Mohon tunggu...
Himawijaya
Himawijaya Mohon Tunggu... Administrasi - Pegiat walungan.org

himawijaya adalah nama pena dari Deden Himawan, seorang praktisi IT yang menyukai kajian teknologi, filsafat dan sosial budaya, juga merupakan pegiat walungan.org

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Imaji Berkeluarga dari Little House On The Prairie sampai The Last Station

1 Juli 2017   09:00 Diperbarui: 1 Juli 2017   09:29 935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah kayu kecil di tengah padang prairi. Sekitarnya  ladang gandum dan jagung. Itulah imaji ideal para perintis yang berdatangan ke Benua Amerika. Mereka para perintis ini mengimpikan  kebebasan beragama dan beribadah sesuai keyakinan masing-masing . Tentunya,  nilai dan moralitas kristiani mewarnai imaji ini. Gambaran pasangan sempurna dari keluarga Ingals, pasangan petani di sekitar Walnut Grove Minesota, di akhir abad 19. Sosok ayah yang pekerja keras dan memiliki keteguhan nilai bersanding dengan sosok ibu yang menjadi pusat kasih sayang dan kelembutan bagi suami dan anak-anaknya . Inilah impian keluarga Amerika konservatif. Nilai keluarga, kesederhanaan dan kebersahajaan, pekerja keras dalam mengolah tanah menjadi fokus kisah ini.

Lain serial TV, lain lagi kehidupan nyata seorang Tolstoy dalam film The Last Station. Inilah kisah Tolstoy menjelang kematiannya.

Stasiun Astapovo menjelang malam. Tubuhnya limbung dan menggigil. Jaket tebal berlapis tak bisa menghangatkan badannya, pneumonianya kambuh. Di rumah kepala stasiun, tubuh renta ini dibaringkan. Kurus dengan jenggot putih, berkali-kali ia bergumam. Tolstoy hendak menuju Selatan. Ia sedang dalam perlarian. Bukan lari dari pemerintah yang sedemikian ditentangnya. Ia lari dari istrinya sendiri, Sofia yang biasa dipanggil Sonya.

Empat puluh delapan tahun membina keluarga dengan 13 anak bukanlah waktu dan proses yang sebentar. Tapi Tolstoy merasa ada yang sulit disatukan dan direkatkan. Ini tergambar jelas dalam kisah-kisah roman maupun ungkapan nonfiksinya. Perkawinannya menjadi rumit dan tak pragmatis. Padahal ia ingin hal yang bersahaja saja. Berkali-kali diungkapkan, ia hanya ingin berkarya dengan tenang di usia senjanya. Tolstoy menyukai kehidupan pertanian yang sederhana, hidup secara komunal dalam tata aturan non-hierarkis. Ia hendak membuang jauh kehidupan aristokrasi Rusia nya. Bahkan mungkin gelarnya juga. Ia menentang kepemilikan tanah. Jauh di dalam sanubarinya, ia merasa sangat berdosa memiliki tanah sedemikian luas di tengah suasana para petani miskin Rusia. Maka, sebuah surat wasiat hendak dibuat, agar sepeninggalnya, tanah miliknya menjadi milik para petani miskin di sekitarnya.

Lain Tolstoy, lain sang istri. Sofia adalah penentang paling sengit semua ide-ide kemanuisaan Tolstoy–yang oleh pengikutnya disebut sebagai Tolstoyan. Sofia bukanlah seorang istri dan perempuan yang bermuka buruk dan jahat. Tidak sama sekali. Bahkan Sofia adalah gambaran sosok Natasha yang ceria dalam kisah War and Peace, salah satu karya terbesarnya. Tolstoy demikian mencintai Sonya nya, sampai sedemikian marahnya, ia  kepada seorang kerabat yang menganjurkan perceraian terhadapnya. Tapi kecemburan Sofia yang entah terhadap apa dan siapa, menenggelamkan dan memburamkan kehidupannya.  Sofia sangat berang dengan semua ide-ide gila Tolstoy. Begitulah pikirannya. Perihal kemanusiaan, tentang dunia dan politik, tentang ekonomi sosialis, ia tak paham sama sekali. Sulit mencerna alur pikiran sang suami.  Puncak keberangannya manakala, ia tahu suaminya hendak merencanakan surat wasiat untuk membagi-bagikan harta dan tanahnya yang luas.

Mengapa tak berpikir biasa saja sih, keumumuman orang. Jangan pula hendak memisahkan dirinya dan anak-anaknya dari kehidupan aristokrat yang sedang dinikmatinya ini.  Amarah Sofia  demikian meledak-ledak, dengan revolver di tangannya. Ini membuat Tolstoy sedih tak terperi. Keputusan pun diambil. Meninggalkannya adalah lebih baik. Begitu pikir Tolstoy.

Apakah Tolstoy seorang pria biasa saja, seperti anggapan Sonya, yang tak perlulah berpikir terlampau ideal dan rumit?

Tentu saja tidak. Ia orang besar, setidaknya salah sastrawan besar yang pernah lahir. Ide-idenya tentang kemanusiaan, menghentikan penjajahan dan penderitaan bukanlah sekadar gerundelan tanpa gaung. Di tahun 1908, tulisannya, A Letter to A Hindu, seruan agar orang-orang India melawan secara damai penjajahan Inggris, dibaca setahun kemudian oleh Gandhi. Dan kita tahu, gerakakan satyagraha dan ahimsa, perlawanan tanpa kekerasan, dipengaruhi langsung oleh gagasan Tolstoy. Ini dibuktikan dengan korespondensi keduanya, Tolstoy dan Gandhi di tahun-tahun kemudian. Ada banyak sekali pengaruh Tolstoy terhadap sastra dunia, gerakan ekonomi dan politik.

Demikianlah imaji-imaji tentang kehidupan berkeluarga. Ada yang berhasil dirajut, ada juga saling koyak mengoyak.

Lantas, apa gambaran idealmu pasangan muda? Calon ayah dan ibu bagi anak-anak kalian?

Pernikahan, sejatinya melibatkan banyak perkara dan detail masing-masing, antara laki-laki dan perempuan. Melibatkan aspek jiwa, psikis, fisik, gaya hidup, ide dan pikiran masing-masing. Komunikasi menjadi kuncinya. Mencari cara berkomunikasi dan mengungkapkan yang tepat kepada pasangan adalah salah satu perkara yang mesti ditempuh. Tapi menyatukan imaji tentang apa yang akan dibangun adalah perkara utamanya. Itu tentu tidak mudah. Ada sekian jejalan imaji dari masing-masing yang dibawa dan dibangun di masa lalunya. Mungkin saja ideal kehidupan ialah imaji yang didapat dari sinetron-sinteron karya Ram Punjabi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun