Ancaman radikalisme dan terorisme saat ini begitu nyata. Benih-benih intoleransi, radikalisme dan terorisme terus saja bermunculan. Tidak hanya di kota-kota besar, tapi juga masuk hingga ke desa-desa. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga menyebar ke seluruh penjuru dunia. Setelah Suriah dan Iraq yang menjadi daerah kekuasaan ISIS digempur pasukan koalisi, kelompok teroris ini terus melakukan penyerangan ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Selain serangan dalam bentuk bom, teror itu ternyata juga bisa bermacam bentuknya.
Belakangan, Indonesia terus dipenuhi ujaran kebencian. Banyak orang berpendapat ujaran kebencian hanyalah sikap yang tidak baik biasa. Tapi sadarkah kalau ujaran kebencian itu merupakan bagian dari tindakan intoleransi. Sedangkan intoleransi merupakan bibit dari radikalisme. Dan radikalisme bisa mendekatkan diri pada tindakan terorisme. Lalu, bagaimana dengan kita sendiri? Apakah kita selama ini sering melakukan tindakan intoleransi? Jika kita masih melakukan tindakan intoleransi, baik itu dalam bentuk ucapan ataupun perilaku, sebaiknya segera ditinggalkan. Mari kita jadikan bulan Ramadan ini, sebagai bulan introspeksi, berserah diri, dan memperbaiki diri.
Indonesia sendiri berkembang menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Namun, Indonesia bukanlah negara Islam, tapi negara beragama yang juga mengakui agama Kristen, hindu, budha, konghucu dan aliran kepercayaan. Indonesia juga merupakan negara yang mempunyai ribuan suku, yang tersebar di banyak propinsi. Dan setiap suku tentu mempunyai budaya yang berbeda-beda. Atas dasar itulah, negara ini sangat menjunjung tinggi yang namanya toleransi antar umat beragama. Kenapa toleransi penting? Karena Allah SWT menciptakan manusia bermacam-macam. Karena itulah seluruh umat manusia, dianjurkan untuk saling mengenal. Dengan saling mengenal, kita akan bisa memahami perbedaan yang ada.
Lalu, apakah kita selama ini sudah saling mengenal? Atau justru sebaliknya, terpengaruh oleh kebencian yang selama ini dilontarkan kelompok intoleran dan radikal. Kebencian sengaja dimunculkan, agar selalu terjadi pertikaian di masyarakat. Jika pertikaian ini terus terjadi, tidak menutup kemungkinan terjadinya konflik. Dan kalau konflik berkepanjangan terjadi, pada titik itulah kelompok radikal dan terosis akan mudah masuk. Mereka akan menjadikan hal ini sebagai pembenaran, untuk menerapkan konsep khilafah. Lihat apa yang terjadi di Suriah dan Iraq, mulai bergeser ke Mindanao, Filipina Selatan. Indonesia, tentu tidak bisa dilepaskan dari rencana ISIS yang ingin memindahkan kekuasaannya ke Asia Tenggara. Karena otoritas Indonesia begitu kuat, jaringan teroris ini tidak bisa masuk dan menggesernya ke Filipina.
Mari kita bagi tugas. Biarlah aparat keamanan berjaga di perbatasan, melakukan penindakan dan pencegahan masuknnya militan ISIS. Dan sebagai masyarakat biasa, kita juga harus aktif melakukan pencegahan dini. Ancaman teror di Indonesia memang tidak sesering negara lain. Tapi bibit intoleransi dan radikalisme begitu nyata terlihat saat ini. Bibit negatif ini sengaja disusupkan ke berbagai lini. Mulai dari pendidikan, perkantoran, hingga ke pemerintahan. Dan tentu hal ini harus menjadi kewaspadaan kita semua.
Dan di bulan Ramadan ini, sebaiknya kita hilangkan ujaran kebencian. Mari kita perbanyak berbuat baik, dengan tetap mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila yang menjadi dasar negara. Dengan mengkombinasikan nilai agama dan Pancasila, secara tidak langsung kita juga aktif melakukan pencegahan masuknya paham intoleransi, radikalisme dan terorisme pada diri kita. JIka kita sudah bisa menerapkan hal ini, sebaiknya kita mulai menyebarluaskan ke lingkungan sekitar kita. Agar lingkungan dan masyarakat juga mempunyai filter, agar tidak mudah terpengaruh paham-paham yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan tersebut.