Mohon tunggu...
Heru Legowo
Heru Legowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang yang suka sesuatu hal yang baru, yang menantang fisik, kecerdasan dan yang penting segala sesuatu yang membuatnya merenung! Oleh karenanya, dia kerap melakukan pekerjaan atau perjalanan yang tidak biasa. Hal-hal baru dan tempat-tempat baru selalu mengusik keinginan-tahuannya. Dia akan melakukan apa saja untuk dapat mengerti dan memahaminya, kemudian berusaha menuliskan pengalamannya; untuk sekedar berbagi. Semoga bermanfaat …

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menggapai Puncak Tambora

2 Februari 2010   22:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:07 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_183389" align="alignright" width="302" caption="Tenda di Pos 3"][/caption] Jumat 16 Mei 2008, tepat jam 2 malam, setelah berdoa bersama dipimpin Pak Husein dari KSDA Dompu, kami bergerak naik ke puncak. Summit attack! Tim dibagi menjadi 3 grup, masing-masing dipandu oleh Erry Mildranaya, Syaiful dan Adi Kurniawan dari  KSDA. Pak Nanang, Sadam dan Pak Maman driver-driver kami, ikut sebagai penunjuk jalan. Dan inilah perjalan terakhir yang mendebarkan jantung! Dibawah cengkeraman udara dingin yang menusuk tulang tim bergerak perlahan tetapi pasti. Saya sempat berfikir keras, karena diantara anggota kami ada Pak Suwardie yang sudah operasi bedah jantung, tetapi tetap bersikeras untuk ikut naik ke puncak Tambora. Akhirnya, terpaksa saya minta Sadam untuk menjaga Pak Suwardie. Jika ada situasi gawat, agar segera mengantarkan Pak Suwardie turun. Bismillah … Pada jarak 100 meter pertama, semuanya nampak biasa-biasa saja. Anak-anak muda dengan kecepatan dan semangatnya, nampak tidak sabaran berada di belakang saya. Head lamp mereka berkelebet menyinari kegelapan trek. Melihat ketidak-sabaran mereka, saya mempersilahkan mereka untuk berjalan lebih dahulu. Satu demi satu mereka mendahului saya. Semakin jauh dan menjauh. Dan mulailah saya harus mengatur nafas untuk melangkah dengan lebih cermat. Diselimuti dinginnya malam, dan udara yang tipis, nafas mulai pendek-pendek. beberapa kali saya harus berhenti berjalan, menghirup udara yang tipis, dan menetralkan nafas.

1335175704454297126
1335175704454297126
Ketika beristirahat, sambil duduk istirahat, saya bertanya kepada mas Ais rekan penulis yang memegang GPS. Ternyata kami berada di ketinggian 2.358 meter dpl, dengan kemiringan 57 derajat. Perlahan-lahan setelah beristirahat sejenak kami bergerak terus. Istirahat tidak boleh terlalu lama karena akan terlena dan dapat melemahkan semangat. Beberapa kali kami kehilangan arah. Di beberapa lokasi, karena pada beberapa lokasi tongkat penunjuk yang diberi warna putih, dan ditancapkan, ternyata ada 2 buah pada tempat yang berseberangan! Sadam perlu berulang kali naik-turun untuk meyakinkan jalur yang tepat yang harus kami lalui. Beberapa kali kami berhenti dan menghela nafas. Menmeriksa keberadaan kami di GPS. Jika melihat melihat data yang tercatat di GPS, ternyata kami tercecer di belakang rombongan; dan bergerak sangat lambat. [caption id="attachment_183390" align="alignright" width="272" caption="Akhirnya ... Puncak Tambora"]
13350182721440874861
13350182721440874861
[/caption] Demikianlah setelah beberapa kali berhenti, tepat jam 05.22 saya menjadi orang ke empat terakhir, yang menyentuh puncak Tambora. Alhamdulillah semua anggota tim berhasil mencapai puncak, termasuk Pak Suwardie Aiport Duty Manager. Sungguh surprise dan juga salut kepada Pak Suwardie. Beliau sudah menjalankan operasi jantung. Namun berkat semangat dan usahanya yang keras, akhirnya berhasil sampai ke puncak Tambora! Siapa bilang orang yang sudah dioperasi jantungnya tidak bisa naik dan mencapai puncak gunung? Luar biasa! Kami berada di puncak Tambora. Pada GPS kami tercatat 2.421 meter dpl, berada`disini setelah menempuh perjalanan yang tidak melelahkan dan pendakian yang cukup berat, menimbulkan kesan tersendiri. Matahari yang ditunggu-tunggu ternyata terbit diantara sekelompok awan, sehingga keindahannya kurang sempurna. Di sebelah kanan masih ada puncak lagi yang lebih tinggi. Sebetulnya saya masih ingin mendaki ke puncak yang lainny, tetapi rasanya tenaga sudah habis. Di depan kami, nampak sebuah danau  jauh di dasar kaldera Tambora. Di sebelah kiri nampak sebagian puncak Tambora dengan gigir-gigir tebing yang artistik, terjal dan curam. Menimbulkan rasa ngeri dan mendirikan bulu roma, membayangkan jika melihat dasar kaldera yang begitu jauh dibawah. Inilah kaldera Tambora yang tercatat memiliki diameter 7 km dengan kedalaman 1,5 km. Kaldera terbesar di dunia! Kami duduk membuat setengah lingkaran dan berdoa bersama. Mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena diperkenankan melihat sebagian dari karyaNYA yang luar biasa. Setelah beberapa saat mengambil foto keindahan puncak Tambora, merayakan keberhasilan tim dan berfoto bersama. Kemudian, kami bergerak turun. SELAMAT TINGGAL TAMBORA
Jam 06.45 kami bergegas turun. Para pemandu kami mengingatkan agar segera turun, karena jika kabut turun menyelimuti puncak maka kami akan kesulitan mencari jalan turun. Perjalanan turun relatif mudah, sinar matahari yang menyirami lereng-lereng puncak Tambora melukis pemandangan yang eksotis. Jauh dibawah nampak perkemahan tenda kami seperti noktah kecil berwarna oranye, di kaki gunung. Di ujung pandangan, teluk Saleh nampak membiru. Di sebelah kiri nampak Dorocanga = bukit terbelah, nampak seperti kue bolu dengan belahan 4 puncaknya. Doropeti disebelah kanan nampak sayup-sayup. Yang lebih dekat adalah Dorobolo = bukit bulat. Di ketinggian ini kami mencari-cari Gunung Rinjani, tetapi tidak nampak karena tertutup awan. Sayang sekali. Jam 10.00 setelah berkemas, melipat tenda dan membersihkan bekas sampah plastik. Kami segera cabut dari Pos 3. Di Pos II kami bertemu sebuah Jeep DR-783 yang mogok karena accu-nya tidak bekerja dengan baik. Menurut mereka, sebenarnya jam 3 sore mereka akan join kami untuk naik bersama-sama, tetapi karena masalah teknis mereka terhenti disitu.
1335018809613435680
1335018809613435680
Sebenarnya malam harinya mereka memberi tanda ke atas, dengan membuat kedipan lampu-lampu mobil mereka. sayang kami tidak dapat mengartikan bahwa mereka sedang meminta bantuan kami. Pak Nanang kemudian membantu menyelesaikan kesulitan teknis mereka dan mengantarkan kami ke pos dimana mobil Kijang kami diparkir. Jam 11.15 Tim Eekspedisi Tambora pun meninggalkan Pos I, membawa kenangan luar biasa dan tak terlupakan! Selamat tinggal Tambora. setelah menyaksikan puncak Tambora, terbersit rasa syukur yang mendalam dan menyadari begitu besar kuasa Allah SWT. Semoga keberadaan dan keindahan Tambora semakin dikenal dunia. Akhirnya, tim ini membuktikan bahwa melalui kerjasama dan koordinasi  yang baik, saling percaya dan saling memberi motivasi, dan ridha Allah SWT; tujuan seberat apapun akan dapat kita capai! Inilah message yang tersembunyi dari misi Tim Expedisi Tambora ini.

Dan bagi dunia pariwisata, Tambora menjadi pilihan yang menarik setelah Rinjani di Lombok. Pemerintah mestinya lebih aktif menjual Tambora, dengan memperbaiki sarana transportasi dan jalan akses ke Tambora.

Penulis yakin, dengan perbaikan tersebut dapat dipastikan Tambora yang memiliki hinterland keindahan Pulau Satonda, akan mampu menarik lebih banyak wisatawan dan pendaki seperti kami ini. Mudah2an.

Pull out ! Mission accomplished. All members of Tambora Expedition have successfully climbed up to the summit of Tambora 2.421 M. Thanks to Allah SWT we can see by our eyes the incredible view and imagine the great explosion Tambora ever had.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun