Mohon tunggu...
hernawati kusuma
hernawati kusuma Mohon Tunggu... Administrasi - guru biasa

ibu yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menunggu Buka Puasa dengan Menulis

20 Mei 2019   15:08 Diperbarui: 20 Mei 2019   15:23 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa buku koleksi saya yang jadi inspirasi tulisan hari ini (dokpri)

Saya suka membaca dan menulis. Satu paket. Namun, karena kesibukan,  minat saya ini kadang tidak tersalurkan. Saya sadar sebenarnya tidak boleh menyalahkan kesibukan. Ada orang yang sibuk tetapi masih meluangkan waktu membaca buku. Ada orang yang super sibuk tapi tetap mampu memproduksi tulisan. Contohnya, banyak. Yang saya kenal di antaranya Much. Khoiri, dosen UNESA pegiat literasi, Eko Prasetyo mantan editor Jawa Pos yang sekarang menjadi trainer andalan Media Guru. Lainnya, ya para kompasianer yang setia menuangkan buah pikirannya di sini.  

Kalau saya sih masih angin-anginan. Belum istiqomah. Saya masih belum bisa menargetkan harus menuntaskan berapa buku yang harus saya baca dalam seminggu. Kalau lagi mood baca, jangankan seminggu, dalam satu dua hari saya bisa menyelesaikan satu dua novel secara simultan. Contoh yang agak baru mungkin novel Orang-Orang Biasa karya Andrea Hirata. Saya mengkhatamkannya dalam sehari. Pada saat yang sama, saya membaca Raden Dewi Sartika besutan E. Rokajat Asura. Novel biografi setebal 400-an halaman itu pun selesai saya baca. Tetapi kalo lagi nggak mood, nggak selesai-selesai saya menuntaskan sebuah buku.

Awal-awal novel Musashi karya Eiji Yoshikawa terbit---sekitar 2001---saya sangat bersemangat menyelami kalimat demi kalimat di novel setebal 1247 halaman itu. Mungkin karena rasa ingin tahu yang tinggi. Penasaran banget kan apa yang terjadi pada tokoh utama. Termasuk romantisme di dalamnya. Hehehe... Namun, ketika Yoshikawa meluncurkan Taiko enam tahun kemudian, mood saya agak berbeda. Saya tidak mampu menyelesaikan novel sejarah setebal 1142 halaman tersebut. Padahal ketika membeli di awal, gairah saya begitu memuncak karena tahu kualitas penulisnya. Saya pun mengibarkan bendera putih. Menyerah. Akhirnya waktu menggilas dan menggantinya dengan bacaan-bacaan baru. Sampai sekarang.

Maka, agak malu sebenarnya kalau menyebut membaca sebagai hobi. Mungkin yang paling tepat "suka".  Dalam minggu ini saya sedang membaca bukunya Shelina Janmohamed---Generation M-- tentang generasi muda muslim dan cara mereka membentuk dunia. Janmohamed ini adalah pengamat tren sosial dan religius Islam ternama di Inggris, khususnya di antara generasi muda muslim dan wanita muslim. Ia pun dinisbatkan sebagai 100 wanita muslim paling berpengaruh di Inggris. Saya belum selesai membacanya.

Kalau menulis saya masih belajar. Belajar pada semua orang yang punya ketertarikan sama. Termasuk di Kompasiana ini. Banyak penulis pro yang tidak bisa saya sebut satu-satu. Mereka begitu gigih menuliskan pikiran-pikirannya. Kontinyu. Saya masih belum bisa seperti itu. Masih moody.

Nah, ketika ada tantangan menulis sebulan penuh di bulan Ramadan ini saya ambil bagian. Pada dasarnya saya menantang diri saya sendiri. Mampukah saya mengendalikan perasaan malas menulis? Bisakah saya menulis di sela-sela kesibukan di bulan Ramadan ini? Karena saya masih ngantor. Sampai di rumah jam setengah dua siang. Saya juga ibu yang harus menyiapkan buka puasa bagi keluarga. Pun masih aktif mengelola keputrian masjid. Ikut rame-rame menyiapkan takjil. Seusai tarawih masih tadarus di masjid sampai jam 10-an.

Mampukah saya? Entahlah. Yang pasti sampai hari ke 15 ini saya masih bisa mengalahkan diri saya dengan menulis di sini. Saya masih bertahan karena ternyata tema-tema yang ditawarkan sangat bervariatif. Menantang sih menurut saya. Menambah pengetahuan karena memaksa saya melakukan riset sebelum menulis. Belum lagi ada tema yang fiksi. Heemmm... sudah lama saya nggak menulis fiksi. Terakhir menulis puisi ketika lagi jatuh cinta. Apalagi cerpen. Ah, sudahlah. Biarlah semesta yang memaksa. 

Jadi, untuk menunggu buka puasa biasanya saya memasak. Bagi saya memasak adalah kewajiban yang harus ditunaikan. Tidak boleh tidak. Kecuali lagi lagi malas. hehehe... Sebelum memasak saya akan menulis agar bisa posting. Kapan membacanya? Ya, di sela-sela kesibukan saya tadi. Kamu?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun