Mohon tunggu...
Iin Solihin
Iin Solihin Mohon Tunggu... -

Hati tercipta dari dua kekuatan, Antara Harapan dan Ketakutan. Keduanya bagai Tsunami menerjang segala rintangan. Hanyalah Tuhan Sang pemilik Harapan dan Ketakutan. Dalam perenungan, Daku menghayal, Tuhan menghilangkan derita Kebodohan dan Kemiskinan. Dalam kebimbangan, benarkah TUHAN mau menghilangkan segala penderitaan. Disaat Keheningan, Tuhan besabda, Itulah alasan kenapa AKU menciptakanmu (itulah tugas manusia sbg khalifah).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Panggil Aku Ima Tanpa “H”

28 Februari 2013   22:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:31 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam itu, begitu cerah dengan hawa dingin menambah keakraban malam dengan sinar rembulan yang menulusuk ranting-ranting dan pohon-pohon cemara yang tumbuh elok nan indah diarea taman, cahayanya yang ramah tidak secerah dan berbeda dengan malam sebelumnya.

Hawa dingin seperti biasanya dibulan september begitu erat memeluk menusuk sekujur tubuh persendian. Suara nyanyian para kodok dan jangkrik tampak khusuk tak lelah berzikir atas nama nikmat-nikmat tuhan membentuk nada dan irama begitu indah. Keindahan suara mereka baik dijadikan kawan tuk menemani sunyinya malam dalam kesendirian.

Malam itu, Aku tak mau terjebak menyia-nyiakan waktu untuk meluangkan waktu menulis kata dan aksara sebagai panggilan, disaat orang-orang tengah asik mencumbu menikmati dan cumbuan rayuan dibuaian impian malam.

“Assalamu’alaikum?” Suara orang mengetuk pintu dari luar”

“Wa’alaikum Salam! Jawabku”

“Bergegas ku buka pintu, ternyata si Zaki teman lamaku seorang Mahasiswa abadi yang disayang Tuhan hingga semester 18-an tak kunjung selesai! Kasihan gumamku”

“Habis dari mana Zaki? Tanyaku”

“Habis dari rumah pacar! Jawabnya”

“Lo kagak ngapel malam minggu? Tanya Zaki”

“Aku tak punya pacar! Jawabku”

“Kegiatan lo, apaan sekarang? Tanya Zaki penasaran”

Tidak ada, selain merawat ibuku yang lagi sakit dan menemani bapak berjualan! Jawabku”

“Malam ini, lo bergadang sedang ngapain? Tanya Zaki”

“Menunggu ibu ku yang lagi sakit, dan menulis sajak-sajak indah untuk seorang perempuan yang merayakan Hari Kelahiran! Jawabku tegas”

“Hari Ulang Tahun maksudnya? Tanya Zaki rewel”

“Betul zak,! Jawabku santai”

“Lo suruh perempuan itu merayakan dan meniup lilin? Itukan kebiasaan orang-orang Majusi penyembah api! Tanya Zaki menerangkan”

“Tidak juga Aku menyuruh, Aku lebih enak merayakan Hari Ulang Tahun dengan Milad. Tapi tergantung niat dan tujuan! Jawabku tegas”

“Tujuan Merayakan Hari Ulang Tahun tujuannya apa kalau begitu? Tanya Zaki”

“Bisa juga tujuannya untuk mensyukuri hidup, bahwa kita pernah dilahirkan didalam kandungan, ribuan benih telah bersaing dan berguguran, kita adalah pemenang lahir didunia atas seizin Tuhan? Jawabku menerangkan”

“Adakah hikmahnya selain itu? Tanya Zaki penasaran”

“Banyak sekali Zaki, ini tulisan sebagai nasehat sesama muslim untuk mengingatkan sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, “Perempuan itu tiang negeri, manakala baik perempuan, baik pula negeri, manakala rusak perempuan (moral) rusaklah negeri.” Menurut pendapatku laki-laki juga harus baik. Laki-laki berkewajiban untuk ikut memikirkan nasib para perempuan. Laki-laki tidak boleh merasa yang terbaik, kita harus bijak. Jika kita berbuat baik pada perempuan berarti kita secara tidak langsung memulyakan ibu kita juga. Membangun perempuan sama dengan membangun negara, masyarakat dan perempuanlah yang akan melahirkan generasi terbaik yang berasal dari benih (laki-laki) yang baik pula. Silahkan lihat dalam buku Soekarnoberjudul “Sarinah, Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia”.

Jalaluddin Rumi seorang Sufi dan penyair besar menggambarkan laki-laki dan perempuan:

“....Langit adalah laki-laki, dan bumi adalah perempuan,

Bumi memupuk apa yang dijatuhkan oleh langit.

Jika bumi kekurangan panas, maka langit segera memulihkanya,

Langit memayungi bumi, Layaknya seorang suami menafkahi istrinya

Siang dan malam tampak bermusuhan, Namun keduanya mengabdi pada satu tujuan. Masing-masing saling mencintai dan melengkapi

Tanpa malam, alam manusia tidak akan punya penghasilan

Sehingga tidak ada yang dibelanjakan diwaktu siang.” Jawabku menerangkan”

“Apa kado yang akan lo berikan? Tanya Zaki penasaran”

“Aku tidak memberikan kado apa-apa, selain kata, do’a dan puja sebagaimana yang dia (perempuan itu) inginkan.!” Jawabku tegas, dengan rasa kantuk dan mulut terus menguap”

“Kenapa perempuan itu tidak mengharapkan kado, mengapa kata, do’a dan puja lo yang dia harapkan? Tanya Zaki, terheran-heran”

“Kalau aku memberikan kado pada perempuan itu, takut ditangkap KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) takut disangka melakukan penyogokan.! Jawabku kemudian sambil tertawa bersama...ha...ha..ha..1000 kali”. Sambil melanjutkan menerangkan, aku berdiri sambil mengacungkan jari tangan tepat di muka Zaki aku mengatakan, dengarkan saudara Zaki, Kata-kata yang ku tulis memiliki arti dan makna untuk menerangkan suatu kehidupan, dunia, kata-kata adalah do’a sebagaimana Tuhan-pun berkata-kata lewat firman-firman-Nya. Para nabi berkata-kata dengan sabda-sabdanya. Akupun berkata dalam puja-puja dan kata serta do’a. Kata-kata adalah isyarat dari Tuhan untuk kita artikan dan merenungkan laku-lakon kehidupan.”

“Silahkan lihat Zaki, dalam buku Prof. Dr. Kwant “Manusia dan Kritik” 1974. Hal: 26-27 mengungkapkan:

The First: (Pake bahasa Inggris Gaye, maklum pernah di Pare, Ledek Zaki)

Kata-kata yang kita ucapkan adalah sebuah kritikan terhadap realitas untuk meluruskan jika terjadi kesalahan dalam labirin kesesatan. Sebagaimana yang tertulis dalam Kitab Suci, UUD 1945 itu semua adalah kata-kata pedoman.

The Second: Manusia memiliki sarana untuk berucap mengungkapkan melalui mulut tubuh, lidah sebagai pengingat bila terjadi kesalahan. Nasehat sebagian dari bentuk kecintaan dan ke-imanan juga.

The Third: Berkata-kata adalah langkah menggapai impian baik melalui tulisan maupun lisan. Gagasan yang kita tuangkan adalah untuk petunjuk ditengah-tengah terjadinya kesesatan pikiran dan perbuatan. Keadilan harus dimulai dari pikiran. Kita harus mengatakan kalau kita cinta, suka, sayang kepada seseorang maupun pada Tuhan begitupun sebaliknya.

Kata-kata adalah kritik, saran, solusi. Kritik itu tampil dalam sikap, terwujud dalam kata-kata, meletuslah revolusi, tercapailah kemerdekaan Bangsa Indonesia memerintah diri sendiri. Berkat perjuangan dan kata-kata bapak bangsa Soekarno Hatta. Mereka selain pandai berkata-kata dan retorika kata. Tetapi apa yang mereka katakan dilakoni lakukan secara konsisten. Tidak seperti para elit di Indonesia sekarang seperti Gayus Tambunan, Muhammad Nazaruddin (koruptor). Apa yang mereka berdua katakan dalam setiap persidangan, bukan berkata tentang kekujuran, tetapi adalah kemunafikan, kebohongan kata yang mesesatkan bangsa dan negara. Kata-kata mereka telah menghianati isyarat Tuhan yang tidak ada kemaslahatan.! Jawabku dengan gagah dan ber api-api”

Gw penasaran siapa sih perempuan itu yang akan kau tulis? Tanya Zaki penasaran”

“Nama perempuan itu adalah Khusnul Khotimah? Jawabku santai”

“Keren sekali nama perempuan itu? Puji Zaki”

“Yang lebih keren adalah Orang Tua perempuan itu, karena mereka tahu nama yang bagus dan sangat cocok secantik orangnya! Jawabku bangga..kemudian kami berdua tertawa...ha..ha..ha..1000 kali”

“Siapa panggilan perempuan itu? Tanya Zaki penasaran”

“Ima panggilannnya tanpa huru “H” ! Jawabku

“Kenapa panggilannya kalau pakai huru “H”? Tanya Zaki heran”

“Lebih simple dan indah, terlebih populer dari sekolah hingga bangku kuliah. Dia (ima) akan protes jika di panggil “ima” dengan hurup “H” itu terjadi disaat aku pernah menulis SMS. Tapi aku percaya, apapun panggilannya seperti ungkapan Sastrawan Inggris William Shakepear dalam Novel “Romeo dan Juliet” mengatakan bahwa “Bunga Mawar Akan Tetap Harus Apapun Namanya” . Jadi, dia di panggil “ima” tanpa hurup “H” pun tetap harum apapun panggilannya. Persis sama dalam judul buku Pramoedia Anatatoer “Panggil Aku Kartini Saja” tidak usah dengan Raden Ayu. Diapun sama cukup dipanggil “Ima” saja tidak usah Khusnul Khotimah.! Jawabku menerangkan”

“Si Ima kuliah dimana? Tanya Zaki kagum dan penasaran”

“Universitas Brawijaya Malang, Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris! Jawabku

“Ima pasti senang membaca tulisan mu? Zaki berharap”

“Mudah-mudahan, dia bisa tersenyum dan senang membaca tulisan yang akan aku tulis. Bagaimanapun, tulisanku ini nanti tidak ada apa-apanya dijadikan kado di Hari Ulang Tahunnya.” Jawabku rendah”

“Bagaimana sosok Ima menurut mu? Tanya Zaki penasaran”

“Ima sangat cantik, baik. Aku ingat saat dia mengikuti diskusi Rumah Anak Bangsa (RAB) dia sering pulang lebih awal walaupun dia ingin bertahan. Tapi dia taat terhadap aturan dan kearifan lokal orang tuanya dan desanya. Itu yang salah satu aku banggakan. Selain itu dia juga perempuan terhormat yang pernah aku kenal dan pernah juga dia ikut ngaji di pesantern di Jombang, menambah kesolehahan. ! Puji ku kagum”

“Tahu darimana si Ima seperti itu? Tanya Zaki lebih penasaran”

“Aku tahu Zaki, membedakan mana perempuan yang baik! Jawabku bangga”

“Apa yang kau harapkan di Hari Ulang Tahunnya? Tanya Zaki berharap”

“Aku berharap, Ima menjadi perempuan yang tegar, sabar dan tetap mau belajar sebagaimana sosok kartini menjadi pemikir, istri, ibu sebagai dambaan semua laki-laki. Jika, Kartini pernah besar karena dia mau berfikir dalam angan sehingga menjadi teladan yang pernah dilahirkan di Jepara, kini cahaya dimasa depan akan lahir di Timur tepatnya di Pare-Kediri. Seperti “Sarinah” pendidik Soekarno, Khadijah dan tetap secantik Aiysah istri Nabi Muhammad.” Jawabku berdoa dan berharap”

“Bagaimana Zaki paham apa yang ku katakan? Tanya ku cemas”

“Paham bro, ayo lanjutkan? Pinta Zaki, sambil merubah posisi duduknya”

“Baiklah saudara Zaki, sebagian orang telah menganggap uang sebagai raja, pangkat dan pendidikan sebagai panglima. Jika kita tidak punya uang, apalagi pendidikan dan tidak mau membaca yakinlah hidup kita tidak berharga dimata manusia sebagaimana firman Tuhan mengatakan”...akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berpendidikan (Iqra: membaca)...” Jawabku santai sambil menyalakan sebatang rokok”

“Kapan si Ima itu Ulang Tahun? Tanya Zaki penasaran”

“Tanggal 14 September 1992. ! Jawabku”

“Dari mana dia berasal? Tanya Zaki penasaran dan berharap ingin sekali mengenal”

“Doa apa yang akan kau Panjatkan Pada Tuhan buat nya (ima)? Tanya Zaki”

“Aku pasti akan selalu mendoakan, yach sudah kamu Zaki aku beri kehormatan untuk memipin doa nya. ! Jawabku berharap pada Zaki”

***

Akhirnya saudara Zaki bersedia diberi kehormatan untuk memimpin doa. Sambil mengangkat tangan mereka berdua berdoa membaca Basmalah terlebih dahulu dengan membacakan doa, puja dan puji kepada Tuhan untuk ima yang sedang berulang tahun. Dalam doa nya yang tampak kusuk dan khidmat sesekali mereka berdua mengusap kedua matanya yang tak terasa telah membasahi kedua pipi mereka. Dalam doa nya yang terakhir mereka memanjatkan dan mengatakan SELAMAT ULANG TAHUN, SEMOGA PANJANG UMUR SEMOGA TUHAN MENJAGA DAN MELINDUNGI DENGAN NAFAS KEMULYAAN. AMIEN.

***

Malam yang dingin dan panjang tak terasa mereka berdua lalui hingga sang pajar datang. Dengan rela mereka tak lupa mengucapkan selamat tinggal malam, terima kasih kepada mu malam yang telah meluangkan waktu luang menemani kehampaan. Dan selamat datang menjelang sang siang diiringi sambutan nyanyian oleh panggilan azan. Tanpa menunda waktu, mereka berdua bergegas memenuhi panggilan azan sebagai bentuk syukur pada nikmat-nikmat Tuhan. Kemeriahan sambutan mengiringi dan melengkapi kebahagiaan dengan datangnya sambutan sang mentari pagi untuk mengecup dan menyapa alam. Dengan tubuh diri mereka berdua yang tampak kelelahan mereka pun tetap melanjukkan kehidupan dengan memulai badan yang terkulai lemas dan tertidur dalam santai. Selamat bobo, moga mimpi indah.

Bersambung….

BAHAGIA

Aku bukanlah Ibnu Batutah

Yang pandai menglana hingga Asia

Aku tak semahir sang penyair Kahlil Ginbran

Yang pandai mencumbu kata-kata mutiara

Aku juga bukan sok penyair yang mengurai kata

Aku hanyalah manusia biasa, sama seperti mu

Suka belajar dan berkelana hingga negeri China

Saat ini, aku tak bias memberimu intan mutiara

Kata-kata adalah usaha

Doa adalah harapan

Tuhan lah yang menentukan

Semoga hari tetap dalam keberuntungan

Diselimuti nafas kesaleha-an

Semoga panjang umur….

….Bersambung.

Siapa Namamu

Apakah arti sebuah nama? Ungkap pepatah China

Pernahkah kamu bertanya kenapa nama mu Khusnul Khotimah?

Patulah kamu bertanya….

Namamu adalah doa dan abjad tuhan

Seribu orang yang memanggilmua

Seribu Doa dan dzikir kamu dapat

Cukupkah hidupmu dengan indah nya nama?

Kapan kah kamu akan bertanya?

Untuk apa cantik rautnya wajahmu

Patutlah kamu bertanya

Dengan apa hidup mu agar tetap bahagia

Lakon hidupmu adalah teladan

Ing Ngarsa Tungtulada

Pikiran dan tanganmu adalah lambang kebaikan

Ing Madya Mangun Karsa

Jiwa raga mu adalah modal kebahagiaan

Tut Wuri Handayani

Namamu adalah awal kebaikan

Namamu adalah akhir kehidupan

Namamu adalah dambaan semua orang

Menuju Khusnul Khotimah

Selamat Ulang Tahun dan Panjang Umur

….Bersambung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun