Mohon tunggu...
hesty kusumaningrum
hesty kusumaningrum Mohon Tunggu... Human Resources - swasta

seorang yang sangat menyukai film

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jangan Rusak Kegembiraan dan Keberkahan Ramadan

7 Juni 2017   06:57 Diperbarui: 7 Juni 2017   07:02 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadan - BEETIFY.COM

Agaknya, kegembiraan saat menyambut Ramadhan tahun ini tidak lepas sebagaimana biasanya. Ada sejumlah faktor yang menyebabkan kegembiraan Ramadan ini terganggu. Di antaranya adalah merebaknya isu SARA sejak kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017. Di tambah lagi, beberapa hari menjelang hari perdana Ramadhan 2017, seseorang meledakkan diri di Kampung Melayu. Sedikitnya lima orang tewas.

Dan sehari sebelum insiden di Kampung Melayu, bom meledak di Manchester, Inggris, dalam sebuah konser penyanyi asal Amerika Serikat, Ariana Grande. Sebanyak 22 orang tewas dalam peristiwa itu. Seakan sudah bisa diterka, tuduhan atas peristiwa di dua tempat itu diarahkan kepada ISIS. Dalam wacana yang lebih umum lagi, tuduhan ini membawa Islam sebagai citra negatif. Lalu, masih dalam Ramadhan yang sama, tujuh orang tewas dalam pengeboman di Jembatan London. Polisi setempat menembak mati si pelaku.

Kita menjalani Ramadhan tahun ini sebagai pestanya umat Islam dalam kegetiran itu. Namun, dalam kengerian, Indonesia beruntung memiliki benteng bernama Pancasila. Dengan mengingat Pancasila, maka kesejukan dan harapan masih bisa dirasakan dalam urat nadi kita. “Di tengah kegelisahan negara-negara dunia dalam menghadapi tantangan itu, kita beruntung mempunyai Indonesia dengan Bhinneka Tunggal Ika, beradab, dan menjaga toleransi. Indonesia bisa menjadi referensi negara lain dan semua itu karena kita punya Pancasila,” ujar Presiden Joko Widodo saat meresmikan kelahiran Pancasila sebagai hari libur nasional, 1 Juni 2017.

Kriminolog dari Universitas Indonesia, Muhammad Kemal Dermawan, bahkan menganggap Ramadhan yang bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila sebagai waktu yang tepat untuk melindungi Indonesia dengan falsafah negara. “Bulan Ramadhan ini menjadi momentum terbaik untuk kembali mengingatkan anak bangsa tentang kekuatan nilai Pancasila dalam menyatukan berbagai keragaman yang ada di Indonesia. Apalagi, faktanya kita memang tengah menghadapi ancaman nyata terorisme yang mengatasnamakan agama,” ujar Kemal.

Yang paling menyedihkan dari terorisme dalam beberapa waktu terakhir adalah memudarnya kegembiraan setiap kali menyambut Ramadhan. Di tahun-tahun sebelumnya, terutama sebelum ketegangan atas nama SARA meningkat di sekitar Pilkada DKI 2017, Ramadhan adalah perayaan semua orang. Ramadhan berarti juga kemeriahan dan kegembiraan. Ada banyak makanan sejak sahur hingga berbuka. Pada puncaknya, Hari Raya Idul Fitri, berkah itu hidup dalam seluruh rumah.

Di Indonesia, telah turun-temurun bahwa berkah Ramadhan dan Idul Fitri itu bukan hanya milik umat Islam. Berbagi, sebagai inspirasi terbesar dalam Ramadhan dan Idul Fitri, ditumpahkan pada bergulirnya makanan di hari raya ke rumah-rumah warga non-muslim. Kiranya demikian pula di tempat-tempat di mana Muslim menjadi minoritas. Ketika Natal tiba, maka kemeriahan sampai pula ke rumah-rumah umat Islam yang kebetulan hidup di tengah-tengah mayoritas Kristen.

Naluri untuk berbagi kebahagiaan dalam Ramadhan, itulah suasana jiwa di mana Pancasila bisa hidup dengan subur bak kembang yang sedang mekar. Maka, hidupkanlah Pancasila dalam kegembiraan berbagi di bulan Ramadhan. Betapa ruginya jika kita kehilangan senyum yang sejak dulu kita nikmati dalam bulan Ramadhan. Senyum yang juga bisa kita lihat pada wajah-wajah saudara yang tidak menjalankan ibadah puasa.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun