Mohon tunggu...
Heru Susetyo Nuswanto
Heru Susetyo Nuswanto Mohon Tunggu... Dosen - Heru Susetyo, SH. LL.M. M.Si.M.Ag. Ph.D - Associate Professor Faculty of Law Universitas Indonesia

Associate Professor at the Faculty of Law University of Indonesia and Human Rights Attorney at PAHAM Indonesia. Studying Human Rights toward a degree (LL.M) at Northwestern Law School, Chicago, and Mahidol University, Bangkok (Ph.D. in Human Rights & Peace Studies). External Ph.D. researcher in Victimology at Tilburg University, Netherlands. Once a mountaineer, forever a traveler...and eager to be a voice for the voiceless people. Twitter : @herususetyo FB : heru.susetyo@gmail.com; e-mail : heru@herususetyo.com; IG : herususetyo2611

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Warsito, Kusrin dan Hukum Responsif

21 Januari 2016   06:51 Diperbarui: 21 Januari 2016   08:03 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

 

"Sesuatu yang baru sudah pasti akan mengundang kontroversi. Dengan adanya kontroversi itu sendiri justru karena kita mencoba sesuatu yang baru. Tanpa mencoba sesuatu yang baru, tak ada yang akan mengubah nasib kita,"

(Warsito P. Taruno, Republika, 1/12/2015)

Dalam banyak kasus, logika produksi inovasi teknologi seringkali 2-3 langkah melampaui hukum dan kebijakan. Ketika kebijakan dan segenap perangkatnya masih terjebak dalam logika produksi ‘deret hitung’, inovasi teknologi telah memasuki fase ‘deret ukur’.  Tak pelak, hukum dan perundang-undangan terengah-engah mengejar ketertinggalannya.

Hal ini makin diperparah kondisi di mana tidak semua hukum dan kebijakan bersifat responsif dan akomodatif.  Alih-alih mengakomodasi perkembangan teknologi, acapkali hukum menjadi rigid, kaku dan positivistik; dengan mengatasnamakan kepastian hukum (certainty of law) dan formalitas peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Contoh aktual disharmoni antara inovasi teknologi dan hukum adalah fenomena Jaket Kanker Doktor Warsito, produksi TV mandiri Kusrin dan ojek online semacam GoJek dan GrabBike yang kehadirannya membuka ruang dialektika dan kontroversi dengan hukum dan kebijakan di Indonesia.

  

Jaket Kanker Warsito dan TV Kusrin

Mereka yang mengenal Warsito Purwo Taruno, mengenal beliau sebagai fisikawan Indonesia alumnus Jepang adalah penerima penghargaan BJ Habibie Technology Award (BJHTA). Penghargaan ini diberikannya karena temuan Electrical Capacitance Volume Tomography (ECTV) yang  merupakan pendeteksi kanker otak dan payudara   (Republika, 1/12/2015).  Salah satu turunan teknologi ECVT adalah aplikasi untuk terapi kanker yaitu  Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT). Aplikasi ini telah didaftarkan paten Indonesia pada 2012.  

Adanya ECVT dan ECCT adalah harapan besar terapi kanker berbasis gelombang energi non-radiasi. ECCT sendiri kini telah menjadi harapan baru bagi mereka yang telah (divonis) tanpa harapan (Hope for No Hope) dalam metode pengobatan kanker. Semisal kasus kanker di tengah batang otak, masih mungkin 'dibersihkan' dengan ECCT. Kedua teknologi ini  tidak ada referensinya di dunia luar. Ini karena keduanya lahir di Indonesia dan pertama di dunia (Republika, 1/12/2015).

Semenjak keberhasilan jaket kanker-nya pada beberapa pasien, dan profilnya diangkat ke dalam media nasional, pasien pun berbondong. Akhir 2011, tak kurang dari 70-80 penderita kanker tiap hari mendatangi tempat penelitian Dr. Warsito yang berlokasi di daerah Tangerang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun