Mohon tunggu...
Hendra Fahrizal
Hendra Fahrizal Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Certified Filmmaker and Script Writer.

Hendra Fahrizal, berdomisli di Banda Aceh. IG : @hendra_fahrizal Email : hendrafahrizal@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Besarnya Nilai Music Scoring dalam Film bagi Saya

28 Juni 2017   20:04 Diperbarui: 28 Juni 2017   20:09 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dulu, kalau bukan karena akhirnya saya berkecimpung ke dunia radio tanpa sengaja, mungkin saya dulu bercita-cita jadi pemusik, dengan minat khusus pada music scoring. Music scoring adalah sebuah ilustrasi musik dalam sebuah produk visual, seperti film, yang membuat adegan dalam film tersebut lebih dramatis. Lalu bila pada akhirnya saya masuk menjadi seorang videografer, saya semakin merasa penting dengan music scoring yang tepat pada sebuah adegan. Itulah mengapa saya mengedit sendiri produk video yang saya produksi, karena saya sering merasa tak puas dengan pilihan musik editor lain. Tentu itu tidak untuk semua hasil video saya, tapi untuk beberapa video tertentu yang memiliki nilai jual atau sebagai showreel.

Sejak dulu saya senang mendengar music scoring. Dimulai dari film yang saya daulat sebagai maharaja music scoring seperti Somewhere in Time, Indiana Jones, West Side Story, lalu ada The Mask of Zorro, Toy Story, Lion King, Evita, hingga Titanic atau bahkan opening theme song serial TV jadul seperti Bonanza, Oshin, Full House, Little House on the prairie hingga The A Team. Pada era terkini, saya masih menjadi seorang "pengamat" music scoring dan suka menilai mana film yang bagus dan buruk scoringnya. Beberapa music scoring paling bagus dalam film era 200an adalah Love Actually, The Holiday dan The Davinci Code. Kalau film Cina saya suka scoring Fist of Fury (Jet Lee).

Film Indonesia saya suka music scoring Film Soekarno (2016), itu adalah salah satu music scoring film Indonesia terbaik menurut saya. Tentu saja, ternyata Tya Subiakto penata musiknya menggunakan jasa orkestra dari Rusia untuk mendukungnya. Tapi walau bagaimanapun, salut untuk Tya. Pada era lampau, tentu Idris Sardi tak ada lawannya, mulai dari film Pengkhianatan G 30 S/PKI sampai film Cut Nja' Dhien, Sardi benar-benar dapat merepresentasikan drama dalam film tersebut dalam gesekan biolanya. Luar biasa.

Tapi ada pula film-film bagus yang tidak maksimal (kalau tak boleh dibilang jelek) karena music scoring-nya kacau. Tapi yang ini tak banyak. Yang lebih sering adalah sebuah film dipercayakan penggarapan soundtrack (lagu tema) pada band atau penyanyi yang bukan seorang kreator music scoring, seperti Nidji (Laskar Pelangi), Peterpan/Noah (Alexandria), Melly Goeslaw (beberapa film) dan beberapa musisi terkenal lain.

Kalau untuk seorang kreator music scoring, ternyata ada beberapa orang yang dikenal artis yang kita kenal sebagai non musisi yang mampu membuat scoring dan soundtrack yang bagus, seperti Erros Djarot (Badai Pasti Berlalu) hingga Liliana Tanoesoedibjo yang menciptakan lagu soundtrack Surat Untuk Kartini. Untuk nama yang pertama, ia bahkan membuat lagu untuk Fryda Luciana, yang belakangan dirilis ulang oleh Agnes Mo, Rindu. Merujuk album Fryda, saya menyebut itu adalah sebuah album mahakarya.

Note : Tulisan tersebut adalah pendapat pribadi berdasarkan selera penulis. Nama-nama judul film atau musisi penggarap yang disebut diatas tentu bukan satu-satunya, bila ada judul flm atau penggarap musik yang luput disebut, bukan berarti karyanya tak diakui, hanya saja luput dari ingatan saya semata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun