Mohon tunggu...
Hari Listrik Nasional PLN
Hari Listrik Nasional PLN Mohon Tunggu... Karyawan -

Akun resmi yang menayangkan hasil artikel pegawai PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero dalam kegiatan blog competition "Kerja Nyata Terangi Negeri". Email: hln71@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dengarlah, Jeritan Hati dari Pelosok Negeri

19 Oktober 2016   16:12 Diperbarui: 19 Oktober 2016   16:21 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah… Dalam tulisan ini, saya ingin berbagi cerita dan pengalaman mulai awal berkarier di PLN sejak September 2008 sebagai siswa OJT (On The Job Training) di Lisdes Pln Topoyo kala itu. Setahun kemudian SK saya terbit sebagai karyawan tetap. Penempatan pertama saya Di Pln Babana. 3  Tahun kemudian saya di mutasi ke Kanpel Pln Topoyo. Jaraknya cukup dekat hanya sekitar 25 km. Dulunya sih 8 Tahun yang lalu masih disebut Desa Topoyo Kab Mamuju, Sulawesi Barat. 12 jam perjalanan dari tempat kelahiran saya, kalau dari Makassar sehari semalam naik bus dengan jalan yang berkelok kelok, hehehehe……..Jauh juga yah!!!!    

8 Tahun Yang lalu awal menginjakkan kaki disini, akses jalan rusak parah dan kondisi listrik yang hanya 6 jam. Ini karena masih menggunakan mesin pltd. Bayangkan saja sejak awal sudah merasakan duka sebagai karyawan baru heheheheh. Tahun demi tahun berlalu, tepat pada Maret 2011 listrik di Topoyo sudah tidak menggunakan mesin lagi tapi sudah interkoneksi GI Mamuju. Semenjak interkoneksi penyambungan baru membludak. Masyarakat sangat senang karena sudah menikmati listrik 24 jam.

Foto Kondisi Gedung ex PLTD Topoyo
Foto Kondisi Gedung ex PLTD Topoyo
Seiring berjalannnya waktu, daerah ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Terbukti dengan terbentuknya daerah ini sebagai salah satu daerah pemekaran dari Mamuju. Tepat 14 Desember 2013 Topoyo resmi menjadi Kabupaten Mamuju Tengah. Sumber penghasilan utama masyarakat dsini adalah kelapa sawit, yang dapat dilihat sepanjang perjalananan.

Perkembangan Topoyo sebagai Kabupaten Baru dengan pertumbuhan usaha yang pesat ( bisnis fotokopi, perkantoran, peginapan dan rumah makan ) tidak diimbangi dengan ketersediaan pasokan listrik yang memadai. Disinilah awal mula saya terfikir ingin menulis suka duka dan, jeritan hati saya sebagai pelayan masyarakat. Bisa dibayangkan dengan pertumbuhan bisnis yang cepat, kondisi tegangan (masyarakat awam taunya SPANNING Yah bukan Tegangan sob) tak kunjung membaik. Di Tahun 2013 tegangan sudah turun 160 Volt,menurun di tahun 2014 menjadi 120 Volt dan menurun lagi di tahun 2015 menjadi 100 Volt hingga puncaknya di tahun 2016 menurun drastis 75 - 80 Volt pada beban puncak, miris kan. Coba anda bayangkan rendahnya, dengan jumlah pelanggan se kabupaten Mateng sekitar 20.000 pelanggan, RSUD dan beberapa perkantoran yang tersebar di 5 Kecamatan.

Foto Kondisi tegangan beban puncak | dokpri
Foto Kondisi tegangan beban puncak | dokpri
Keadaan ini membuat manajemen mengadakan perbaikan mulai dari Up Rating di Tahun 2014, sayangnya tidak berhasil. Mencoba lagi joinisasi di Tahun 2015 juga tidak berhasil dan mencoba lagi AVR dan pecah beban di Tahun 2016 ini juga belum berhasil. Kami selalu berusaha untuk menerangi negeri, memberikan pelayanan yang terbaik tapi sampai hari ini dan detik ini Allah SWT masih menguji kami, kami belum menenemukan cara yang tepat untuk penyelesaian masalah ini. Parahnya lagi akibat tegangan drop ini berdampak pada peralatan rumah tangga dan alat-alat elektronik masyarakat rusak. Usaha pertokoan semakin berkurang, sms pun berdatangan. Banyak masyarakat datang ke kantor dan mengeluhkan kondisi ini dan terkadang keluar kata-kata dari masyarakat yang menyayat hati ini sehingga saya hanya bisa mengusap dada. Merasa tidak ada jalan keluar, masyarakat pun sepakat untuk berdemo. Spanduk terpasang dimana-mana. Kata kata yang tertera di spanduk kurang lebih seperti ini bunyinya “KEPADA PIMPINAN PLN TOPOYO SUDARNO, DIKIT- DIKIT SPANNING, DIKIT- DIKIT SPANNING,KOK SPANNING SEDIKIT SEDIKIT. JANGAN JANJI KOSONG “ (Foto spanduknya Alhamdulillah masih tersimpan buat kenang-kenangan saya nantinya, terpasang depan BRI Topoyo waktu itu).

spanduk curahan hati masyarakat mamuju tengah | dokpri
spanduk curahan hati masyarakat mamuju tengah | dokpri
Psikologis saya mulai terguncang, beban ini semakin hari semakin bertambah dan menumpuk. Mahasiswa pun melakukan unjuk rasa di Kantor DPRD Mateng, meneriakkan masalah krisis kelistrikan di Mateng. Pemerintah dituntut untuk membantu PLN dalam memperbaiki kondisi ini. Masyarakat semakin resah dan tidak terbendung lagi dengan keadaan ini. Sudah sekitar 3 tahun penyambungan baru pun dipending sementara sambil menunggu perbaikan. Setiap haripun masyarakat mengeluh ke saya, ada yang datang ke kantor, ada yang datang ke rumah bahkan tidak mengenal waktu. Belum lagi yang SMS hampir setiap hari, ada yang marah, menghina, memaki bahkan sampai meneror saya. Hal ini membuat saya dan keluarga kecil saya sangat terganggu.

Foto SMS Pelanggan
Foto SMS Pelanggan
Selama 3 tahun dan ini tahun ketiga masih saja kondisi tegangan tidak stabil malah makin parah. Bahkan ada beberapa merk KWH Prabayar yang padam apabila tegangan drop akibatnya banyak kwh yang mati-mati. Masyarakat pun semakin mengeluh karena ada tetangga yang padam ada juga yang tidak dan jika ingin dilakukan pergantian kwh dengan merk yang tahan tegangan drop tidak hanya 10 - 20 pelanggan saja tapi ada ribuan pelanggan yang mengalami kondisi ini, bagaimana masyarakat tidak marah saat margib tiba tegangan mulai drop, kwh pun mati nyala mati nyala. “mau makan dan anak anak mau belajar lampu berdisko-disko” kata pelanggan kepada saya yang membuat saya kadang duduk termenung pusing mau jawab apa!!! kondisi ini normal pada pukul 22.00 Wita atau setelah masyarakat sudah pada tidur kasian kan……  

          Belum lagi apabila terjadi gangguan karena faktor alam tiang tumbang misalnya, beberapa masyarakat kadang tidak mau mengerti. Wajar mereka marah, jika lampu padam 1-2 hari otomatis banyak kerjaan yang terhambat. Permasalahan lain, beberapa pemilik sawit harus dibujuk dengan susah payah, didatangi berkali-kali untuk memberikan pemahaman bahwa pohon sawit bapak dapat membahayakan nyawa bapak sendiri apabila tidak dipangkas. Pohon pohon sawit ini tepat berada di jaringan kami dan dalam pemangkasan tidak ada ganti rugi. Disinilah tantangan tersendiri buat saya untuk melakukan pendekatan dan negosiasi kepada pemilik lahan sawit yang rata-rata masyarakat awam. “kebayang kan!!!sementara memangkas ada parang panjang yang menunggu hehehehe”.

Foto pohon sawit dan surat pernyataan penebangan tanpa ganti rugi
Foto pohon sawit dan surat pernyataan penebangan tanpa ganti rugi
Keadaan ini sudah membuat saya pusing dan jenuh. Hal ini membuat badan saya tidak bisa gemuk padahal sudah ada istri yang mengurus. Ini dikarenakan banyak fikiran, tekanan dari masyarakat semakin terkumpul serta mencapai klimaks hingga terfikir untuk resign dari perusahaan ini adalah jalan terbaik. Terkadang air mata ini menetes memikirkan pekerjaan. Ternyata berat juga bekerja sebagai pelayan masyarakat. Dengan kondisi seperti ini, makan susah, tidurpun susah tapi sudahlah inilah amanah yang perusahaan titipkan ke saya. Ya Allah andai ini bukan sebuah tanggung jawab, amanah, kewajiban seorang suami dan ayah bagi keluarga. Bukankah di dalam Al Quran Surah Al Baqarah (223) “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada ibu dengan cara yang ma’ruf”. Dan QS Al Imran (146) “Dan, Allah mencintai orang – orang yang sabar”. Mengeluh hanya akan membuat hidup kita semakin tertekan sedangkan bersyukur akan senantiasa membawa kita pada jalan kemudahan, saat ini prinsip itulah yang saya pegang. Beruntung saya memiliki istri yang selalu mensupport dan setia mendampingi dalam situasi seperti ini. Motivasi dari istri, anak anak, orang tua, sahabat seangkatan dan seperjuangan D107 serta teman se Area Mamuju terkhusus Rayon Pasangkayu yang membuat diri ini bangkit dan terus berjuang.

  Kejadian ini membuat saya banyak mendapat pelajaran yang tidak pernah saya dapat dibangku sekolah. Pelajaran yang tidak akan pernah bisa saya beli dimanapun. Pelajaran yang sangat berharga. Hal ini membuat saya dituntut untuk banyak bersabar, lebih dewasa, lebih bisa mengontrol emosi, hal ini juga membuat saya banyak teman dan tahu cara bersosialisasi dengan masyarakat mulai dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Keadaan ini membuat saya menjadi insan yang lebih ikhlas dalam bekerja dan semakin bersemangat melistriki negeri ini. Perlu teman-teman tahu bahwa saya tidak pernah menyesal menjadi bagian dari perusahaan ini. Saya sampai hari ini masih bangga dengan atribut PLN dan dari sini pula saya bisa memenuhi kebutuhan keluarga, membantu orang tua dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Keluh kesah saya di atas merupakan suka duka saya yang sudah kurang lebih 8 tahun bertugas di Kabupaten ini. Dalam kesendirian terkadang membayangkan “kok, sudah 3 tahun dimekarkan tapi belum ada realisasi dan tanda-tanda terbentuknya Rayon disini, tapi sudahlah inikan kewenangan menejemen. Kapan badai ini akan berakhir??. Insya Allah akan indah pada waktunya. Saya doakan semoga permasalahan ini cepat terselesaikan. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun