Mohon tunggu...
Hendra Permana
Hendra Permana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lawan Radikalisme dan Jagalah Negeri Ini!

29 April 2017   07:43 Diperbarui: 29 April 2017   07:59 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari kemarin ada seorang sahabat telepon saya. Dia ini orangnya kalau telepon selalu saja ramai dan bisa sampai berjam-jam, asal mau melayaninya, karena bagi dia pulsa mungkin sudah tidak lagi menjadi masalah, tidak seperti saya yang senantiasa berpikir dua kali kalau harus berteleponan lama-lama.

Cukup banyak yang dibicarakan dan dibahas, mulai dari sekolah anak, urusan Ahok, korupsi e-KTP, isu kebangkitan PKI, Cak Imin yang memprotes Menteri Susi, Setya Novanto yang baru membeli pesawat pribadi, sampai terakhir nyasar juga ke urusan radikalisme yang tumbuh subur di negeri ini.

Saat membicarakan Ahok, dengan semangat ‘45 dia menceritakan segala hal, mulai dari Simpang Susun Semanggi yang sudah kelar digeber Ahok, preman yang mulai mau merajalela kembali di Kalijodo, rumor Ahok akan jadi Mendagri dan atau Ketua KPK, sampai terakhir dia bilang bahwa dia tuh termasuk salah seorang yang mengirimkan bunga ucapan terima kasih kepada Ahok.

Saya sih di ujung sebelah sini hanya bisa manggut-mangut saja saat mendengarnya, dan cukup berkomentar “Baguslah kalau begitu, itu tandanya anda orang yang cukup tahu berterima kasih.  Ahok memang layak mendapatkan standing-applause dari masyarakat atas kinerjanya yang memang sudah terbukti sangat baik.  Orang tuh biasanya mengirimkan bunga ucapan saat seseorang terpilih menduduki suatu jabatan. Belum pernah rasanya seumur-umur ada seorang pejabat di negeri ini yang turun dari jabatannya, lantas dikirimi bunga ucapan terima kasih yang sedemikian banyak oleh masyarakatnya. Sejarah telah tertorehkan dan akan mencatat secara abadi semua itu.  Urusan di sisi lain banyak yang mencibir dan bahkan menuduh itu kiriman bunga hanyalah akal-akalan dan dikoordinir oleh Ahok, ya biarin sajalah, tidak usahlah kita repot-repot mikirin itu.   Wong, mata uang itu kan selalu terdiri dari dua sisi, kalau ada yang suka, ya pasti ada pula yang benci...!!”

Saat sahabatku meminta pendapat mengenai kemungkinan Ahok diusung untuk menjadi Mendagri dan atau Ketua KPK, saya mengatakan bahwa “Saya tidak setuju dan tidak sependapat, karena jabatan apapun untuk Ahok saat ini pastilah akan ditentang habis-habisan, kecuali mungkin jadi OB...!!”

“Apabila Ahok jadi Mendagri, dijamin demo bernomor cantik akan kembali gebyar dengan sasarannya Pakdhe Jokowi.  Adapun kalau Ahok digadang untuk jadi Ketua KPK, maka dipastikan dia akan terjegal oleh orang-orang dari Partai Gerindra dan PKS yang ada di Komisi III DPR... Jadi untuk saat ini janganlah dulu, dukung saja Ahok menyelesaikan tugasnya sampai Oktober 2017, untuk kemudian biarkanlah dia menikmati waktu istirahatnya barang sejenak, sambil memikirkan peluang yang terbaik untuknya kelak...!!”

“Cukuplah kita belajar banyak dan berkaca dari pilkada kemarin.  Meskipun seluruh survey dan polling menyatakan bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Ahok semuanya berada di atas 70%, tetapi ternyata itu tidaklah berbading lurus dengan pilihannya di saat pilkada.  Memang hampir sebagian besar masyarakat terlihat cukup puas dengan apa yang telah dikerjakan oleh Ahok, namun mereka ternyata masih lebih menyukai pemikirannya sendiri akan hal pemimpin itu haruslah yang se-iman dan se-ras.  Ini artinya masyarakat masih banyak yang belum siap dan bisa menerima adanya perubahan secara cepat ke arah yang lebih baik (baca: revolusi), yang senantiasa dibuat dan menjadi gebrakannya Ahok. Hal ini juga merupakan salah satu indikator bahwa politik di negeri ini memang masih belum bersifat rasional, tapi masih berkutat di politik emosional.”

Saya sampaikan juga kepada sang sahabat bahwa “Sekarang ini kita janganlah hanya memikirkan Ahok seorang, tapi kita juga haruslah memikirkan Pakdhe Jokowi, dan lebih jauhnya lagi kita juga harus memikirkan keutuhan NKRI, yang saat ini sudah siap dicabik-cabik oleh yang namanya paham radikalisme.”

“Ahok itu kan sebenarnya hanyalah sasaran antara saja.  Sasaran yang lebih besarnya adalah Pakdhe Jokowi, dan sasaran yang paling ujung banget adalah menjadikan negeri ini sebagai negara Khilafah.”

“Untuk mengalahkan Ahok tidaklah terlalu sulit, cukup dengan memainkan musik berjenis agama serta ras, karena masyarakat kita memang masih mudah dibuat menari dengan musik jenis ini.  Sedangkan untuk menjatuhkan Pakdhe Jokowi, saya yakin nyanyian yang akan dilantunkan nanti adalah mengenai kebangkitan PKI, dengan masjid-masjid sebagai sarana untuk menyuarakannya.  Hal ini sudah mulai terlihat dengan banyaknya ceramah di mesjid-mesjid yang menyuarakan agar kita mewaspadai gerakan PKI.  Bahkan tidak tanggung-tanggung, sudah ada pula tuduhan dari para Ustad kepada orang-orang di sekitar Istana, semacam Tenten Masduki dan lain-lain, yang menyebutkan mereka itu adalah anteknya PKI.  Padahal kita semua juga sudah pada tahu bahwa paham tersebut saat ini sudah menjadi barang rongsokan di seantero bumi, dan bahkan sudah mati di negeri ini.”

“Tapi itulah indahnya negeri kita ini.  Barang yang sudah rongsok pun, apabila dipoles kembali dengan baik, maka akan tampak seperti asli sehingga banyak orang yang menyukainya.  Kita haruslah maklum dengan masih banyaknya masyarakat di negeri ini yang belum paham bagaimana membedakan barang yang asli dan barang rongsokan.  Namun, memaklumi sambil diam saja tidaklah cukup.  Kita semua yang berpikiran normal, tanpa perlu membedakan agama dan ras apapun, haruslah sama-sama bergerak guna menjaga keutuhan negeri ini, dan jangan sampai terpengaruh oleh orang-orang yang berpikiran radikal yang ingin menjadikan negeri tercinta ini sebagai Suriah Jilid Kedua.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun