Mohon tunggu...
Hendra Permana
Hendra Permana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Otak Dengkul dan Urat Malu yang Terputus

29 April 2017   11:46 Diperbarui: 29 April 2017   12:10 1510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tadi pagi sahabat saya yang sering teleponan tuh datang ke rumah.  Dia penasaran rupanya dengan obrolan dan bahasan saya kemarin hari di telepon – mengenai radikalisme – yang belum tuntas dan keburu diputus.

Sang sahabat ini datang ke rumah layaknya seorang ninja. Saat itu kebetulan saya juga sedang ketawa-ketiwi baca berita di lantai atas, gak ketahuan ujug-ujug nongol aja depan muka saya yang terhalang koran...  “Bener-bener deh nih orang, saya sampai kaget setengah mati Kak Emma, sampai terjengkang saya dari kursi pendek yang saya duduki !!”

Melihat saya jungkir-balik, sang sahabat malah ngakak, lantas nanya “Lagi ngapain Kang, koq ha-ha-hi-hi sendirian sih..?!”

Saya cuman bisa nyengir dan nyeletuk, “Ini lho, mosok iya pagi-pagi gini sudah disuguhi berita (baca: dagelan) sangat lucu, sampai perut mules yang tadinya kebelet pun raib entah kemana.  Gak ada habis-habisnya memang ide (tidak) kreatif dari 3-serangkai di DPR yang terkenal bermulut-besar (baca: nyinyir) ini.  Anehnya yah, mereka pun koq gak ada bosen-bosennya gitu dengan cacian orang-orang sak-antero negeri...!!”

“Entahlah, mungkin mereka sengaja selalu tutup kuping pakai kapas, atau bisa jadi malah sudah tidak punya kuping lagi.  Yang jelas dan sudah dapat dipastikan kebenarannya sih mereka bertiga itu memang sudah tidak punya lagi urat-malu.  Konon katanya sengaja dibuang oleh dokter syaraf di Singapura, sebagai percobaan, saat mereka melakukan proses pemindahan otak dari bagian kepala ke bagian dengkul.”

“Dokter syaraf di Singapura tersebut tampaknya sukses berat.  Percobaan penghilangan urat-malu pada mereka bertiga sudah terlihat hasilnya secara signifikan.  Begitu pula proses pemindahan otak dari kepala ke dengkul, yang juga telah berhasil dan tidak mengalami kebocoran.  Kalau bocor-mulut sih memang sudah bawaan mereka bertiga dari sejak bayi mula.  Dokter-dokter yang menangani mereka bertiga haruslah kita appresiasi, mungkin perlu diusulkan untuk mendapatkan hadiah Nobel di bidang Kedokteran.”

“Emang kenapa sih Kang dan siapa mereka bertiga tuh...?!” Kata sang sahabat sambil berusaha merebut koran, tapi gak berhasil.

Saya pun tancap gas di gigi-6 dan tanpa pakai rem langsung nyerocos “Ini lho, masa si Bontot saat ketemu Pakdhe Jokowi mencoba mengajukan konsep yang digagas pakar hukum tata negara, Yusril Ihza Mahendra, agar Gubernur DKI Jakarta nanti ke depannya dipilih langsung oleh Presiden. Alasannya, untuk menekan guncangan politik agar tidak terjadi gesekan antar-masyarakat, karena DKI terlalu partisan...!!”

“Ha..ha..ha..usulan gila apa pula ini...Hey Bung, sejak dari jaman kemerdekaan dulu, Jakarta tuh di setiap pemilihan Gubernur-nya juga senantiasa adem-ayem mulu, kagak pernah tuh bergoyang. Kenapa...?!  Ya, karena calon pemimpin yang ikut pilkada-nya juga dari dulu setelannya begitu-begitu aja, gak ada yang bikin gregetan. Beda lah dengan yang kemarin, yang memang pemimpinnya penuh gebrakan dan berani menentang arus ketidakbenaran..!!”

“Nah, dengan melihat sosok serta gaya Gubernur yang baru terpilih, maka saya berani jamin Bung, kelak pada saatnya pilkada kembali, gak bakalan deh terulang lagi ada rame-rame seperti kemarin...Jadi tidak usahlah usul yang aneh-aneh, hanya gara-gara adanya ‘anomali’ pada pilkada kemarin...!!”

“Nah, kalo urusan si ‘Kakak Kedua’ ini lain lagi, mosok sih omongannya gak intelek banget.  Dia mengatakan ada rekayasa di balik ringannya tuntutan jaksa terhadap Ahok.  Menurutnya, tuntutan tersebut tidak sejalan dengan rasa keadilan masyarakat, yang seharusnya menjadi acuan dengan adanya gonjang-ganjing dan kegaduhan yang diakibatkan.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun