Mohon tunggu...
Hendy Mustiko Aji
Hendy Mustiko Aji Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Universitas Islam Indonesia

Dosen di Universitas Islam Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jadilah Mahasiswa Kritis Namun Berakhlak

5 Juli 2017   19:55 Diperbarui: 5 Juli 2017   20:04 3265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: shutterstock.com

Saya rasa sudah bukan zaman nya lagi dosen selalu benar dan mahasiswa selalu salah. Bukan lagi zamannya dosen harus 'mutung' ketika dikoreksi mahasiswa. Dosen berposisi sebagai seorang fasilitator di dalam kelas yang bertugas membuka kelas dengan materi, memantik serta memandu diskusi.

Stop disini, jangan senang dulu!

Saya tidak sedang memancing-mancing mahasiswa untuk seenaknya merasa benar dari dosennya atau seenaknya membantah dosennya. Jika mahasiswa ingin meng counter argumen dosen, syaratnya harus dilakukan dengan argumentasi logis, teori dan ilmu yang jelas. Bukan berdasarkan perasaan. Diskusi harus bersifat objektif bukan subjektif. Sehingga, jika ingin berbeda pendapat dengan dosen di dalam kelas, syaratnya adalah harus MEMBACA lebih banyak dan MEMAHAMI lebih mendalam. 

Bukankah tujuan kuliah supaya bertambah wawasan dan pemahaman serta menjadi pintar? Bukankah dengan kuliah yang tadinya kita tidak mengerti akhirnya menjadi mengerti? Kalo 'asal-asalan' berbeda pendapat dengan dosen tanpa ilmu (hanya berdasarkan perasaan/subjektifitas), lalu untuk apa kuliah? Jangan merasa lebih benar dari dosen jika tidak memiliki landasaran ilmiah. 

Dosen pun begitu. Ketika mendapatkan argumentasi yang bersifat ilmiyah dari mahasiswa harusnya open-minded. Kalo salah harus mau akui salah. Dosen juga manusia, sehingga melakukan kesalahan sudah merupakan hal yang wajar. 

Diatas semua itu, meskipun dosen tidak selalu benar, namun tetap posisi dosen adalah orang yang dihormati di dalam kelas. Oleh karenanya, mahasiswa wajib menjaga akhlaq kepada dosen. Ketika ingin berargumen dengan dosen di dalam kelas (maupun di luar kelas), lakukanlah dengan akhlaq yang baik. 

Penelitian, seperti ditulis oleh Bill Taylor dalam Harvard Business Review, menunjukkan bahwa HRD perusahaan ketika merekrut calon karyawan bukan melihat pada pengetahuan (knowledge) atau keahlian (skill). Yang mereka lihat adalah sikap/akhlaq (attitude). (baca artikel). Alasannya karena skill dan knowledge bisa dilatih atau didapatkan dengan waktu yang relatif lebih cepat. Berbeda dengan akhlaq/sikap yang sudah jadi ciri seseorang. Melatihnya membutuhkan waktu puluhan tahun.

Itulah mengapa para ulama Islam terdahulu membekali anak anak mereka dengan pendidikan akhlaq selama 20 tahun lamanya sebelum diberikan pendidikan lainnya. Itulah pentingnya akhlaq yang menjadi pondasi baik/buruknya pendidikan seseorang.

So, simpulannya dosen bukanlah dewa yang selalu benar namun tetap menjadi orang yang dihormati didalam kelas. Mahasiswa bisa berbeda pendapat dengan dosen asal sudah banyak membaca dan punya pemahaman mendalam. Semua itu harus dibungkus dengan akhlaqul karimah.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun