Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya Muslim

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Politik Karangan Bunga, Bye-Bye Ahok!

27 April 2017   09:51 Diperbarui: 28 April 2017   00:00 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jamaknya memang setiap kelulusan itu identik dengan beragam ekspresi. Atau ada tokoh yang meninggal pun kerapnya dibarengi dengan sejumlah ucapan belasungkawa berikut karangan bunga. Dan biasanya, selalu biasanya para pengirim karangan bunga tersebut bukanlah si pemilik momentum atau pelaku peristiwa. Mosok orang yang sudah direngut nyawanya masih sempat-sempat ke toko bunga untuk minta dikirimkan karangan kepada dirinya sendiri? 

Atau mereka yang dilantik atas jabatan tertentu berinisiatif mengirimkan karangan bunga dengan segenap kalimat pernyataan yang membangkitkan energi positif yang ditujukan kepada dirinya sendiri?  Aneh dan teramat ajaib jika itu pernah terjadi.

Kejadian terbaru ini ada karangan bunga yang cukup panjang dimensinya yang ditaksir bisa jutaan harganya yang memberikan salutation untuk sejumlah karangan-karangan bunga yang berukuran lebih kecil yang konon berjumlah ribuan karangan bunga atas lengsernya atau kalahnya seorang petahana dengan selisih angka yang fantastis. Aneh dari kejadian tersebut adalah karena ini sebuah fenomena baru dan asing di budaya Indonesia. Seseorang yang tidak lagi berkarir dengan sejumlah catatan hitam penuh drama mendapatkan karangan bunga yang mayoritas anonim atau perseorangan. Tidak ada karangan bunga dari para pemodal atau parpol yang mengusungnya dulu. Atau jangan-jangan ini adalah sebuah politisasi pasca kalahnya sang petahana dari pasangan yang didapuk oleh selisih angka hingga nyaris sejuta suara?

Politisasi dalam banyak bentuk sepertinya sudah menjadi kebutuhan sang petahana. Sebelumnya wakil petahana mendadak menggunakan peci untuk memberikan simbol keberpihakannya kepada agama mayoritas. Alih-alih berhasil bahkan menjadi blunder terburuk sepanjang sejarah pilkada, seorang dari pasangan yang salah satu dari mereka adalah terdakwa penodaan kepada agama mayoritas. Yang terjadi adalah resistensi akut dan dampaknya terbukti, mereka keok tanpa ampun.

Bunga memang lebih general dan imparsial, persis seperti para penggiat LGBT yang menyebarkan pamflet ajakan bebas prilaku Sodom Gomora dengan setangkai mawar merah yang mereka bagikan ke setiap pengendara di Bunderan HI. Sebuah simbol yang mewakili ekspresi yang paling sulit untuk diungkapkan. Say it with flower, begitu katanya.

Bagi penulis, belasan ribu karangan bunga sekalipun yang dikirimkan ke Balaikota untuk mengekspresikan rasa kepada Ahok tidaklah sesuatu yang mengagetkan, lah ribuan sembako dan belasan ribu kantong minyak goreng siap pakai saja mereka mampu koq untuk kemudian didistribusikan kepada para pemilih meskipun sesuatu yang lebih mengagetkan ketimbang kemenangan Anies - Sandi karena yang menolak rayuan sembako tersebut adalah masyarakat kelas menengah ke bawah. Mereka abai dengan keelokan rayuan material dari si petahana. Bagi mereka "petahana is dead". Dan menjadi maklum adanya karangan bunga yang lagi happening saat ini mewakili belasungkawa 57.95% penduduk Jakarta yang memilih untuk menyambut pemimpin baru mereka.

Seharusnya sih jumlah karangan bunga tersebut sebanyak 2.351.141 buah,...jadi seribua karangan bunga belum representatif dari dukungan sebagian kecil masyarakat Jakarta. KAmi para pemenang telak tidak baper dan termehek-mehek. Santai aja!

Salam Anti Karangan Bunga, .....Mubadzir (istilah Islam), Kalau Ngerti!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun