Mohon tunggu...
Ida Wirnaningsih
Ida Wirnaningsih Mohon Tunggu... Guru - Ida Wirnaningsih

Guru di SMK

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ketika Wanita Sebagai Pilar Rumah Tangga

12 Maret 2014   09:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:02 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kota besar bukan suatu pemandangan yang langka, saat ba’da Subuh para wanita sudah berjejal-jejalan di dalam angkutan kota maupun kereta api. Sore haripun demikian, tak jarang sampai larut malam masih dapat kita temui di jalan ataupun dalam angkutan umum. Merekakaum wanita berjuang mencari penghidupan untuk memenuhi kebutuhan yang seharusnya sudah dapat terpenuhi oleh para suami. Wanita-wanita pekerja tidak dapat dikatakan “ngoyo” kalau para suami di jaman sekarang tidak sulit mencari pekerjaan atau mendapat pekerjaan dengan penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Peran ganda para ibu tentunya memiliki dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan buah hati di rumah. Yang tak kalah memprihatinkan saat peran ibu digantikan oleh asisten rumah tangga. Asisten rumah tangga justru lebih tahu dengan beras yang habis, harga minyak yang melonjak, bahkan kebutuhan anak di sekolah maupun di rumah. Ibupun terkadang melewatkan saat si kecil mengatakan mama untuk pertama kalinya, melewatkan langkah tuk pertama kali, dan hal-hal pertamanya yang dilalui dengan dampingan “Si mbak”. Hati kecil sang Ibupun menangis manakala tak dapat memilih, ibarat memakan “Simalakama” dimakan mati Bapak tak dimakan mati Ibu.

Penderitaan para wanita tak Cuma cukup di situ, saat menyandang gelar wanita karier berapa % pekerja wanita yang mendapatkan perlakuan yang cukup baik dari atasan maupun rekan kerja. Tak sedikit dari mereka yang diperlakukan tidak adil, mendapatkan beban kerja yang cukup berat, waktu kerja yang berlebihan/overtime, perlakuan kasar atasan, sikut menyikut antar teman, bahkan cacianpun didapatkan manakala pekerjaan yang dilakukan dilihat tidak maksimal. Apa yang dilakukan oleh pekerja agar tetap eksis di tempat kerja tentunya menganut prinsip “Diam Itu Emas”

Gambaran di atas tentunya tidak bisa mewakili sebagian perasaan para Ibu yang memiliki peran ganda. Tentunya Ibu pekerja sudah mengambil resiko dari apa yang dilakukannya. Tulisan di atas hanya ingin menyentuh perasaan Bapak sebagai kepala rumah tangga yang mungkin Ibu tidak pernah mengeluh. Ibu kelihatan bahagia dengan perannya, namun di balik itu menyimpan derita yang hanya dikonsumsi dirinya dan sebagian kecil disampaikan kepada Tuhan Yang Maha Tahu.

“Tetap semangat Ibu………………Tetap semangat wanita Indonesia…………………

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun