[caption id="attachment_396352" align="aligncenter" width="624" caption="Presiden SBY dan presiden terpilih Joko Widodo memberikan keterangan pers bersama, seusai pertemuan empat mata, di Laguna Resort and Spa, Nusa Dua, Bali, Rabu (27/8) malam. (Cahyo/presidenri.go.id)"][/caption]
Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa konflik antara Polri dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bukan persoalan yang sederhana sehingga membutuhkan waktu untuk menguraikannya.Atau dengan kata lain Jokowidodo menganggap persoalan KPK-Polri merupakan persoalan yang sangat rumit. Sedangkan SBY menyikapi persoalan KPK-Polri merupakan persoalan sederhana. (YogyakartaKOMPAS.com)
Malahan Jokowi menganggap bahwa persoalan KPK-Polribanyak yang belum tahu, bukan hanyapersoalan yang berkaitan dengan politik dan hukumsemata, tetapi sangat bertumpuk masalah yang terlibat di dalamnya. Sehingga Jokowi merasa sangat kesulitan untuk mengurai persoalan tersebut dicari jalan keluarnya.
Sebenarnya apa yang menyebabkan Jokowi merasa kesulitan dalam menyelesaikan masalah KPK-Polri, dan apa sebabnya bagi SBY persoalan KPK Polri adalah sederhana dan tersedia solusinya dengan sangat mudah.
Kira-kira begini. Siapa sebenarnya Jokowi dan SBY di mata publik, terkait pertama latar belakangkehidupannya, kedua pendidikannya, ketiga pengalaman berorganisasi dan pengalaman pekerjaannya. Faktor lain ialah pengalaman di bidang politik dan terakhir kepribadiannya.
Selama ini publik memersepsikan Jokowi pemimpin yang merakyat dekat dengan kaum pinggiran, blusukan yang selama ini dijalani semata-mata karena ingin selalu dekat dengan orang pinggiran, pinggiran karena terpinggirkan atau pinggiran karena menyerah kepada keadaan.
Pinggiran menunggu datangnya nasib. Demikian juga Jokowi kedekatannya dengan rakyat, orang-orang yang terpinggirkan, para petani miskin, nelayan miskin, karena Jokowi berasal dari pinggiran dan pernah mengalami hidup miskin di pinggiran sungai.
Sedangkan SBY dia berasal dari anak seorang tentara perwira pertama berarti termasuk golongan pegawai pemerintah, kelas menengah, jaman Belanda dikenal golongan priyayi, saat itu masih sangat bergengsi masuk kelas atau kasta tinggi.
Bisa dilihat penampilan SBY memang selalu rapi, berbicara dengan tatanan kebahasaan yang baik dan rinci serta berurutan. Biasanya dari kalangan priyayi banyak kaitannya dengan cara bekerja dan mengambil keputusan, cepat, sistematis rinci terarah, jelas apa yang dicapai dan prosedural.
Lain lagi dengan Pak Jokowi karena berasal dari kalangan bawah terpinggirkan, pernah mengalami bagaimana rumah satu-satunya digusur, betapa susahnya menjadi anak seorang tukang kayu miskin yang selalu tersungkur, dalam strata sosial di Solo zaman Belanda masuk dalam kelompok yang paling bawah, masyarakat mengenal dengan kasta Weisya.
Dari kalangan ini biasanya tidak bisa bergaya, lugu seadanya. Berpakaian sederhana, rapi dalam tatabusana tidak penting, berbicara seperlunya terbata-bata takut salah. Biasanya para pemimpin yang berasal dari kalangan ini erat kaitannya dengan serba ketergantungan, sikap terlalu rendah diri, kurang berani mengambil risiko, takut mati.