Artinya: "Kenalilah (= ketahuilah) dirimu sendiri!"
Demikian anjuran Socrates, filsuf dari Athena, Yunani (469 SM-399 SM). Menurut Socrates, Gnothi Seauton adalah hal yang harus dilakukan oleh manusia. Suatu bentuk kontemplasi perihal diri sendiri.
Mengapa tiba-tiba saya ingin menulis hal ini? Fadli Zon. Fadli Zon? Ya. Fadli Zon. Fadli Zon (FZ) menginspirasi saya menulis ini.
Seperti diberitakan oleh media, bahwa Sri Mulyani Indrawati (SMI) kembali dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik se-Asia Pasifik tahun 2019 versi majalah FinanceAsia. Dengan demikian, telah tiga kali Beliau mendapat penghargaan yang sama, yakni tahun 2017, 2018, dan tahun ini.
Namun, FZ menanggapinya seperti ini:
FZ rupanya adalah pribadi yang bersungguh-sungguh dalam perannya sebagai seorang oposan atau anggota dari partai oposisi, Gerindra, yakni menjadi penentang dan pengritik. Akan tetapi, apakah seorang oposan tidak dapat lagi melihat yang baik?
Totalitas FZ mengingatkan saya akan jenis pribadi yang ibaratnya adalah bagaikan seorang yang bersungguh-sungguh mencermati lumpur dengan seksama sehingga tanpa sadar ia telah ada di dalam lumpur pula. Oleh sebab itu, matanya tidak lagi melihat langit yang biru. Yang ada hanya lumpur semata.
Tiga tahun berturut-turut SMI mendapat penghargaan itu. Artinya, orang luar saja bisa melihat, bahwa ada yang patut dihargai dari kerja SMI selaku Menkeu di NKRI. Akan tetapi, FZ tidak menghargai itu. Yang baik pun dilihatnya "lumpur".
Mungkinkah FZ sudah tidak dapat lagi melihat "langit yang biru"? Jika demikian, pertanyaan saya: Penghargaan apa yang sudah diberikan oleh dunia kepada FZ hingga mengharumkan nama Indonesia di mata dunia?