Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hilang sudah "Rumah Cantik" itu......

2 Desember 2011   07:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:55 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya dulu selalu terpesona ketika melewati rumah cantik itu... Sekarang sudah berganti dengan kepiluan... Ahhhh..... Betapa kekerasan telah merasuk seorang Ibas. Inilah gambaran rumah semula di Jalan Jl. Teuku Cik Di Tiro and Jl. Ki Mangunsarkoro, Central Jakarta. Rumah yang indah peninggalan Belanda yang didirikan sejak tahun 1932. Yang memalukan lagi, rumah ini sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya. "The house, which has received several awards from the city administration, is protected under a 1993 gubernatorial decree on heritage buildings." Jika memang benar, inikah potret seorang anak presiden negeri tercinta? Inilah gambar baru:

Inilah wujud kekerasan jiwa yang karena merasa punya uang dan juga merasa anak penguasa negeri yang katanya pecinta budaya sendiri. Kuasa adalah perwujudan arogansi. Semakin meningkatkan arogansi menunjukkan semakin tingginya kebodohan. Mereka yang tidak sadar bahwa badan hanyalah ilusi seperti halnya pakaian. Sesaat saja adanya. Tiada yang kekal. Tampaknya senang dan bangga tinggal di rumah baru, tetapi ia telah merusak dirinya sendiri. Ia telah berlaku khufur dengan mengingkari suatu bentuk cagar budaya yang sesungguhnya milik penduduk Jakarta. Katakanlah ia memiliki uang dan kekuasan. Dari manakah berasal? Tanpa ada rakyat Jakarta, mungkinkah ia bisa menjadi anak presiden. Mengapa ia melukai perasaan yang memilihnya? Semoga dugaan ini tidak benar. Sumber: http://www.thejakartapost.com/news/2011/11/29/menteng-heritage-house-lies-ruins.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun