Mohon tunggu...
Iqbal Iftikar
Iqbal Iftikar Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Wannabe

Nothing was never anywhere

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Terompet "Sangkakala" dan Lauk "Ayam" untuk Sahur

22 Mei 2018   11:17 Diperbarui: 22 Mei 2018   11:28 1171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menara dan Masjid Gontor. Foto oleh Gontorgraphy (https://web.facebook.com/gontoreveryday/)

Setiap memasuki Ramadan, selalu teringat kisah Ramadan ketika masih di pondok tahun 2012 yang lalu. Boleh dibilang, Ramadan 1433 merupakan Ramadan paling berkesan selama hidup saya. Selain karena ini merupakan Ramadan full pertama saya di luar rumah, banyak sekali cerita yang mengesankan dan akan selalu terkenang.

Bagi yang belum tahu, saya sempat mondok di Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) selama 7 tahun. PMDG memiliki kurikulum yang berbeda dari sekolah umum lainnya. Perbedaan tersebut terletak pada pelajaran yang dipelajari dan kalender akademik yang berbasis kalender Hijriyah. Kalender akademik Gontor berawal dari 10 hari setelah lebaran sampai 10 hari sebelum Ramadan. Selama 50 hari antara dua tanggal tersebut, santri dari kelas 1-4 diizinkan untuk pulang ke rumah, sementara santri kelas 5 dan 6 mukim di pondok.

Ketika siswa akhir Gontor (kelas 6) mukim untuk menunggu pengumuman kelulusan, siswa kelas 5 mukim untuk 'menjaga' pondok. Alhasil, kehidupan di pondok yang biasanya ramai oleh kegiatan menjadi sangat sepi ditinggal santri. Hanya beberapa santri kelas 5 yang berkeliling mengisi kegiatan seadanya.

Terompet 'Sangkakala' Sahur

Salah satu ciri khas Gontor ketika Ramadan, tidak lain dan tidak bukan, adalah terompet sahur. Beberapa santri menyebutnya sebagai terompet sangkakala karena suaranya yang keras lagi sumbang. Rekaman yang diklaim telah digunakan sejak tahun 80-an ini senantiasa meraung tepat jam 3 subuh selama Ramadan.

Setelah Kiai menentukan awal puasa Ramadan berdasarkan sidang itsbat, hisab serta ijtihad Kiai, bagian penerangan (santri yang bertanggungjawab untuk urusan sound speaker pondok) segera menyiapkan speaker di menara masjid dan rekaman terompet sahur. Awal Ramadan pun ditandai dengan salat Tarawih bersama Kiai.

Ketika pertama kali Tarawih di pondok, seluruh santri kelas 5 tidak pernah tahu apa yang akan mereka dengar keesokan subuhnya.

Selepas Tarawih, saya kembali ke kamar. Di kamar, saya bersendaugurau dengan kawan, ngobrol ngalor-ngidul sampai akhirnya terlelap di atas selembar kasur busa tipis.

Keesokan paginya, saya sangat kaget mendengar suara terompet yang keras, sumbang dan tidak beraturan (silahkan play video YouTube di atas untuk lebih jelas). Butuh waktu beberapa menit untuk saya menyadarkan diri bahwa saya sedang tidak bermimpi tentang kiamat. Saya pun terbangun dan segera membangunkan kawan-kawan.

Beberapa kawan terbangun dengan muka sebal karena mendengar suara yang sumbang itu. Kawan saya yang lainnya, yang terkenal sulit dibangunkan, ketika saya goyangkan tubuhnya malah mengigau dan berteriak-teriak tidak jelas. Belakangan, saya tahu dia mimpi buruk sedang diinterogasi seseorang. Apa mungkin dia mimpi kiamat beneran, yah?

Hari-hari pun berlalu. Setiap hari selama bulan Ramadan, kami selalu dibangunkan dengan kerasnya terompet sahur. Sampai akhirnya, setelah lewat tanggal 20 Ramadan, telinga kita sudah kebal oleh suara yang tidak nyaman di telinga manusia normal tersebut. Hasilnya, menjelang akhir Ramadan sahur di awal waktu menjadi jauh lebih sepi. Pukul tiga subuh, yang di awal Ramadan sudah penuh sesak oleh santri, tiba-tiba menjadi sepi.

Tentu saja karena santri sudah kebal oleh terompet sahur, mereka jadi sulit bangun walau terompet sahur ditempatkan di depan telinga mereka. Alhasil beberapa santri sahur ketika alarm imsak sudah berkumandang. Hal yang mungkin mengurangi motivasi untuk sahur pagi adalah lauk yang sudah tidak menarik. Di awal Ramadan, sahur tidak pernah lepas dari lauk enak seperti ikan atau ayam. Tapi, menjelang akhir Ramadan, karena persediaan dapur juga menipis, sahur hanya bermenukan sayur sisa berbuka dan kecap, terkadang dilengkapi tempe dan tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun