Mohon tunggu...
Ilya Ainur
Ilya Ainur Mohon Tunggu... Guru - Penyusun Aksara | SCHOOL COUNSELOR

saya ingin menulis lagi dan terus menulis sampai akhir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Galau, Ingin Menangis

23 September 2019   21:52 Diperbarui: 23 September 2019   21:57 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selamat malam, entah kenapa tiba-tiba malam ini saya begitu sedih. Kalau kata anak muda sedang galau-galaunya. Bahkan sedang gegana gelisah galau merana.

Bukan sebab yang tak jelas. Atau bahkan sebab yang itu-itu saja, misalnya sebab rasa cinta yang tak kunjung berlabuh pada hati yang selamanya akan ku sematkan cinta di sana. Bukan-bukan ini bukan tentang itu semua.

Kegalauan ini bukan disebabkan oleh hal-hal yang sama sekali tak ingin saya pikirkan. Malam ini bahkan saya menangis dalam pilu sendu sendirian. Menjerit entah apa yang bisa saya lakukan. Atas carut marut yang tengah terjadi pada negeri yang saya amat cintai ini.

Saya begitu sedih. Baru kali ini saya merasakan sedih seperti sekarang ini. Sedih akibat menyaksikan negara saya bangsa dan tanah air saya. Indonesia tercinta tengah tergontai pada sebuah kesedakan.

Orang-orang di sebrang pulau sana. Di luar pulau jawa sedang bejibaku untuk bertahan hidup di tengah kepulan kabut asap yang terus menjelma hebat. Membuat mereka tak dapat lakukan aktivitas banyak.

Ada adik-adik kita tercinta yang bersiap menjadi alih pemimpin kelak. Harus rela berlibur menunda perjuangan akibat asap. Yang jika dipaksakan akan berubah menjadi petaka kesakitan.

Bahkan tadi pada salah satu berita saya menyaksikan betapa sedihnya seorang ayah dan ibu ditinggalkan anak semata wayang yang meninggal akibat asap yang tebal yang mengganggu pernafasan.

Saya juga menyaksikan di berita bahwa ada seorang ibu harus terjatuh dari sebuah motor karena pingsan tak kuat menahan asap yang membuat sesak. Saya tak habis pikir jika itu ibu saya sendiri. Maka saya akan menangis jejeritan di tengah jalan.

Ada pula binatang - binatang asli hutan Indonesia harus meregang nyawa akibat tak kuat hidup di tengah hutan berasap. Akibat hutan dibiarkan terbakar oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab. Ataukah ini semua memang bencana yang merupakan takdir yang tak dapat kita tahan.

Tetapi kita terpaksa harus bertahan dengan meminta kasih dan sayang dari Tuhan kita.Sehabis berita tentang asap yang sebenarnya masih banyak lagi lainnya. Saya menjadi tergerak oleh beberapa postingan teman. Tentang aksi mahasiswa di berbagai daerah di tanah air.

Mereka rela turun ke jalan. Menuntut keadilan. Meminta hukum yang adil untuk seluruh rakyat. Bukan hanya untuk beberapa rakyat. Saya salut oleh apa yang mereka insisiasi kan atas apa yang mereka lakukan. Setidaknya ada usaha ingin mengubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun