampai berakhir.

Note: tulisan ini pun saya buat dengan tergesa-gesa. Sebenarnya masih banyak yang ingin saya ceritakan, namun keburu telat. Jadi, nantilah cerita selanjutnya akan saya kupas. Yang penting tetap menulis, kan? Hehe...

--Imam Rahmanto--

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun