Mohon tunggu...
Ilham Ikhtiar
Ilham Ikhtiar Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Membasmi Kesalahkaprahan: Mengenal Apa Itu Emboli

28 November 2013   17:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:34 4178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Oleh: Ilham Ikhtiar

Kasus penahanan residen obstetri dan ginekologi yang kemudian diikuti aksi solidaritas dokter se-Indonesia tanggal 27 November kemarin memang mengundang banyak pro dan kontra. Dari sudut pandang dokter, residen dinyatakan tidak bersalah karena telah menangani pasien sesuai prosedur. Tapi, walaupun residen tersebut terbukti sudah melakukan prosedur dengan benar, ternyata kehendak Tuhan lain. Pasien tetap meninggal. Menurut hasil otopsi klinis, sebab kematian adalah akibat emboli.

Empat belas jam sebelum tulisan ini ditulis (sekitar jam satu malam), ada teman saya yang berdebat dengan seseorang dari bidang hukum mengenai kasus emboli ini. Orang tersebut mengkritik “seandainya saya yang jadi dokter, saya akan berusaha supaya risiko (emboli) itu tidak terjadi”. Nah, padahal menurut dokter, risiko embolinya akan selalu ada tapi emboli itu tidak bisa diduga kemunculannya. Logikanya, kalau risiko tetap ada tapi munculnya saja tidak bisa diduga, bagaimana cara mencegahnya? Oleh karena itulah saat aksi solidaritas kemarin ada yang bilang “emboli hanya bisa dicegah setelah gempa bumi bisa dicegah”. Logika mereka, walaupun gempa bumi bisa dideteksi, siapa yang bisa mencegah gempa bumi? Wallahua'lam.

Nah, di sini terjadi suatu pro dan kontra yang cukup lucu: kalangan awam minta emboli tidak bisa terjadi, sementara kalangan kedokteran bilang memang sudah tidak bisa terjadi. Waduh, apakah emboli memang ekstrim, tidak bisa dicegah seperti itu? Menurut saya tidak ekstrim, asal kita tahu ilmunya dan kenal betul emboli itu apa. Karena banyak pro dan kontra dan daripada terjadi salah kaprah dalam mengartikan emboli, sebaiknya kita bersama-sama memahami emboli itu apa.

Emboli berasal dari kata Yunani embolus, yang artinya sumbat. Menurut Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31, emboli adalah kata benda bentuk jamak dari embolus, yaitu suatu massa, dapat berupa bekuan darah atau materi lain, yang terbawa aliran darah melalui pembuluh (darah), tersangkut di sebuah pembuluh darah atau percabangan yang terlalu kecil untuk dilewatinya sehingga menyumbat sirkulasi darah.

Sementara itu, menurut buku Robbin’s Basic Pathology 9th edition, emboli adalah a solid, liquid, or gaseous mass carried by the blood to a site distant from its origin; most are dislodged thrombisuatu massa padat, cair, atau gas yang dibawa oleh darah menuju suatu tempat yang jauh dari asalnya; sebagian besar adalah bekuan darah (thrombi) yang hanyut. Itulah definisi emboli, singkatnya segala sesuatu yang hanyut di darah lalu menyumbat pembuluh darah.

Agar lebih jelas untuk awam, mari kita bayangkan embolus itu bagaikan sampah dan emboli itu sebagai banyak sampah. Ibaratkan lagi bahwa air selokan itu darah dan selokannya adalah pembuluh darah, dan sampah-sampahnya adalah emboli. Awalnya, sampah-sampah tadi mungkin akan hanyut tanpa hambatan. Namun di suatu tempat, sampah-sampah tadi akan tersangkut. Akibatnya, selokan jadi mampet dan airnya meluber ke mana-mana.

Nah, jika kita bayangkan hal yang serupa di dalam tubuh, maka akan jelas bahwa emboli akan membuat aliran darah menjadi mampet. Apa yang akan terjadi? Apakah darah akan meluber seperti air selokan? Oh, tidak. Bukan itu yang akan terjadi. Lalu apa? Untuk menjawabnya, ingat pelajaran IPA SD dan biologi SMP (supaya netral, sebab SMA sudah dipisah IPA-IPS): darah membawa zat-zat makanan dan oksigen untuk jaringan. Jika suplai zat makanan dan oksigen tadi macet, sel-sel tubuh akan kelaparan dan berhenti bekerja dalam hitungan menit. Efeknya bervariasi, tergantung lokasi emboli.

Emboli yang terjadi di jantung karena serambi jantung yang bergetar (tidak berdegup normal) bisa hanyut ke pembuluh darah leher, lalu hanyut lanjut ke pembuluh darah otak dan macet di situ. Dalam 3-4 menit, sel-sel otak di sekitar pembuluh darah yang macet akan kekurangan oksigen lalu mati. Karena otak mengatur gerak otot di tubuh, orang yang kena emboli di otaknya akan kaku lengan dan kakinya. Nah, inilah yang disebut stroke emboli. Yak, betul:  Emboli bisa menimbulkan stroke.

Tidak hanya otak, pembuluh darah kita berjalan dari jantung ke seluruh tubuh sehingga emboli juga bisa muncul di mana-mana. Jika emboli menyumbat pembuluh darah mata, bisa terjadi kebutaan. Jika emboli menyumbat pembuluh darah koroner, maka terjadilah penyakit jantung koroner. Jika emboli menyumbat pembuluh darah yang memberi makan tulang, maka bisa terjadi kematian tulang. Banyak sekali organ yang bisa kena emboli. Usus, ginjal, dan limpa adalah beberapa organ yang suplai pembuluh darahnya dari banyak sumber sehingga jarang terkena emboli (walaupun bisa).

Yang berbahaya adalah apabila emboli mengalir ke pembuluh darah arteri pulmonalis, yaitu pembuluh darah yang menuju paru. Kalau sampai ada emboli di situ, maka aliran darah ke paru akan macet. Padahal, di sana darah akan distok ulang dengan oksigen. Kalau tidak ada darah yang distok oksigen, maka tidak akan ada oksigen yang bisa diedarkan di seluruh tubuh. Kondisi tubuh yang kekurangan oksigen sama saja dengan orang yang dicekik lehernya. Sama saja seperti orang gantung diri. Orang itu bisa mati.

Celakanya, lokasi arteri itu ada di dalam tubuh dan terlindungi dengan baik oleh tulang-tulang dada. Sebelum dokter sempat melakukan membuka dada dengan operasi darurat, dalam lima menit sel-sel di otak sudah mati karena kerusakan berantai akibat kekurangan oksigen akut. Kalaupun emboli tersebut bisa dikeluarkan dan jantung pasien tetap berdegup, otak pasien tetap sudah mati. Otak yang sudah mati ya jelas tidak bisa dihidupkan lagi. Nettonya, pasien tidak akan bisa bangun lagi walaupun terlihat bernapas dan jantungnya berdegup. Inilah yang di dunia kedokteran disebut kondisi vegetatif.

Ketika sudah tahu bahwa lokasi emboli bisa di mana-mana, yang repot adalah ketika muncul pertanyaan: ke mana emboli itu akan lari dan berhenti? Nah, ini yang jadi masalah, sebab jawabannya adalah tidak tahu. Rasanya seperti saat Anda kemalingan sandal di masjid, lalu Anda berpikir: ke mana malingnya pergi? Lalu Anda bertanya ke orang-orang dan jawab mereka adalah tidak tahu. Seperti itulah. Sampai suatu ketika gejala akibat emboli itu muncul namun sudah terlambat, tidak bisa diselamatkan lagi; yang bisa diibaratkan sandal Anda itu berhasil Anda temukan tapi sudah dijual ke orang lain; tidak bisa diambil lagi.

Lebih repot lagi menjawab pertanyaan: kapan kira-kira emboli itu muncul? Sama, tidak tahu. Ini ibarat suatu hari Anda pergi ke masjid yang sering kemalingan sandal jamaahnya dan Anda tidak tahu apakah pada hari itu malingnya muncul. Atau Anda jadi relawan untuk pengungsi letusan Gunung Sinabung dan disuruh menjawab kapan gunungnya akan meletus hebat. Jawab Anda pasti tidak tahu. Tapi setidaknya dari semua analogi tadi, Anda tahu bahwa emboli, kemalingan, dan letusan itu dapat terjadi kapanpun.

Itulah yang ditakutkan oleh para dokter: emboli itu bisa muncul kapanpun, bahkan di orang yang tampak normal-normal saja. Ingat kasus stroke emboli tadi? Gejalanya muncul mendadak, bisa saja saat sedang bersantai dan bersenang-senang. Atau emboli yang menyumbat pembuluh darah koroner dan menyebabkan penyakit jantung koroner, gejalanya sangat tiba-tiba, menjalar dari dada ke lengan kiri, bisa terjadi ketika sedang stress menunggu tim U-19 Indonesia menghasilkan gol ke gawang Vietnam. Jadi, emboli bisa muncul kapanpun, tidak perlu muncul di kamar operasi atau tempat praktik dokter. Kapanpun, tanpa bilang-bilang, bagaikan maling sandal, gunung meletus, atau gempa bumi.

Walaupun emboli tidak bisa diprediksi kapan munculnya, ternyata emboli bisa dicegah! Jika Anda sampai saat ini tidak didiagnosis terkena penyakit akibat emboli, maka selamat, berarti Anda sudah berhasil menghindari faktor risiko terkena emboli.

Apa saja faktor risiko itu? Tergantung jenis embolinya. Emboli bekuan darah adalah jenis yang paling sering. Emboli bekuan darah terjadi karena bekuan darah yang lepas dan hanyut di pembuluh darah. Bekuan itu muncul akibat plak pembuluh darah, penyakit darah tinggi, infeksi, kolesterol tinggi, dan gangguan pembuluh darah lainnya. Bekuan itu munculnya perlahan sekali, butuh waktu bertahun-tahun sampai akhirnya gejala pertama muncul. Karena emboli ini asalnya dari dalam tubuh dan bukan tindakan medis, maka pencegahannya tergantung Anda. Solusinya? Aturlah tekanan darah Anda, jangan terlalu banyak makan makanan berlemak dan berkadar garam tinggi, cuci tangan untuk mencegah infeksi, dan olahraga supaya pembuluh darah Anda tetap sehat.

Emboli lemak adalah emboli yang berasal dari jaringan lunak di dalam tubuh. Emboli ini muncul ketika terjadi suatu kerusakan di jaringan lunak, misalnya karena patah tulang atau habis dipukuli. Pencegahannya mudah dan hanya bisa Anda lakukan sendiri: jangan terlibat tawuran, baku hantam, atau ngebut di jalan sampai kecelekaan. Lakukan hidup yang tenang-tenang saja, tidak usah hidup terlalu greget, daripada kena emboli lemak.

Sementara itu dikenal juga emboli udara. Yak, betul: ada udara di darah yang menyumbat pembuluh darah. Biasanya karena teknik scuba atau teknik renang dari bawah ke atas air yang kurang betul sehingga terjadi dekompresi gas yang larut dalam darah; mirip munculnya gelembung udara ketika Anda membuka botol minuman bersoda. Ingat kasus meninggalnya Komandan Satuan Kapal Selam Koarmatim Kolonel Laut (P) Jeffry Stanley Sanggel dan seorang perwira Mayor Laut (T) Eko Indang Prabowo  dunia Juli 2012 lalu? Dua patriot negara tersebut meninggal karena emboli gas. Emboli gas juga bisa terjadi karena proses pemasangan infus atau suntikan. Tapi tidak perlu khawatir untuk disuntik! Ketika Anda melihat cairan suntik mengalir lewat jarum suntik, biasanya sudah tidak ada udara lagi di dalam suntikan itu. Agar Anda merasa lebih aman, Anda boleh minta dokter yang akan menyuntik: “dok, jangan sampai ada udara di suntikannya ya!”

Emboli gas juga bisa muncul akibat operasi besar. Hal ini bisa dijelaskan mengingat pembuluh darah yang sangat kecil mungkin terpotong dan terekspos udara. Namun biasanya emboli ini tidak cukup besar untuk menyumbat pembuluh darah. Walaupun demikian, emboli gas tetaplah akan selalu ada sebagai risiko pada operasi besar. Tidak ada operasi besar, apalagi yang membuka perut, yang tidak punya risiko emboli. Oleh karena itu, agar emboli gas tidak perlu terjadi, dokterlah yang menentukan apakah pasien perlu dioperasi atau tidak. Operasi yang tidak diperlukan bisa-bisa malah menyebabkan emboli.

Yang terakhir adalah emboli cairan ketuban. Jelas, dari namanya sudah pasti terjadi pada ibu hamil.  Menurut buku Robbin’s Basic Pathology 9th edition, emboli ini cukup jarang sangat berbahaya karena bisa jadi emboli di arteri pulmonalis. Di negara maju, emboli cairan ketuban terjadi pada 1 dari 40.000 ibu hamil 80% ibu hamil dengan emboli cairan ketuban pasti meninggal, 20% sisanya memang hidup, namun hanya 3% yang mampu menjalani kehidupan normal. 17%-nya? Mengalami kerusakan sistem saraf dan sering berakhir dengan kondisi vegetatif. Jadi, bahkan di negara maju pun masih sangat sulit menangani emboli ini. Yang jelas, di negara maju angka tersebut terus turun. Sebab di sana dilakukan pemeriksaan antenatal pada ibu hamil,. Melalui pemeriksaan itu dapat diketahui ibu hamil tersebut sehat-sehat saja atau berisiko terkena penyakit tertentu, termasuk risiko emboli cairan ketuban.

Bagaimana dengan emboli di Indonesia? Menjawabnya cukup repot, sebab ternyata tidak semua orang (termasuk yang berdebat dengan teman saya) percaya dengan hasil penelitian emboli di Indonesia (maupun penelitian luar negeri). Yang jelas, kasus penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia masih tinggi dan pemeriksaan antenatal untuk mengetahui risiko juga masih belum sering karena ibu hamil belum tentu disiplin kontrol ke dokter.

Namun setidaknya setelah membaca tulisan ini Anda jadi tahu bahwa emboli bisa terjadi pada siapa saja, kapanpun, di manapun, tidak harus di ruang operasi. Tapi tetap, tidak usah khawatir, sebab selama Anda terus melakukan pencegahan, Anda tidak akan terkena emboli. Jangan lupa, awasi dan ajak keluarga Anda melakukan pencegahan yang serupa, supaya keluarga Anda tidak terkena emboli dan senantiasa sehat sentosa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun