Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Karakter Berbasis Satuan Pendidikan

21 Juli 2017   09:54 Diperbarui: 21 Juli 2017   10:08 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa waktu yang lalu saya diundang untuk menjadi narasumber pada sebuah kegiatan In House Traning (IHT) Kurikulum yang diselenggarakan oleh sebuah satuan pendidikan berbasis pesantren di Garut Jawa Barat. Sebelum saya menyampaikan materi, terlebih dahulu ada sambutan dan pengarahan dari Ustadzah Ai, perwakilan pengelola pesantren.

Dalam sambutan dan pengarahannya, Ustadzah Ai mengingatkan bahwa guru-guru harus mengikuti kegiatan dengan sungguh-sungguh dalam rangka mendukung tercapainya visi dan misi pesantren. Beliau menyampaikan bahwa visi pesantren ada dua. Pertama, civitas akademika pesantren harus menjadi miniatur masyarakat  Islam, dan kedua, civitas akademika pesantren harus menjadi manusia yang unggul. Untuk untuk mencapai visi, maka diterjemahkan melalui misi sebagai berikut; (1) berakhlakul karimah, (2) tafakkahu fiddiin (paham urusan agama), dan (3) melek IPTEK.

Menyimak paparan tersebut, saya teringat dengan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang saat ini digulirkan oleh pemerintah. Ada lima nilai yang saat ini dikembangkan, yaitu: (1) religius, (2) nasionalis, (3) integritas, (4) mandiri, dan (5) gotong royong.

Kelima nilai tersebut hanya merupakan nilai minimal yang diberlakukan secara nasional. Sekolah masih dapat mengembangkannya sesuai dengan visi dan misi sekolah. tujuannya agar lebih kontekstual, disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah. Selain, agar warga sekolah dapat memahami dan berpartisipasi dalam penguatan pendidikan karakter.

Dalam penguatan pendidikan karakter berbasis satuan pendidikan, nilai-nilainya setidaknya tercermin dalam institusi tersebut, baik dalam konteks tata cara pergaulan, komunikasi, sikap, perkataan, kondisi lingkungan, dan suasana pembelajaran. Sekolah yang menerapkan pendidikan karakter akan terasa kondusif sejak mulai masuk ke pintu gerbang hingga masuk ke sekolah.

Tamu yang datang dengan santun ke sekolah akan disambut dengan baik disertai wajah yang sumringah. Berkomunikasi melalui tutur kata yang sopan, saling menghormati dan saling menghargai. Lingkungan sekolah yang tertata rapi dan bersih. Ketika pulang, tamu meninggalkan kesan yang baik terhadap sekolah yang dikunjunginya. Dalam manajemen sekolah juga dibangun transparansi dan akuntabilitas. Pengambilan keputusan juga dengan melibatkan warga sekolah agar semua pihak bertanggung jawab dalam melaksanakannya.

Pada saat pembelajaran, diawali dengan pembiasaan dalam bentuk membaca doa, surat-surat pendek, menyanyikan lagu wajib nasional. Guru pun mengecek kehadiran siswa, barang kali ada yang berhalangan hadir. Kalau misalnya ada yang sakit, guru mengajak semua siswa mendoakan temannya yang sakit. Disitulah tercermin nilai religius, solidaritas, dan empati terhadap sesama.

Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi pelajaran. Para siswa menyimak dengan baik, selanjutnya ada sesi tanya jawab. Kemampuan berkomunikasi dilatih. Begitu juga kemampuan untuk saling menghargai dan menghormati. Pada saat diskusi kelompok, siswa dilatih untuk bekerja sama, mengendalikan emosi, belajar mendengarkan pendapat orang lain, kreatif, dan sebagainya. Dan pada saat kegiatan penutup, guru membimbing siswa membuat kesimpulan dan refleksidari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan diakhiri dengan ucapan salam. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran dari awal sampai dengan akhir sarat dengan muatan pendidikan karakter.

Satuan pendidikan yang menerapkan pendidikan karakter akan menjelma menjadi satuan pendidikan yang sehat dan berintegritas. Sinergi dan kolaborasi antar berbagai bagian terlihat dan terasa, fokus kepada peningkatan mutu, serta mampu menekan ego masing-masing. Budaya berprestasi dan bersaing secara sehat juga dapat berkembang dengan baik.

Hal yang sangat penting dalam implementasi pendidikan karakter berbasis satuan pendidikan adalah keteladanan kepala kepala. Seorang kepala sekolah yang mampu memberikan teladan, biasanya memiliki kharisma, wibawa, dihormati, dan disegani oleh guru, staf, dan para siswa.

Ketika sebuah satuan pendidikan mampu mencerminkan dirinya sebagai sekolah berkarakter, maka disamping menjadi sebuah organisasi yang berkualitas, juga akan memiliki kredibilitas dan daya tawar yang tinggi di mata masyarakat. Oleh karena itu, wajar kalau sekolah tersebut banyak diburu orang tua siswa pada saat penerimaan siswa baru. Satuan pendidikan yang mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam prosesnya dapat menghasilkan lulusan yang berkarater pula. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun