Mohon tunggu...
Geutrida Malthida
Geutrida Malthida Mohon Tunggu... Administrasi - Mother of 3 cats. SJ . 嵐 . Visca el Barca.

Life is hard tabun happy

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"The Shawshank Redemption" yang Menginspirasi Itu...

1 Agustus 2013   10:00 Diperbarui: 4 April 2017   18:14 10872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="(www.fanpop.com)"][/caption] “Get busy living, or get busy dying.”    -Red- ________ Gara-gara obrolan dengan seorang teman kompasianer beberapa waktu yang lalu tentang dua film yang sangat disukainya yaitu “Ben Hur” (1959) dan “The Shawshank Redemption (1994), saya jadi kembali membongkar koleksi dvd jadul saya di rumah. “Ben Hur”, karena memang genre-nya bukan termasuk genre film favorit saya, wajar kalau saya baru pertama kali mendengar judul film tersebut. Tapi untuk film yang kedua, ah…entah sudah berapa kali saya menonton film yang menempati posisi puncak IMDb dan dipuji setinggi langit oleh para kritikus film itu. Ok, kali ini saya tidak akan meledek siapa pun yang belum pernah menonton film yang sudah berusia hampir dua puluh tahun ini. Sebuah film drama yang disutradarai oleh Frank Darabont dan diadaptasi dari cerita pendek karya sahabat Darabont sendiri, Stephen King, yang berjudul “Rita Hayworth and Shawshank Redemption”. Saya yakin sekali, masih banyak yang belum menonton film berdurasi 2,5 jam ini. Betul, film ini tidak sementereng “The Godfather” (1972) yang legendaris itu. Juga tidak se-absurb “2001: A Space Odyssey” (1968) masterpiece-nya Stanley Kubbrick, apalagi sekeren “One Flew Over the Cuckoo's Nest” (1975) yang diperankan dengan cetar membahana oleh Jack Nicholson. Film ini juga bukan film blockbuster atau setidaknya film yang mampu menembus box office pada jamannya kala itu. Trus, film yang punya Piala Oscar bejibun?Yaaah…apalagi. Walaupun “Shawshank Redemption” dinominasikan untuk 7 kategori Oscar (Best Actor in a Leading Role, Best Cinematography, Best Music-Original Score, Best Sound, Best Writing, and of course….Best Picture!), nyatanya film ini harus ikhlas lahir batin dikalahkan oleh film yang membuat saya mengantuk “Forest Gump” yang memborong 6 Oscar. Nyesek?Ah, lebih tepatnya……..gondok kuadrat. [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Andy yang mengalami titik balik dalam hidupnya (www.fanpop.com)"]

[/caption] “The Shawshank Redemption” hanyalah sebuah film sederhana yang mampu menginspirasi siapa pun yang menontonnya, termasuk saya….. Andy Dufrense (Tim Robbin), adalah seorang bankir yang dituduh membunuh istri dan pria selingkuhan istrinya. Walaupun sebenarnya Andy tidak bersalah, semua bukti mengarah kepadanya dan mau tidak mau Andy harus mendekam di penjara bernama Shawshank dengan masa hukuman dua kali seumur hidup. Di penjara Shawshank inilah Andy akan bertemu dan bersahabat dengan Ellis “Red” Redding (Morgan Freeman), seorang napi yang ahli menyelundupkan barang yang ketika Andy datang, dia sudah berada di Shawshank selama 20 tahun. Dan tentu saja, hidup Andy pun berubah 180 derajat. Titik balik, itulah yang dirasakan Andy selama berada di Shawshank. Tahun-tahun pertama Andy di Shawshank, hanya berisikan penderitaan dan air mata. Kepala penjara Samuel Norton (Bob Gunton) yang freak, kapten penjaga Byron Hadley (Clacy Brown) yang bengis dan tak berperasaan hingga geng homoseks “The Sisters” yang dipimpin oleh Bogs (Mark Rolston). Tapi Andy tahu, bahwa masih ada satu hal yang dia miliki walau kebahagiaannya telah terenggut oleh ketidakadilan. Ya, harta satu-satunya itu bernama HARAPAN. Harapan untuk terus hidup, harapan untuk terus berjuang dan harapan untuk terus melakukan hal baik walau dia tidak berada di tempat yang baik. Lihat saja bagaimana Andy memanfaatkan kekhawatiran Hadley tentang pajak warisannya, juga bagaimana Andy membantu napi tua bernama Brooks Hatlen (James Whitmore) mengelola perpustakaan penjara atau bagaimana Andy mengajarkan baca tulis seorang napi muda rock n roll Tommy Williams (Gill Bellows) hingga bagaimana Andy memanfaatkan eksploitasi yang dilakukan oleh Norton yang menyuruhnya melakukan money laundry atas uang Norton dengan nama samaran “Randall Stephens”. [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Andy dan sahabatnya, Red (www.fanpop.com)"]
[/caption] Ah..semua tidak seburuk yang kau bayangkan, kawan! Berbeda dengan film drama Hollywood kebanyakan yang membuat saya mengantuk saat menontonnya, hal itu tidak terjadi ketika saya menonton film ini walau untuk yang kesekian kalinya. Sosok Andy yang cerdas namun sedikit bicara sangat cocok diperankan oleh Tim Robbin. Terlebih dengan sosok Red, sahabat Andi yang asik dan pengetian itu benar-benar di lakoni dengan apik oleh seorang Morgan Freeman. Narasi yang dilakukan oleh Opa berkulit hitam ini di sepanjang film, membuat saya semakin terhanyut dalam kisah Andy dan kelamnya dinding penjara Shawshank. Wajar beliau diganjar nominasi best actor untuk film ini. Begitu banyak cerita yang tersirat dan sarat makna di setiap adegan dan dialognya yang sederhana. Kisah pilu Brooks yang sudah berada di penjara Shawshank selama 50 tahun dan akhirnya dibebaskan akan menyadarkan Anda, bahwa kebebasan adalah hak prerogative yang dimiliki oleh setiap manusia. Tidak terukur dan tidak sama. Juga perjuangan Red untuk mendapatkan pembebasan bersyarat dan tentu saja..perjuangan Andy untuk keluar dari penjara Shawshank walau hanya dengan bantuan sebuah palu batu dan poster Rita Hayworth, Marilyn Monroe dan terakhir Raquel Welch. Tetaplah berharap dan melakukan yang terbaik, dan semua akan indah pada waktunya….. Ada salah satu adegan yang sangat saya sukai di film ini, yaitu ketika Andy dengan nekatnya memutar piringan hitam Duettino - Sull'aria dari opera "Le nozze di Figaro (The Marriage of Figaro)" karya Mozzart. Andy memutarnya dengan menggunakan pengeras suara yang bisa didengar oleh seluruh penghuni penjara. Setelah itu, Andy harus mendekam di ruang isolasi tak bercahaya selama........satu bulan. Dan sebagaimana film ini ditutup dengan akhir yang sangat indah, begitu pun saya akan mengakhiri tulisan ini dengan quotes indah yang diucapkan Andy dalam suratnya untuk Red..

Remember Red, hope is a good thing, maybe the best of things, and no good thing ever dies.

________ Review film kali ini, adalah tulisan bayar hutang untuk teman kompasianer Andee Lumba. Sorry ye, “Ben Hur” nya belon nonton, jadinya review ini aja :D Selamat melanjutkan ibadah puasa untuk kawan-kawan semua, semoga puasa hari ini dilancarkan dan kita bisa mendapatkan barokahNya…amin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun