Mohon tunggu...
Hilmi Inaya
Hilmi Inaya Mohon Tunggu... Penulis - connect with me: hilmiinaya4@gmail.com

Write what do you want, what do you think, what do you feel, and enjoy it

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Be Brave, Be Confident

12 Agustus 2017   02:41 Diperbarui: 12 Agustus 2017   02:58 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.gambarupdate.com

"ukhti bissur'ah .. yalee bissur'ah" (cepat, cepat)

Terdengar suara pengurus yang begitu garang dan menakutkan, aku pun segera bergegas memakai mukena sambil berlarian ke musholla bawah untuk melaksanakan solat subuh berjamaah.

Namaku Aya, murid  baru di P.P Darul Falah sekaligus siswi kelas 1 MtsN Batu. Pondok dan sekolahku memang terpisah, karena pondokku belum mempunyai sekolah formal sendiri.  Keluargaku mewajibkan pendidikan pesantren bagi anak-anaknya sembari bersekolah. Karena alasan itulah aku berada disini.

Hari pertama sekolah, Pak Dirman guru Bahasa Arab, meminta kami untuk melaksanakan tes mufrodat. Bayangkan, bagaimana bisa aku mengerjakannya, sedangkan aku tidak pernah mencicipi Bahasa Arab.

"Ehm, ros aku nyontek ya, dikit aja, artinya anta, ana, anti apa?" tanyaku pada teman sebangku yang kebetulan dari madrasah. Rosa tak menjawab sepatah katapun, dia hanya menoleh dan memlototiku sembari menutupi bukunya yang penuh dengan jawaban. Ah, aku paham benar bahwa ini suatu penolakan yang menyakitkan. Terpaksa aku tidak mengerjakan tes itu sama sekali.

Sejak kejadian itulah aku berjanji kepada diriku sendiri untuk hafalan mufrodat sebanyak-banyaknya agar setiap pelajaran Bahasa Arab aku dapat menjawab pertanyaan guru dan mengalahkan teman-temanku yang dari madasah. Alhasil, setiap pelajaran Bahasa Arab aku selalu mengacungkan tangan untuk menjawab soal yang diberikan pak guru. Kuncinya adalah change your mind, berpikirlah bahwa tantangan itu mudah, maka kau akan mudah melaksanakannya. Jangan berpikir sulit dulu, kalau berpikir sulit duluan yang ada malah malas ngerjakan.

 "aya, kamu nanti maju delegasi debat bahasa arab ya, tolong carikan temanmu 2 lagi" pinta Pak Dirman

"hehe iya bapak, saya cari temen pondok aja ya"

Hah, debat, mampus dah, barusan bisa bahasa arab dikit udah lomba. Saat itu aku sudah di kelas 2 Mts. Emang sih, temen-temen lainnya sebenernya lebih bisa dan lebih mampu, hanya saja mereka kurang percaya diri untuk mengacungkan tangan dan menjawab soal pak guru. Sejak dari itulah, aku dipercaya menjadi delegasi lomba pidato bahasa arab dan story telling. Kemudian aku belajar bahwa keberanian dan percaya diri menjadi kunci untuk mendapatkan kesempatan dan pengalaman lebih, "so we should be brave and be confident guys". Jika hanya diam, bagaimana guru bisa menilai bakat terpendammu? Gali bakatmu dan keluarkanlah.

Seperti biasa, aku tidak pernah memakai peralatan sekolah dengan lengkap meskipun hari senin pas upacara dilaksanakan. Aku jarang memakai sabuk karena kegedean dan kaos kaki karena malas aja, baju sekolah pasti gak rapi dan keluar-keluar bajunya kalo dimasukin. Biasanya di hari senin, murid akan dihukum apabila ketahuan tidak memakai seragam lengkap dan dihukum maju ke depan lapangan. Saat itu, aku berada di barisan paling depan karena didorong teman teman untuk ngisi bagian depan. Ya udahlah. Tapi, I feel so deg-deg an karena gak pake seragam lengkap. Ketika diperiksa satu satu sama guruku, aku komat kamit sendiri

"Ya Allah, barokah pondok, barokah ngaji subuh, barokah solat subuh jamaah, ya Allah selamatkan hamba dari hukuman maju ke depan." (meskipun ngaji tidur terus)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun