Mohon tunggu...
Syamsurijal Ijhal Thamaona
Syamsurijal Ijhal Thamaona Mohon Tunggu... Penulis - Demikianlah profil saya yg sebenarnya

Subaltern Harus Melawan Meski Lewat Tulisan Entah Esok dengan Gerakan Fb : Syamsurijal Ad'han

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Rohis Dahulu Radikal Kemudian

15 Juni 2019   17:23 Diperbarui: 15 Juni 2019   17:30 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dia duduk paling depan. Sedikit menonjol di tengah kerumunan itu dengan parasnya yang ayu. Dalam usianya yang masih remaja SMA, raut ayunya jelas  masih terlihat polos. Tetapi saya sedikit kaget ketika ia melontarkan pertanyaan atau tepatnya pernyataan. Begini katanya: "Menurut murabbiku (pembimbingku),  mengucapkan selamat hari raya bagi pemeluk agama selain Islam  hukumnya haram."

Saya mengangguk, lalu saya katakan "memang sebagian ulama ada yang mengharamkan, tetapi tidak sedikit pula yang membolehkan." Saya memberi jeda beberapa jenak sembari memperhatikan reaksinya. Kemudian saya bertanya : "Siapa murabbinya? Apakah punya organisasi ? Dia pun menyebut organisasi murabbinya. "Pantas!!!  organisasi ini memang puritan dan eksklusif, batinku.

Saya kemudian menyarankan untuk belajar agama tidak hanya dari satu sumber, tetapi dari ulama-ulama lain, misalnya dari NU dan Muhammadiyah. Tak dinyana si ayu yang terlihat polos ini menyambar dengan ucapannya: "Saya telah bertanya pada ustaz selain dari murabbiku, pada saat ada seminar dan jawabannya sama."

"Jangan-jangan ustaznya juga dari organisasi yang sama? Tanyaku memancing. Ia pun mengangguk mengiyakan.

Itulah salah satu cerminan dialog saya dengan salah satu peserta pelatihan bagi para pengurus Rohis (Rohani Islam) yang diadakan oleh Kementerian Agama Pusat (kalau tidak salah bidang Pendis).  

Tidak hanya peserta yang kemayu tadi yang memiliki pandangan keagamaan demikian, peserta lain pun seiras seirama. Mereka terkesan anti terhadap agama berbeda dan tidak bisa menerima kelompok minoritas Islam semacam Syiah dan Ahmadiyah hidup di negara Indonesia. Ketika ditanyakan latar belakang murabbinya, ternyata berputar pada organisasi yg berpaham eksklusif dan radikal.

Dalam beberapa penelitian sebelumnya, misalnya penelitian Ma'arif institute disebutkan adanya kecenderungan penguatan Islamisme ( Islam radikal) di kalangan pelajar SMA se-jabodetabek. Kelompok Islamis di SMA ini kebanyakan digembleng pendidikan agama di Rohis oleh organisasi radikal. Tidak jauh berbeda dengan organisasi yang disebut-sebut oleh  siswi yang kemayu tadi.

Dalam  penelitian kami di Litbang Agama Makassar, hal serupa juga ditemukan. Ada kecenderungan siswa siswa SMA yg aktif di Rohis mengalami perkembangan pemikiran keagamaan yang radikal.

Radikalisme agama memang menyasar kaum muda, khususnya para siswa SMA. Syafii Mufid  bahkan menemukan  60 % lebih eksekutor bom dari kelompok terorisme berpendidikan SMA. Sementara di SMA, Rohis inilah yang dijadikan tempat penyemaian radikalisme agama. Konon Dita Oepriarto, pelaku bom bunuh diri dari Surabaya  itu, dulunya adalah aktivis Rohis.

Dialog dengan para Rohis se Sulsel di bulan Ramadan yang baru berselang ini, hanyalah mengkonfirmasi temuan berbagai penelitian mengenai Rohis tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun