Mohon tunggu...
Waldy
Waldy Mohon Tunggu... -

Slow but Sure

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Sektor Ganda dan Dilema Pelatnas PBSI

13 April 2016   11:07 Diperbarui: 13 April 2016   11:16 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Regenerasi sektor ganda bulutangkis Indonesia harus diakui menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan.

Di sektor ganda putra contohnya, Pelatnas Cipayung tidak hanya mengandalkan pasangan Ahsan/Hendra yang berada diperingkat 2 dunia di setiap turnamen buat meraih gelar lagi, pelapis-pelapisnya seperti pasangan Angga/Ricky dan Gideon/Kevin, sudah mampu menunjukkan kelasnya. Bahkan, di India Superseries lalu, kedua pasangan ini, berhasil menembus partai puncak.

Begitu pun dengan sektor ganda campuran. Di 2015 lalu, pasangan utama Indonesia (Owi/Buet) di sektor ini, sempat dibuat frustasi lantaran kerap menjadi tumpuan di setiap turnamen. Di sebuah kesempatan lewat akun media sosialnya, Lilyana Natsir sempat menyindir pelapis untuk segera berbenah.

Syukurnya di tahun 2016 ini, secara mengejutkan, ganda campuran  lapis kedua Indonesia (Praveen/Debby) berhasil menjungkalkan prediksi di all england 2016, dan berhasil meraih gelar superseries perdananya sekalipun tidak diunggulkan di turnamen itu. Gelar tersebut (all england), menjadi gelar kedua yang berhasil diraih Praveen/Debby di tahun ini, setelah sebelumnya berhasil meraih gelar India GP Gold 2016.

Di sektor ganda putri memang belum berhasil menyumbang gelar bagi Indonesia. Namun, mengamati prosfek yang ditunjukkan pasangan Anggia Sitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi di berbagai turnamen yang diikutinya, sangat layak diapresiasi guna melapisi seniornya Nitya/Polii di sektor ini.

Mengamati sektor ganda bulutangkis Indonesia di berbagai turnamen resmi federasi bulutangkis dunia (BWF), yang masih sangat ditunggu adalah regenerasi sektor tunggal, baik tunggal putra maupun putri.

Sejak beberapa tahun yang lalu setelah Taufik Hidayat pensiun dan menurunnya performa Simon Santoso, praktis Pelatnas tidak memiliki pemain yang bisa diandalkan diberbagai turnamen, terlebih level superseries dan premiere superseries. Kuartet Jonathan Christi, Antoni Ginting, Ihsan Maulana dan Firman Abdul Kholiq yang digadang-gadang ternyata tidak senyaring yang terdengar.

Terlebih lagi di sektor tunggal putri. Jika tunggal putra sesekali masih mampu membuat kejutan, tidak bagi sektor ini (tunggal putri). Di setiap turnamen yang diikuti, sektor selalu mentok dibabak-babak awal, dan nyaris tidak pernah ada kejutan.

Beberapa hari yang lalu, pengakuan mengejutkan disampaikan salah satu pelatih tunggal putri bahwa tunggal-tunggal putri Pelatnas kerap mengeluh dan banyak alasan jika disuruh berlatih. Tunggal putri Pelatnas kata dia, lebih suka hepi-hepi ketimbang berlatih, maka tidak heran performa tunggal putri Indonesia selalu mengenaskan disetiap turnamen yang diikuti.

Salah satu legenda bulutangkis Indonesia beberapa waktu yang lalu juga menyatakan kekecewaannya pada persatuan bulutangkis Indonesia PBSI. Menurutnya, pemain/pasangan yang bernaung di Pelatnas terlalu dimanjakan, tidak ada hukuman bagi pasangan/pemain yang gagal memenuhi target, sekali pun negara sudah mengeluarkan budget yang sangat besar buat mengirim pasangan/pemain tersebut ke berbagai negara untuk mengikuti turnamen.

Pemain-pemain Pelatnas tambahnya, dikirim ke berbagai turnamen kesannya hanya untuk jalan-jalan. Gagal penuhi target, Pelatnas sama sekali tidak berbuat apa-apa bagi pemain tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun