Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Langkah dan Strategi Jokowi Melawan Konspirasi Setya Novanto Cs

3 Desember 2015   14:14 Diperbarui: 3 Desember 2015   14:33 3887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Jokowi bertemu pimpinan Jaksa Agung-KPK-Polri. ©Setpres RI"][/caption]

Lagi-lagi kembali kepada Setya Novanto yang bikin geger di jagad politik Indonesia akibat penyakitnya yang sudah menahun dan baru terungkap oleh keberanian Sudirman Said dan konco-konconya. Penyakit yang sejatinya sangat kotor bahkan tergolong najis karena mencatut nama seorang pemimpin nasional yang seharusnya dimuliakan. Tak terperikan sehingga Presiden Jokowi sampai medar pangucapnya yang sangat siri “Tidak Sudi”. Tidak perlu saya terjemahkan, yang pasti membuat bulu kuduk berdiri. Memang itu sangat layak untuk menolak mahluk-mahluk berwajah manusia tetapi hatinya serigala karena keserakahan, kerakusan yang sudah kronis jiwanya sudah terkontaminasi, lebih mementingkan kepentingan pribadi. Perut dan nafsunya lebih utama ketimbang harus memikirkan rakyat Indonesia yang masih banyak orang miskin.

Budaya catut mencatut, suap, sogok, korupsi, sudah sangat parah. Dengan dibukanya hasil rekaman pertemuan Setya Novanto, MRC dengan Pejabat Freeport di sidang MKD seluruh rakyat Indonesia menjadi tahu. Dunia internasional pasti juga sudah tahu, karena dengan mudah dapat menyaksikan siaran langsung dari beberapa TV swasta nasional. Mereka pasti mentertawakan kita, bangsa Indonesia ternyata pejabat-pejabatnya sangat korup tidak punya hati, sifat-sifat jahiliyah menyusup hampir diseluruh sendi-sendi badaniahnya yang sangat kotor, terutama di DPR. Rakyat Indonesia sudah miskin dan miskin dibuat malu, Jokowi–JK juga dibuat malu, semua komponen bangsa ini dibuat malu. Kasus SN “Papa Minta Saham” adalah skandal terbesar yang membuka borok lebar-lebar siapakah para penjahat yang bernaung dibawah atap DPR itu.

Lembaga negara yang kata orang sangat terhormat, tidak lebih didalamnya hanya berisi mafia jelmaan durga dan rahwana. Mendengar melihat dan menyaksikan langsung kebrobokan SN dan kroninya yang dibuka di persidangan MKD, kita semua hanya bisa mengelus dada. Semua hakim MKD pembela SN dari poros KMP mati-matian berusaha mementahkan laporan Sudirman Said. Bukan hanya itu saja yang lebih jahat dan bodoh adalah sikap dari beberapa orang hakim MKD yang berpura-pura tidak menemukan isi dari transkrip yang mencatut nama Presiden Jokowi dan wakil Presiden Jusuf Kalla oleh SN dan MRC yang menyatakan permintaan atas saham freeport. Bermain dan manipulasi kata-kata agar terterlihat sempurna menjadi andalannya.

Semua itu dapat dipastikan untuk menyelamatkan SN dan kroninya, dari usaha perampokan terbesar di Freeport. Sangat miris memang apa yang dibicarakan SN dapat dipastikan akan menurunkan kepercayaan seluruh rakyat Indonesia terhadap kredibilitas DPR terutama yang berasal dari Partai Golkar, Gerindra dan pengikutnya. Apakah ini tanda akan terjadinya kiamat untuk partai Golkar dibawah kepemimpinan Aburizal Bakrie? Ataukah tanda-tanda zaman runtuhnya Gerindra dan pengikutnya? Dapatkah mereka membaca hati nurani rakyat yang sudah sangat sebal dengan ulah Poli-Tikus Poli-Tikus serakah korup melahap harta negara? Rakyat sudah tidak lagi sudi memanggil mereka anggota dewan sebagai manusia terhormat dan mulia. Kemungkinan besar rakyat sudah sangat kapok memilih politisi Golkar, Gerindra sebagai partai idaman.

Golkar, Gerindra, PKS, Demokrat dan semua partai politik apalagi partai-partai yang menggunakan lambang-lambang keagamaan harus instrospeksi diri. Ternyata kiprah Setya Novanto dan konco-konconya begitu gamblang dan terang benderang, sangat menjijikan yang dipertunjukan oleh pejabat-pejabat tinggi di republik ini, telah begitu akut. Indonesia memang kaya raya, tetapi rakyatnya miskin akibat para pemimpinnya serakah, korup, suka makan sogokan, harta negara yang semula berlimpah habis dirampok dengan semena-mena. Bukan hanya orang-orang yang melek huruf saja yang ngerti, penduduk di kolong jembatan pasti tahu. Semuanya kawan-kawan satu barisan dengan Setya Novanto membela mati-matian agar kasusnya kalau bisa dimentahkan sehingga tidak ada alasan lagi untuk dilanjutkan. Pembelaan nya dari orang-orangnya di MKD sudah membabi buta.

Manuver kata-kata yang keluar dari mulut yang mulia anggota MKD dari Golkar dan Gerindra bukan bertanya tetapi lebih tepat memberikan tuduhan kepada pelapor. Pertanyaan yang tidak ada relevasinya dengan pokok persoalan sengaja dimuntahkan dengan sangat gencar sebagai usaha untuk mengkaburkan laporan Sudirman Said sebagai rekaman ilegal. Apalagi di hiasi dengan segala macam trik kata-kata sebagai hak negara dan demi kepentingan negara. Pelapor yang seharusnya dihormati dan mendapat perlindungan dari MKD malah dijadikan bulan-bulanan, dipojokan diperlakukan sebagai pesakitan. Jabatan yang disandangnya sebagai wakil rakyat anggota Mahkamah Kehormatan Dewan, kedudukan yang sangat terhormat, dibalut dengan sebutan yang mulia, sepertinya tidak layak lagi disematkan kepada mereka.

Bercermin dari pelajaran diatas maka diperlukan langkah-langkah strategis oleh semua pihak-pihak yang berkepentingan, terutama pemerintahan Jokowi yaitu:

Pertama, Pemerintahan Jokowi-JK dan para tokoh-tokoh nasional dan semua pimpinan partai politik, Megawati, Paloh, Muhaimin, Sutiyoso, SBY, Wiranto, Zulkifli Hasan, Agung Laksono, beserta pimpinan DPR yang masih punya hati nurani, mengadakan pertemuan, mencari jalan keluar terbaik untuk bangsa ini dari jeratan penyakit kronis Korupsi. Pertemuan ini secara politik untuk menyatukan persepsi bahwa Korupsi adalah musuh bersama yang harus diberantas sampai keakar-akarnya.

Kedua, semua partai partai politik yang memenuhi persyaratan dalam keikutsertaannya dalam Pilkada maupun Pemilu legislatif, agar lebih selektif memilih kader-kadernya yang akan dimajukan sebagai calon pejabat negara, tidak asal comot dari comberan.

Ketiga, dalam mempromosikan kader-kadernya yang akan duduk dalam legislatif maupun pemerintahan eksekutif harus melalui uji kelayakan ketat, antara lain yang tidak boleh ditinggalkan adalah profile assessment, kompetensi dan rekam jejak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun