Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

[Event Semarkutiga] Mengolah Rendang, Hidangan Tanggal Mudanya Anak Kost

8 Juli 2019   09:57 Diperbarui: 8 Juli 2019   09:58 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Fimela.com

Aku makan tiap hari
Kadang hanya makan mi
Gimana nggak kurang gizi
Hidup sangat sedih
Nasib anak kost ya nasib anak kost

Apa yang di dendangkan project pop diatas adalah sebuah kenyataan yang haqiqi akan nasib anak kost.  Betapa tidak, anak kost memang identik dengan mie instan karena disamping harganya  yang murah, rasanya enak, mudah pula mendapatkannya.  Begitulah yang saya rasakan saat saya menjadi pejuang kost-kostan dulu.

Bila mie instan adalah menu tanggal tua, maka nasi padang adalah menu tanggal muda. Ya, makan nasi padang bagi saya saat jadi anak kost dulu adalah salah satu kemewahan tersendiri selain membeli CD musik Ori yang mana hal itu tak pernah terjadi, uhuks.  

Kala itu rupiah boleh lah nilainya masih 2500 terhadap 1 dollar Amerika tapi tidak serta merta membuat biaya hidup jatuh ke angka yang serendah-rendahnya sehingga dapat hidup berfoya-foya, oh tidaks sodara. Dan tidak beruntung lah anak kost zaman old karena mie instan belum ada yang rasanya rendang, cleguk!

Rendang adalah menu masakan padang yang kerap saya nikmati dibanding menu nasi padang lainnya, karena menurut saya rendang memiliki banyak keistimewaan.

Ya, rendang adalah salah satu mahakarya kuliner yang berasal dari Sumatera Barat dengan rasa paling banyak diterima oleh lidah banyak umat manusia.  Menurut teman saya yang berasal dari Bukittinggi, hidangan yang menempati peringkat pertama dalam World's 50 Most Delicious Foods versi CNN International itu memiliki sebuah filosofi tersendiri yaitu musyawarah untuk mufakat dilihat dari empat bahan dasar rendang yang melambangkan persatuan dan keutuhan.

Bahan pertama adalah daging yang melambangkan para kepala suku adat, lalu kelapa sebagai simbolisasi dari para kaum cendekiawan, akan halnya cabai mewakili para alim ulama yang harus bertindak pedas eh tegas dalam mengajarkan syariat agama, dan yang terakhir adalah bumbu-bumbunya yang merepresentasikan seluruh lapisan masyarakat Minangkabau.

Olahan daging yang bumbunya banyak dipengaruhi oleh masakan negerinya babang Sharuk Khan ini tidak hanya melekat sebagai sajian masyarakat Minangkabau semata namun telah menjadi sajian tradisi dari beberapa daerah melayu lainnya seperti Jambi, Bengkulu, Palembang, Riau, Lampung, dan Medan.  Hidangan yang diperkirakan lahir pada abad ke-16 itu wajib  ada pada perayaan-perayaan adat dan kenduri.

Rendang sendiri terdiri dari dua jenis yaitu kering dan basah yang disebut kalio.

Beberapa kali mencoba membuat olahan yang juga dikenal di Malaysia dan Singapura ini hanya berakhir dengan memakai bumbu instan. Rasanya kurang 'wah' karena sebanding dengan bahan dan waktu pembuatannya.

Membuat rendang itu adalah perjuangan yang sangat berat bagi saya yang keturunan jawa dan besar di daerah sunda apalagi bila semuanya dimasak secara konvensional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun