Mohon tunggu...
Ifa Karmidi
Ifa Karmidi Mohon Tunggu... -

tengah belajar berbagi pikiran lewat tulisan tanpa merasa takut. berusaha menjadi lebih dewasa tanpa menghilangkan semangat kanak-kanak. ifasama.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Yah, Tidak Bisa Bahasa Inggris

22 Juli 2017   02:08 Diperbarui: 23 Juli 2017   09:40 3505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa sehari-hari kebanyakan anak muda terutama di Jakarta. | @ifasama

Banyak masyarakat urban Indonesia yang sudah tidak mampu lagi memisahkan kata-kata bahasa Inggris dari kalimat-kalimat bahasa Indonesia yang kerap mereka tuturkan. "Guys, gue kayaknya nggak bisa ikut hangout deh hari ini, mau ada meeting di kantor" adalah salah satu kalimat yang paling lumrah diucapkan. Sebagai pendengar, kita sudah paham apa maksud dari kalimat tersebut dan segera menanggapinya tanpa menanyakan lagi, apa sih maksudnya guys, hangout, dan meeting. Malah, jika kita menanyakan apa arti ketiga kata tersebut, mungkin kita akan dianggap kampungan atau tidak berpendidikan.

Bahasa Inggris sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan walau istilah Indolish tidak pernah ada yang mencetuskan, percampuran kedua bahasa (Indonesia dan Inggris) dalam seluruh lapisan kehidupan masyarakat Indonesia telah terjadi tanpa bisa kita pungkiri. Menyelipkan bahasa Inggris, entah mengapa, membuat beberapa orang merasa lebih berkelas. Padahal, ketika diminta membaca teks bahasa Inggris yang sesungguhnya, dia belum tentu dapat memahami.

Orang yang mendengarnya pun, entah mengapa, langsung teryakini bahwa orang ini pasti berpendidikan atau lebih pintar. Padahal lagi-lagi, belum tentu mereka juga memahami apa maksud kata bahasa Inggris yang keluar dari mulut pembicara tersebut dan keinginan untuk bertanya dihalangi rasa malu akan dianggap bodoh.Tentunya tidak ada yang salah dengan memiliki kemampuan berbahasa Inggris, malah sangat baik. Kejarlah ilmu setinggi langit, tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina, semua pepatah itu tidak salah.

Bahasa adalah kunci utama yang menjembatani perbedaan dan membawa seseorang kepada pemahaman akan hal-hal asing yang belum terjamah. Masyarakat Indonesia tidak akan bisa memiliki Bursa Efek Indonesia atau menjiplak drama Korea untuk dijadikan sinetron bila tidak ada orang Indonesia yang paham bahasa Inggris atau bahasa Korea dan kemudian mentransfer semua yang dipahaminya akan bidang-bidang tersebut.

Namun, apabila yang terjadi adalah mampu berbahasa Inggris atau berbahasa asing lainnya tanpa mengetahui makna atau definisinya dalam bahasa ibu, kemungkinan besar yang akan terjadi adalah justru kesalahpahaman. "Jadi ibu-ibu, untuk garnish, sayur-sayurannya akan kita blanch saja ya". Kata garnish sebenarnya punya penggantinya dalam bahasa Indonesia, dekorasi.

Dan walau kata blanch masih belum saya dapati substitusinya, alangkah baiknya jika pembicara bisa menjelaskan sedikit tentang arti dari kata tersebut. Pada akhirnya, toh ia merujuk pada massa yang bisa berbicara bahasa Indonesia, bukan? Dan rasanya tidak salah bila orang Indonesia bingung karena tidak memahami istilah-istilah bahasa Inggris yang disebutkan karena sejak awal ia berpikir bahwa memang tujuannya adalah menonton acara masak berbahasa Indonesia.

Memang benar bahwa Indonesia masih sangat kekurangan sumber informasi yang berkualitas dari bahasa sendiri. Tetapi hal ini bukan berarti membuat kita harus terpaku pada bahasa sumber dan tetap menggunakannya setelah mengadopsinya. Lagipula, bukan hanya bahasa Inggris yang memiliki informasi beragam dan seandainya kita menyadur informasi dari bahasa lainnya seperti Jepang, Perancis atau Tagalog, apakah lagi-lagi kita akan terus menyelipkan kata-kata dalam bahasa tersebut? Rasanya tidak.

Bayangkan kalau kita menonton program televisi berbahasa Indonesia, namun pembicaranya berkata, "Selamat pagi viewers, hari ini kita akan buat beurre blanc. Stay tune di channel ini, salamat!". "Selamat pagi penonton, hari ini kita akan membuat saus mentega putih. Jangan ke mana-mana, terima kasih!", bukankah kalimat yang kedua terasa lebih mudah dipahami? Dan tentunya bagi yang tertarik untuk belajar membuat saus mentega putih akan segera mempelajari bahwa ini adalah resep dari Perancis, yang bernama beurre blanc.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun