Mohon tunggu...
Lindan
Lindan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Megawati yang Galau dan Opini Keliru Ahoker Menyikapi Kekalahan Ahok

30 April 2017   12:28 Diperbarui: 30 April 2017   14:02 2669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada hal yang luput dari perhatian public setelah kekalahan telak Ahok di Pilkada DKI. Banyak orang yang kurang memperhatikan tindak-tanduk Playmaker Ahok di Pilkada DKI, Megawati Soekarnoputri.

Beberapa saat waktu putaran kedua Pilgub DKI akan dimulai, Megawati mengumpulkan seluruh petinggi PDIP dan membuat rapat komando pemenangan Ahok-Djarot.  Kalau tidak salah elit-elit PDIP di daerah diminta untuk membantu pemenangan Badja.  Lalu seminggu sebelum hari pencoblosan kembali Megawati mengingatkan para petugasnya maupun saksi di TPS agar ketat mengawasi pencoblosan dan berani memprotes bila ada masalah di TPS.

Pada hari H pagi hari pencoblosan Megawati menyatakan dirinya dan PDIP tidak terpengaruh hasil-hasil Survey yang memenangkan Anies-Sandy. Mega mengatakan Survey itu hanya sebagai acuan timses saja dan tidak menentukan hasil. Itulah pernyataan terakhir Megawati ke public sampai dengan waktu sekarang.

Seminggu setelah hari pencoblosan pilkada DKI telah berlalu, tidak ada pernyataan sama sekali dari Megawati tentang kekalahan cagub-cawagub yang diusungnya. Public pun menduga Megawati galau karena kekalahan Ahok-Djarot begitu telak.

Kekalahan dalam Pilkada DKI menyusul kekalahan sebelumnya di Pilgub Banten setidak-tidaknya diperkirakan telah memukul psikologis internal PDIP.  Mungkin saja kepercayaan diri mereka menjadi tergerus menjelang Pilgub Jabar 2018 dan Pilgub Jatim dan Jateng.

Hal yang menarik perhatian public beberapa hari setelah hari pencoblosan ialah : Megawati berziarah ke makam Bung Karno di Blitar. Yang mencolok mata public, ternyata Ziarahnya Megawati dikawal oleh Kepala BIN Budi Gunawan dan Wakapolri Syarifuddin.

“Sepenting apakah Ziarah seorang Megawati sehingga harus dikawal 2 pucuk pimpinan lembaga Penegak Hukum, Kepala BIN dan Wakapolri?”inilah yang ada di benak public.  Mengapa Kepala BIN dan Wakapolri mempertontonkan kedekatan mereka dengan Partai Penguasa?

Disisi lain ada polemic besar yang terjadi di kalangan netizen maupun massa pendukung Ahok.  Banyak pembicaraan-pembicaraan pendukung Ahok di media-media social yang sepertinya keliru menyikapi hasil Pilkada DKI.

Kalau hanya sekedar keliru mungkin masih lebih baik daripada beberapa “Artis Medsos” yang terkesan marah dan mengupload status yang buruk. Ada yang menuduh sembarangan dan ada yang menghina warga DKI.

Saya juga tidak terlalu mengenal “artis-artis di media social”. Saya dengar ada nama “Ni Luh Djemantik” yang menuduh Kasus Tiko itu direkayasa Hari Tanoe. Bila itu kasus direkayasa berarti Ni Luh juga menganggap Gubernur NTB berbohong. Akhirnya yang bersangkutan malah diprotes keras masyarakat NTB karena “merendahkan” Gubernurnya.

Yang lebih “kasar” malah dilakukan oleh aktivis Boni Hargensyang merupakan Ahoker kelas berat. Saking emosi karena Ahok kalah, Boni mencuit suatu kalimat yang sangat menghina. Boni sempat mencuit di akun twitter pribadinya : "Kemenangan ini seperti pil yang diberikan pada anak superautis. Biar ademaja. Tapi tak akan menyembuhkan autisme dlm sekejap. #Salam Jakartabaru#". (Sumber: Republika.co.id tanggal 28 Apirl 2017).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun