Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bagaimana Mungkin Surga dan Neraka Ada?

2 Juli 2012   00:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:21 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Surga tentu dikaitkan dengan suatu kesenangan dan dan kenyamanan. Dunia ini adalah alam dualitas. Ada senang ada susah. Rasa sehat tidak dapat diperoleh jika tidak mengalami sakit. Adanya pagi karena sebelumnya keadaan malam. Dikatakan terang karena sebelumnya gelap. Inilah alam dualitas. Ada aksi disusul reaksi. Kata surga sebagai imbangan neraka. Dan neraka dikaitkan dengan kesengsaraan dan hukuman.

Kita dapat merasakan senang atau rasa dapat dipastikan dipicu dari senasational rasa badan kasar. Rasa dari kenyamanan badan kasar ini kemudian ditransmisikan kepada otak, kemudian didefinisikan dengan rasa senang atau bahagia. Sedikit orang yang bisa merasakan kebahagiaan tanpa bergantung pada keadaan di luar badan. Hanya mereka yang sudah mampu melakukan perjalanan ke dalam diri bisa melepaskan ketergantungan benda duniawi untuk menggapai kebahagiaan tanpa bergantung benda duniawi.

Jika anda termasuk yang minoritas tersebut, tulisan ini bukan untuk anda. Ini yang disebut moksha atau nirvana. Lepasnya keterikatan atau kemelkatan dunia. Dan itu memang tujuan kelahiran manusia. Kebahagiaan sejati tidak terjadi selama masih bersandar pada benda yang tidak kekal.

Kembali tentang neraka. Neraka tentu dikaitkan dengan kehidupan setelah kematian badan. Dan menurut pemahaman yang akan mengalami penyiksaan adalah jiwa atau ruh. Bagi saya, jiwa ini netral dan maha hidup. Ia tidak terpengaruh oleh hukum dualitas. Ia netral adanya bagaikan energi listrik. Badan ini bisa hidup karena adanya jiwa. Sedangkan perbuatan baik dan buruk adalah konsep pikiran.

Seseorang melakukan perbuatan kejahatan yang akhirnya merugikan orang lain atau lingkungan akrena dipicu oleh keinginan memuaskan sensasi kenikmatan badaniah. Jadi yang merasakan kenyamanan adalah si badan kasar. Dari kenyamanan badaniah kemudian timbul sensasi kenikmatan dalam pikiran. Jiwa tidak merasakan kenayamanan ini.

So, aneh sekali jika kemudian jiwa disiksa di neraka akibat perbuatannya di dunia? Bukankah ini tidak sesuai dengan hukum sebab akibat? Dalam salah satu kitab suci yang dianut oleh mayoritas penduduk bumi secara jelas dan tegas dinyatakan bahwa setiap anggota badanmu bertanggung jawab atas perbuatannya. Secara tegas dikatan badan fisik. Kasihan benar sang jiwa yang tidak merasakan kenyamanan dari gesekan badan harus menderita karena ulah si badan kasar karena nafsu pemuasan dunia. Dimana letak keadilannya?

Jikapun ada yang tidak setuju dengan pemikiran saya, itu jug hak setiap orang. Bagaimana mungkin pemikiran di katakan benar atau salah? Selama pemikiran tersebut belum diwujudkan dalam dunia nyata, tidak bisa disalahkan...

Selamat merenung... Karena surga dan neraka pun konsep pikiran...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun