Mohon tunggu...
Herti Utami
Herti Utami Mohon Tunggu... Dosen - Hasbunallah wa nikmal wakil

Seorang istri | ibu dari 4 orang anak | suka membaca dan jalan-jalan | lecturer, researcher, chemical engineer | alumni UGM | hertie19@hotmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Produksi Panen Jamur Melimpah, Atasi dengan Pengeringan

10 Desember 2016   06:17 Diperbarui: 10 Desember 2016   11:09 1555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jamur Tiram yang mulai tumbuh|Dokumentasi pribadi

Salah satu andalan produksi hasil pertanian di wilayah Dusun Lingsuh, Kecamatan Rajabasa, Bandar Lampung adalah budidaya jamur merang dan jamur tiram. Sebagian penduduk di desa Lingsuh tersebut membudidayakan jamur merang dan jamur tiram karena komoditi tersebut membutuhkan media tanam dan pemeliharaannya relatif mudah dan murah.

Dalam budidaya jamur tersebut, pembudidaya jamur telah memiliki kemampuan yang kuat. Pada umumnya mereka membudidayakan jamur atas kemauan sendiri. Demikian pula faktor pendukung seperti kelembagaan di tingkat petani yang diwujudkan dalam kelompok industri kecil juga dirasa cukup mandiri. Dalam satu dusun terdapat dua kelompok industri kecil, yaitu kelompok Sejahtera Mandiri yang diketuai oleh Ahmad Isbandi dan kelompok Simbaringin Mushroom yang diketuai oleh Ansabta Adiguna.

Sistem pemasaran jamur ini masih dalam lingkup desa dan sebagian kecil sampai kecamatan, hal ini menunjukkan akses pemasaran keluar dari desa masih kecil. Pada umumnya pelanggan adalah pengusaha agribisnis olahan hasil untuk kuliner jamur, dan pedagang pengumpul untuk dijual di pasar tradisional. Oleh karena cukup menguntungkan, maka industri kecil budidaya jamur ini menjadi tumpuan usaha bagi kelompok pembudidaya jamur.

Meskipun secara ekonomi menguntungkan, namun pengembangan komoditi jamur ini menghadapi kendala yang cukup serius terutama dalam penanganan pascapanen sehingga sulit untuk dipasokkan ke pengusaha supermarket yang banyak terdapat di Kota Bandar Lampung. Salah satu kendala adalah cepat membusuknya komoditas jamur tersebut karena umur simpan jamur yang berlangsung singkat dan belum adanya kesesuaian standar mutu yang dikehendaki pengusaha dan mutu yang dilakukan oleh para pembudidaya jamur.

Panen jamur tiram|Dokumentasi pribadi
Panen jamur tiram|Dokumentasi pribadi
Teknologi pascapanen yang digunakan oleh pembudidaya jamur saat ini masih terbatas, misalnya bila ada permintaan jamur, maka proses pasca panen yang dilakukan meliputi panen jamur segar dan langsung dijual. Namun bagaimana jika produksi berlebih dan melimpah? Para petani jamur tersebut kebingungan untuk mengatasi permasalahan ini. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan proses pengawetan dengan cara pengeringan. Pengeringan merupakan metode tertua untuk pengawetan bahan pangan.

Solusi untuk mengatasi permasalahan ini adalah akan dilakukan desain alat pengering higienis yang tidak tergantung oleh cahaya matahari. Pembuatan alat pengering higienis tersebut akan memberikan produk berupa jamur kering sesuai dengan standar produk  bahan pangan kering. Dengan cara pengeringan tersebut, laju pengeringan lebih cepat dibandingkan dengan penjemuran langsung, dan jamur kering yang dihasilkan lebih higienis, sehingga dapat memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan oleh pengusaha pasar modern atau swalayan.

Ikut panen jamur merang|Dokumentasi pribadi
Ikut panen jamur merang|Dokumentasi pribadi
Alat pengering yang sesuai untuk produk pangan seperti jamur merang dan jamur tiram, yaitu alat pengering berbahan full stainless steel, dan tipe yang cocok untuk bentuk bahan seperti jamur tersebut adalah cabinet dryer, yang dilengkapi dengan tray atau rak. Alat pengering tipe rak (tray dryer) banyak digunakan untuk produk bijian dan produk pertanian. Dalam hal ini, bahan yang akan dikeringkan dibentangkan dalam rak-rak sehingga kontak bahan dengan media pengering lebih besar. Dengan cara ini diharapkan proses pengeringan dapat berlangsung dengan lebih cepat.

Pada pengeringan jamur, suhu untuk pengeringan jamur adalah sekitar suhu 40oC - 60oC. Pengeringan ini dilakukan pada suhu cukup rendah untuk menjaga zat gizinya tidak rusak. Kandungan gizi jamur tiram, jika dihitung berat kering, kandungan proteinnya 19-35%. Sedangkan beras hanya 7.3% gandum 13.2% kedelai 39.1%. susu sapi 25.2%. Jamur tiram juga mengandung 9 macam asam amino yaitu (1) lisin (2) metionin (3) triptofan (4) threonin (5) valin (6) leusin (7) isoleusin (8) histidin dan (9) fenil alanin. 72% lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh, sehingga aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol) maupun gangguan metabolisme lipid lainnya. 28% asam lemak jenuh serta adanya semacam polisakarida kitin di dalam jamur tiram diduga menimbulkan rasa enak. Karena nilai gizinya yang tinggi maka pada proses pengeringan sangat perlu diperhatikan suhu operasinya agar tidak merusak nilai gizi tersebut.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Produk jamur kering diperoleh, selanjutnya dengan cara menimbang berat jamur tersebut diperoleh kadar airnya apakah sesuai dengan standar bahan pangan kering dan kurang dari 20%. Jika alat tersebut mampu mencapai standar bahan pangan kering tersebut maka alat pengering tersebut layak digunakan oleh para pembudidaya jamur. Dari ujicoba alat tersebut pengeringan jamur mencapai waktu sekitar 4 jam diperlukan konsumsi bahan bakar LPG sekitar 0,65 kg, dan diperoleh kadar air jamur kering sekitar 18%. Hasil ini tentu sudah memenuhi standar jamur kering yang layak jual di pasaran.

Dengan alat pengering ini kendala yang dihadapi oleh para pembudidaya jamur dapat teratasi. Diharapkan tidak ada lagi produk jamur yang terbuang karena mengalami kebusukan dan produk jamur kering tersebut dapat lebih luas dipasarkan sehingga keuntungan akan meningkat dan tingkat perekonomian para pembudidaya jamur tersebut juga meningkat

(Oleh: Tim Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Lampung 2016, Herti Utami, Yuli Darni dan Donny Lesmana)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun