Mohon tunggu...
Deddy Huang
Deddy Huang Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Memiliki minat di bidang digital marketing, traveling, dan kuliner. Selain itu dia juga menekuni bidang fotografi sebagai fotografer produk dan makanan. Saya juga menulis di https://www.deddyhuang.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Tradisi Angpao Lebaran

11 Juni 2018   16:46 Diperbarui: 11 Juni 2018   16:48 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ketika kecil saya tahu angpao setiap tahun baru imlek. Dalam sebuah amplop kecil berwarna merah ada selembar uang yang bisa saya pakai untuk jajan atau beli mainan. Setiap datang ke rumah keluarga, amplop merah itu selalu saya nantikan selain menikmati kue kering, minuman soda dan pempek.

Istilah bagi kami orang Tionghoa, memberikan angpao bagi orang khususnya anak kecil semacam tradisi turun temurun. Entah dari kapan tradisi ini ada namun dilakukan sebagai bentuk ungkapan rasa senang di hari lebaran. Orang yang nantinya mendapatkan 'angpao' didoakan mendapatkan limpahan berkah dan rejeki. Buktinya dengan senyum melengkung menghiasi wajah mereka.

Setelah usia dewasa, tentu saja saya sudah tidak mendapatkan angpao tersebut karena sudah dewasa dan bisa mencari uang sendiri. Walau sesekali saya kadang masih dikasih karena dianggap saya belum menikah. Ya, salah satu tradisi mendapatkan angpao adalah dia belum berkeluarga. Ada rasa senang ketika membuka amplop merah yang berisikan uang.

"Enak nih dapat duit angpao," seru saya ke ibu.

"Iya tapi kan sama aja harus kasih ke mereka juga yang kasih ke kamu," jawab ibuku.

Setelah dipikir memang benar, saat kita memberikan uang THR ke anak kecil, kita sudah harus memikirkan berapa rupiah yang akan kita kasih. Biasanya ibu akan tanya ke saya berapa rupiah yang dikasih oleh keluarga A, B dan C.  Nantinya ibu juga akan memberikan dengan nominal yang sama ke anaknya. Beruntung kalau anak-anak mereka hanya satu atau dua orang. Coba bayangkan kalau jumlah anaknha ada lebih dari 2. Butuh berapa banyak rupiah yang harus dikasih. Rugi bandar dong? Tentu saja.

Tetapi saya juga pernah melihat kalau orang membagikan amplop agak besar dari yang dikasih semata-mata oleh karena gengsi. Supaya   terlihat nilai nominal kita lebih besar dari yang memberi dan pastinya gengsi.

Saya sendiri baru mengenal salam tempel amplop putih ketika masih SD. Saat itu melihat teman-teman merayakan idul fitri kemudian saya pun bertanya apakah mereka juga mendapat uang amplop? Rata-rata mereka menjawab iya. Kemudian, uang yang sudah berhasil dikumpulkan biasanya akan langsung mereka masukkan dalam rekening tabungan khusus anak kecil. Saya termasuk salah satu nasabah yang membuat rekening tabungan khusus anak sekolahan tanpa dikenakan biaya tambahan.

Bagi sebagian orang memberikan amplop putih atau salam tempel bisa saja diartikan sebagai bentuk suka cita lebaran yang ingin mereka bagikan untuk anak kecil. Walau nominalnya tidak harus besar tapi sebagai simbolis ada baiknya uang tempel itu diperlukan.

Namun bagi kalian yang berpikir salam tempel tidak diperlukan karena tidak mendidik anak kecil. Sebenarnya ada cara lain untuk mendidik anak mengenai pemberian uang lebaran.

Misalnya :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun