Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setop Kebencian, Ganti dengan Semangat Berbagi demi Kedamaian

10 Agustus 2019   22:04 Diperbarui: 10 Agustus 2019   22:18 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damai dalam Kebhinekaan - jalandamai.org

Salah satu bentuk berbagi adalah pembagian hewan qurban ketika hari raya Idul Adha. Daging yang berasal dari hewan qurban tersebut, dibagkan kepada seluruh masyarakat yang membutuhkan.

Tentu saja banyak sekali makna yang tersimpan dibalik pembagian daging qurban tersebut. Selain mempertahankan semangat untuk saling berbagi antar sesama, tradisi pembagian binatang qurban ini juga meneladani nilai-nilai yang telah dicontohkan Nabi Ibrahim. Bahwa segala yang kita punya di dunia ini, sewaktu-waktu harus siap kita berikan jika diminta oleh Allah SWT. Karena yang sesungguhnya memiliki semua ini adalah Allah SWT.

Dengan meningkatkan semangat untuk saling berbagi, diharapkan hati kita akan dipenuhi dengan kesejukan. Tidak ada lagi rasa iri dengki, tak ada caci maki, dan tak ada lagi persekusi.

Semuanya saling berdampingan, saling menghormati dan peduli antar sesama. Jika hal ini bisa dilakukan oleh semua pihak, maka keragaman di Indonesia akan semakin terjaga. Keindahan dan keragaman budaya ini, akan terus bisa dinikmati oleh generasi mendatang.

Tak dipungkiri, di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, justru seringkali dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tak bertanggungjawab untuk menebar kebencian. Kepentingannya pun bermacam-macam. Ada yang sebatas karena tidak suka, antar teman bisa saling menebar kebencian dan saling caci maki.

Karena urusan politik, seseorang juga bisa menebarkan informasi bohong yang disertai bibit kebencian. Di media sosial, tali pertemanan bisa putus karena terprovokasi kebencian.

Antartetangga bisa tidak bertegur sapa, hanya karena terprovokasi kebencian. Bahkan ada yang merasa bagian dari mayoritas, lalu dengan bebas melakukan diskriminasi kepada kelompok minoritas.

Karena kebencian yang berlebihan pula, bisa membuat seseorang terpapar virus radikalisme dan intoleransi. Para pelaku terorisme saat ini, umumnya sudah terpapar bibit radikalisme dan intoleransi terlebih dulu.

Setelah terpapar, umumnya mereka memilih menjadi ekslusive, menutup diri, dan terus membiarkan dirinya dikendalikan oleh kebencian yang berlebihan. Kebencian hanya akan melahirkan permusuhan-permusuhan baru. Sementara negeri ini, berisi keanekaragaman. Dari Aceh hingga Papua, berisi keragaman budaya yang wajib kita jaga dan terus lestarikan ke generasi berikutnya.

Mari kita sudahi bibit kebencian yang masih ada dalam diri. Mari kita sudahi caci maki yang jelas tak ada gunanya, karena bisa memicu terjadinya permusuhan baru.

Di hari raya idul fitri ini, mari kita kuatkan semangat untuk berkurban, agar kepedulain antar sesama terus menguat. Mari kita renungkan esensi dari hari raya kurban ini, agar kita bisa tahu, bahwa masyarakat Indonesia itu adalah masyarakat yang gotong royong, saling peduli dan berbagi. Dengan karakter inilah, yang membuat Indonesia menjadi negeri yang penuh kedamaian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun