Mohon tunggu...
Syarbani UNUkase
Syarbani UNUkase Mohon Tunggu... Administrasi - Memajukan Gerak Langkah ke-Umat-an

Universitas NU Kalsel, kampus sedang berkembang di Banjarmasin. Punya 10 Prodi : Farmasi, Sipil, Arsitektur, TI, Planologi, Agribisnis, Akuntansi, Bahasa Inggris, Matematika dan PGSD

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ahlussunnah Wal-Jamaah

3 Juli 2017   21:11 Diperbarui: 3 Juli 2017   21:45 1237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Publikasi Pusat Kajian Aswaja Center NU Kalimantan Selatan

Sekitar Kelahiran istilah Ahlussunnah wal-jamaah - Sebuah Pengantar ... Awal perselisihan (ikhtilaf) di kalangan umat Islam sepeninggal Rasulullah saw adalah tentang Imamah / Khilafah (pengganti Rasulullah saw). Perselisihan yang terjadi saat itu dapat diselesaikan dengan mudah tanpa menimbulkan perpecahan dan menyisakan perseteruan. Suasana kondusif dan tentram seperti ini berjalan selama masa khalifah Abu Bakar ra (w. 13 H / 634 M) dan khalifah Umar bin Khatthab ra (w. 23 H / 644 M).

Setelah khilafah ada ditangan Utsman bin Affan RA tepatnya di akhir masa khilafahnya, muncul sekelompok umat Islam yang tidak menyukai beberapa kebijakan beliau yang mereka anggap telah menyimpang dari jalan yang benar. Klimaks dari ketidak-sukaan itu sampai akhirnya beliau terbunuh oleh tangan-tangan kotor, pada hari Jum'ah 18 Dzulhijjah 35 H / 17 Juni 656 M. Peristiwa ini tidak hanya melebarkan perselisihan, namun sudah sampai pada perpecahan (iftiraq) dan permusuhan ('adawah). Berdasar kejadian tersebut, kelompok yang menamakan dirinya sebagai Ahlussunnah wal Istiqamah mengatakan, Utsman bin Affan RA adalah benar dalam kebijakan-kebijakannya dan sementara kelompok yang tidak suka mengatakan bahwa beliau sudah menyimpang dari jalan yang benar (lihat : Al -Imam Abi al Hasan Ali b Isma'il al Asy'ary, Maqalat al Islamiyyin Vol 1th 1405 --1985, h 39, 37, 49).

Perkembangan inilah merupakan awal perselisihan yang bermuara padaperpecahandikalanganummat Islam. Kemudian khilafah dilanjutkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA (w. 40 H / 661 M). Beliau dilantik disaat ada perselisihan antar kaum muslimin yang semakin menjadi-jadi. Kala itu bahkan sampai terjadi perang Shiffin yaitu antara pasukan khalifah Ali bin Abi Thalib RA dengan pasukan Mu'awiyah bin Abi Sufyan yang berakhir pada kesepakatan tahkim (gencatan senjata).

Tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, sebab kelompok  Mu'awiyah malah membai'at Mu'awiyah sebagai khalifah tandingan dan pada kelompok Ali bin Abi Thalib ra sendiri terpecah menjadi dua yaitu Khawarij (Pembangkang) dan Syi'ah (Pendukung ekstrim).Perselisihan yang asalnya bersumber dari konflik politik akhirnya meluas kewilayah agama (i'tiqadiyah dan fiqhiyyah), dan bahkan jumlah firqahpun bertambah banyak. Diantara firqah yang datang kemudian ini (akhir qurun tabi'in) adalah Mu'tazilah yang juga sering disebut Qadariyyah dan 'Adliyyah.

Sekalipun kaum muslimin telah terpecah-pecah menjadi beberapa firqah, tetapi disana masih ada umat Islam yang tidak hanyut dalam perpecahan melainkan mereka tetap konsisten pada jalan yang haq (Nahj al Haqq).( )Nabi saw bersabda : "Selalu ada sekelompok diantara umatku yang senantiasa mendapat pertolongan, tiada membahayakan mereka  orang yang menghinanya hingga datang hari qiyamat". HR. Ibnu MajjahDi saat umat Islam sudah sedemikian benar-benar tercabik-cabik, maka lahirlah istilah Ahlussunnah wal Jama'ah yang dialamatkan kepada kelompok umat Islam yang tetap berpegang teguh pada sunnah Nabi saw dan thariqah para sahabatnya dalam aspek aqidah, amal badaniyah dan akhlaq qalbiyyah. (Abu al Fadhl b. Abdal Syakur Senori, Syarh al Kawakib al Lama'ah fi Tahqiq al Musamma biAhlissunnah wal Jama'ah (Surabaya: Al Hidayah), 8-12, 16, 17, 25    

***

Istilah Ahlussunnah lahir pada masa-masa awal dawlah Abbasiyyah (132 -- 656 H / 750 -- 1258 M) dimana pada saat itu madzhab Mu'tazilah sedang populer. Saat itu nama Ahlussunnah dialamatkan pada setiap orang yang berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan As Sunnah dan nama Mu'tazilah dialamatkan kepada setiap orang yang berpegang pada ilmu kalam dan penalaran aqal (aqal berada diposisikan diatas nash al Kitab dan al Sunnah). Adapun setiap yang berpegang teguh kepada al Qur'an dan al Sunnah pada awal zaman Islam adalah para sahabat, kemudian secara estafet (ittishal al sanad) diwarisi oleh generasi 'Atba', Atba'ul Atba' dan pada abad ke tiga faham Ahlussunnah sampai kepada sang pembela dan penyelamat yaitu Abu al Hasan al Asy'ari (260 - 324 H / 874 -- 936 M) bersama pengikutnya  ( Hasan Ibrahim Hasan, Tarikhal Islami al Siyasy, al Diny, al Tsaqafi, al Ijtima'iy, Vol 2 cet VII  (Mesir : Maktabah Nahdhah), 162 - 163 

Ahlussunnah wal-jamaah : Sebuah Faham

Faham Aswaja adalah ajaran Islam itu sendiri yang oleh Nabi dituturkan dengan sebuah hadits yang panjang menerangkan dialog antara malaikat Jibril as dan Rasulullah saw yang diriwayatkan Umar bin Khtthab yang kita sering mendengarnya bahwa ajaran agama yang dibawa Rasulullah saw dijabarkan dalam tiga aspek yaitu : Iman, Islam dan  Ihsan.

 ( )Jibril berkata : Hai Muhammad, beritakan kepada saya tentang Islam ! Rasulullah saw menjawab : Islam ialah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan  berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendiririkan shalat, membayar zakat, b aitullah apabila engkau mampu. Jibril berkata : Benar engkau. Kita (sahabat yang menyaksikan dialog itu) merasa heran terhadap orang (Jibril) tersebut dimana ia bertanya kepada Rasulullah saw dan membenarkannya. Jibril bertanya : Beritakan kepada saya tentang Iman ! Rasulullah saw menjawab : Engkau percaya kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhir dan qadar yang baik maupun yang jelek. Jibril berkata : Benar engkau. Jibril bertanya : Beritakan kepada saya tentang Ihsan ! Rasulullah saw menjawab : Engkau menyembah Allah seakan-akan kamu melihat Dia, lalu jika kamu tidak bisa (merasa) melihatNya maka (merasa) sesungguhnya Dia melihat kamu, sampai hadits   : Kemudian Nabi bertanya : Hai Umar, tahukah kamu orang yang bertanya tadi ? Umar menjawab : Allah dan rasulNya lebih mengetahuinya. Rasulullah bersabda : Sesungguhnya dia tadi Jibril, datang kepada kalian guna memberi pelajaran tentang agama kalian. HR. Muslim

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun