Mohon tunggu...
Dwi Heti Nurdiyanti
Dwi Heti Nurdiyanti Mohon Tunggu... -

Kegiatan kuliah di UNY mengerti bahasa Indonesia, ngapak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dilema Kecurangan dalam Pelaksanaan Ujian Nasional di Tingkat SMP dan SMA

4 Mei 2012   01:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:45 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Syarat kelulusan siswa dari sekolah adalah dengan mengikuti ujian nasional atau sering disebut dengan UN. Dalam waktu 3 tahun sekolah, faktor yang menentukan siswa untuk lulus hanya ditentukan dalam waktu beberapa hari saja yaitu dengan hasil ujian baik yang diadakan oleh sekolah maupun nasional. Oleh karena penentu kelulusan adalah hasil ujian maka banyak pihak yang melakukan kecurangan agar bisa lulus. Kecurangan terutama terjadi pada saat berlangsungnya UN. Para pihak yang terkait misalnya: pihak sekolah yang terdiri dari kepala sekolah dan para guru; pengawas ujian; serta dari siswa itu sendiri.

Dari pihak sekolah misalnya kepala sekolah dan guru itu dilakukan dengan alasan agar sekolah mencapai nilai kelulusan yang tinggi yaitu 100% sehingga akan mendapat peringkat sebagai sekolah terbaik di kabupaten atau bahkan di propinsi. Prestise sebagai sekolah terbaik sangatlah diperlukan karena dengan mendapat predikat terbaik, sekolah akan mendapatkan bantuan dana pendidikan yang banyak dari kabupaten. Selain itu, pada saat penerimaan siswa baru pastilah akan menambah minat siswa untuk mendaftar ke sekolah tersebut karena dianggap sebagai sekolah unggulan yang bisa mencetak lulusan terbaik. Kecurangan yang dilakukan misalnya dengan memberikan kunci jawaban ujian saat UN kepada siswa secara diam-diam. Cara lain yang dilakukan misalnya yang sering dimuat di berita-berita yaitu dengan mengganti atau mencocokan jawaban dengan jawaban dari guru mata pelajaran yang memang sudah dipersiapkan untuk mengerjakan soal tersebut, yang dilakukan setelah ujian selesai oleh pihak sekolah dengan tujuan agar semua siswa bisa mencapai standar kelulusan yang telah ditetapkan.

Kecurangan dari pihak pengawas ujian terjadi karena sudah ada kesepakatan dengan pihak sekolah untuk bekerja sama. Hal yang sering terjadi misalnya: membiarkan siswa bekerja sama dengan siswa yang lain dalam mengerjakan soal ujian walaupun dia mengetahui bahwa hal tersebut dilarang akan tetapi tetap membiarkan bahkan terkadang para pengawas pura-pura tidak mengetahui hal tersebut. Pengawas yang seharusnya mengawasi jalannya pelaksanaan ujian agar berjalan lancar dan jujur malah membiarkan kecurangan itu terjadi atau bahkan malah mendukung.

Dari siswa itu sendiri karena dalam pikiran siswa sudah terdidik bahwa ujian adalah hal yang menentukan hidup dan mati seseorang untuk kehidupan selanjutnya sehingga mereka menghalalkan berbagai cara agar dapat lulus ujian walaupun itu tidak benar. Kecurangan yang dilakukan misalnya bekerja sama dengan teman yang lain dalam mengerjakan soal ujian. Tidak hanya itu bahkan mereka tidak segan-segan membawa kertas contekan ke dalam ruang ujian dengan harapan agar mereka dapat lulus dengan nilai yang baik. Walaupun hal tersebut diatas memiliki resiko yang berat jika ketahuan akan tetapi siswa nekat melakukan itu semua karena tuntutan dari berbagai pihak agar bisa lulus dengan nilai yang baik. Misalnya saja orang tua yang menginginkan anaknya agar bisa lulus dengan nilai yang baik. Jika tidak lulus maka anak tersebut akan malu dengan yang lainnya. Rasa malu itulah sebagai salah satu faktor pendorong siswa melakukan kecurangan.

Kecurangan-kecurangan itu menurut saya sebenarnya bisa diatasi dengan berbagai cara antara lain: dari pihak sekolah sebaiknya menanamkan kejujuran dan menegakkan keadilan karena jika para pihak sekolah sudah tidak terjadi penyimpangan maka ujian bisa berjalan dengan semestinya. Untuk memperoleh kelulusan 100% tidak dengan melakukan kecurangan yaitu dengan memberikan tambahan pelajaran di sore hari kepada siswa setelah pelajaran selesai sebelum menghadapi ujian dengan harapan siswa siap untuk menghadapi soal-soal dalam ujian. Jika dari pihak sekolah tidak melakukan kecurangan maka tidak akan terjadi kecurangan yang dilakukan oleh pengawas ujian karena kecurangan ini terjadi apabila terjadi kerja sama antara pihak sekolah dengan pengawas.

Untuk meminimalkan kecurangan yang dilakukan oleh siswa yaitu dengan memberikan pengarahan yang tepat dan benar. Dengan memberikn fondasi keagamaan yang kuat kepada siswa maka siswa akan takut jika tidak berbuat jujur karena takut akan dosa. Selain itu, juga harus menanamkan mental yang kuat kepada siswa bahwa untuk bisa lulus dengan nilai yang baik kita harus rajin belajar dan mempersiapkan secara matang jauh-jauh hari agar jika tiba waktu ujian siswa sudah siap menghadapinya sehingga tidak melakukan kecurangan. Cara lain yang bisa digunakan yaitu dengan memperbaiki sistem pendidikan itu sendiri, dimana faktor untuk bisa lulus sekolah tidak hanya ditentukan dari hasil ujian akan tetapi juga melihat kepribadian siswa sehari-hari di sekolah sehingga para pihak tidak akan melakukan kecurangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun