Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Potret Memudarnya Bahasa Jawa di Suriname

5 Mei 2020   11:02 Diperbarui: 5 Mei 2020   11:06 2195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang Jawa yang dikirim ke Suriname oleh Pemerintah Hindia Belanda. Foto diambail antara 1880-1900. (foto: Tropen Museum dipublikasikan Kompas.com)

Saya tiba-tiba tertarik mencari tulisan yang menjelaskan tentang orang Jawa di Suriname. Iseng saya mencari dan mendapatkan dua artikel. Satu artikel adalah disertasi dari Sophie Elise Villerius untuk mendapatkan gelar doktor di Radboud University Nijmegen. Disertasi ini dipertahankan pada 24 Januari 2019. Kedua, saya mendapatkan tulisan Sophie lainnya di Jurnal Wacana UI vol 19 nomor 1 tahun 2018.

Saya tak membaca semuanya. Saya hanya membaca beberapa yang menarik perhatian saya dalam dua tulisan itu. Saya mendapati tulisan Sophie Elise di link berikut . 

Dari tulisan Sophie dijelaskan bahwa gelombang pertama orang Jawa ke Suriname terjadi pada 1890 sampai 1939. Selama itu, ada 32.956 orang Jawa yang didatangkan ke Suriname (Hoefte 1987: 3). Seperti dikutip dari buku Hoefte, bahwa orang Jawa itu direkrut agen swasta.

Orang Jawa tersebut diiming-imingi emas, tanah, dan wanita berlimpah di Suriname. Sesampainya di Suriname, mereka merasa tertipu. Bahkan, ada juga pengakuan jika mereka dihipnotis sehingga mau pergi ke Suriname.

Setelah kontrak lima tahun usai, sebagian dari orang Jawa tersebut memutuskan untuk bertahan di Suriname. Ada beberapa gelombang kedatangan lainnya. Sampai  akhirnya kisaran 70 ribu orang keturunan Jawa yang saat ini ada di Suriname.

Dari 70 ribuan orang keturunan Jawa saat ini, paling banyak ada di Paramaribo, ibu kota Suriname yang mencapai 44,5% dari 70 ribuan tersebut. Selain itu ada juga warga keturunan Jawa yang hidup di distrik lain di antaranya Para, Wanica, dan  Commewijne. Dari tiga distrik itu, yang paling kental  pemakaian bahasa Jawa di Commewijne.

Di Commewijne, bahasa Jawa sebagian besar masih digunakan di Tamanredjo, dan di bekas perkebunan seperti Meerzorg, Marinburg, dan Rust en Werk, yang semula ditampung banyak buruh kontrak Jawa. 

Sementara fenomena lain tak seperti itu. Di Brokopondo (Distrik Brokopondo),  Albina dan Moengo (Distrik Marowijne) anak-anak keturunan Jawa malah tak mengklaim bahasa Jawa sebagai bahasa mereka.

Di daerah perkotaan, masyarakat keturunan Jawa lebih memilih memakai bahasa Sranantongo atau Belanda untuk berkomunikasi. Sranantongo adalah bahasa pribumi di Suriname yang digunakan orang Kreol. Bahkan, menurut Sophie di Jurnal Wacana disebutkan bahwa bahasa Sranantongo mempengaruhi perubahan bahasa Jawa. 

Maka, Sophie pun mengatakan bahwa bahasa Jawa yang digunakan orang Jawa di Pulau Jawa lebih kompleks. Sementara, bahasa Jawa yang digunakan orang Suriname lebih sederhana dan dalam beberapa hal dipengaruhi bahasa Sranantongo. 

 Jadi orang Jawa Suriname bisa berbicara bahasa Jawa, Belanda, dan Sranantongo. Namun, frekuensi bahasa Belanda dan Sranantongo cukup tinggi. Bahasa Belanda digunakan di sekolah dan bahasa Sranantongo digunakan dalam pergaulan sehari-hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun