Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Mati Ketawa a la Ahok

26 April 2017   19:47 Diperbarui: 27 April 2017   05:00 1688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potongan gambar tentang Ahok. Sumber: instagram

Generasi “X” mungkin masih ingat sebuah bacaan berjudul Mati Ketawa a la Rusia (Russia Dies Laughing)Humor yang materinya kebanyakan berbau politik. Saking booming-nyajudul itu jadi plesetan bermacam-macam. Maklum, orang Indonesia kan kreatif hehe...

Judul ini hanya terinspirasi dari terbitan tersebut. Bukan membahas candaan Ahok dan tentang dirinya. Ntar ada tersinggung, kena pasal penghinaan :).

Baiklah, pada intinya saja. Ahok alias Basuki dan pasangannya, Djarot dalam memimpin ibukota, barangkali akan menjadi sebuah legenda. Kisah kepemimpinannya akan tetap terkenang sepanjang masa.

Kekalahannya dalam periode kedua tahapan pilkada DKI Jakarta oleh isu SARA adalah sebuah kenyataan yang tragis. Survei tingkat kepuasan masyarakat yang hampir mencapai 80%, kandas hingga setengahnya. Akal sehat menjadi anomali (sesuatu yang tidak bisa diprediksi secara akal sehat).

Pepatah Jawa, “Kalau kamu tidakmau disebut orang yang tidak genap (ganjil; tidak waras), seharusnya (yang benar), kamu akan memilih yang genap.”
Pepatah Jawa, “Kalau kamu tidakmau disebut orang yang tidak genap (ganjil; tidak waras), seharusnya (yang benar), kamu akan memilih yang genap.”
Sudah banyak analisa yang ditulis netizen dan para pakar soal hal ini. Mulai dari yang serius hingga yang jenaka. Dari yang bersifat fantasi hingga ke yang bersifat rohani. Ya, intinya semua menyayangkan fenomena atau peristiwa seperti ini bisa terjadi di ibukota, tempat yang digadang-gadang sebagai simbol kebhinnekaan Indonesia. 

Hasil qiuck count lembaga survei memang memenangkan pasangan Anies-Sandi. Masih dini, belum final, karena menunggu keputusan resmi KPUD. Tapi sebagaimana yang kita tahu, deklarasi dan pesta kemenangan sudah berlangsung. Ucapan selamat telah disampaikan. Bisik-bisik rencana program Jakarta 2018 juga terlaksana di kantor gubernur.

Sikap pendukung calon yang kalah, menarik untuk dicermati. Tak ada aksi anarki. Semua terlihat legawa, meskipun terselip rasa kecewaMeski calon yang didukung tidak berhasil menjadi jawara, tapi warga (pendukung) tetap merasa menang. Luar biasa untuk hal ini. Ucapan terima kasih mengalir begitu deras. Sikap kedewasaan ini antara lain tertuang dalam meme instagram seperti ini.

Basuki Djarot di mata pendukung. Sumber: instagram
Basuki Djarot di mata pendukung. Sumber: instagram
Duet kepemimpinan Basuki Djarot (BaDja) bukanlah usai pasca pilkada putaran kedua (19/4/2017) lalu. Masa jabatan itu baru akan berakhir pada Oktober 2017. Namun demikian, dari statement petahana terlihat jelas semangat pelayanan terhadap warga Jakarta yang tidak melemah seiring dengan kabar pahit ‘kekalahan’ mereka. Proyek-proyek prestius akan terus menjadi warisan karya monumental mereka. Ketulusan kerja keras mereka benar-benar nyata.

Barangkali juga, sepanjang pengetahuan, baru di tangan merekalah konsep kepemimpinan disebut “pelayan”. Jauh dari hingar-bingar wajah perpolitikan pada umumnya. Bahwa menjadi pemimpin itu bukan seperti raja yang ingin dihormati. Pemimpin yang tidak membutuhkan fasilitas guna menopang jabatannya. Tetapi pemimpin adalah seorang pelayan. Ia harus mau merendahkan diri pada orang-orang yang dipimpinnya. 

Pesan Ahok dan Simpang Semanggi. Sumber: instagram
Pesan Ahok dan Simpang Semanggi. Sumber: instagram
Terkhusus, di balik ketegaran seorang Basuki sebagai pucuk pimpinan, dalam menghadapi tekanan massa yang tidak suka pada sikap dan cara kerjanya, dia tetaplah manusia biasa. Bukan dewa atau malaikat. Justu dari kelemahan (kepasarahan)-nya, kita tahu akan sosoknya religius. Imannya sebagai seorang kristiani taat menjadi sebuah batu uji dan sosok keteladanan.  

Bahkan terbaru, dalam sidang pembelaan (25/4/2017) kasus yang menimpanya, kembali hal itu disampaikannya. “... saya (seakan mendapat) penghiburan dan kekuatan baru untuk terus berani melawan arus menyatakan kebenaran dan melakukan kebaikan, sekalipun seperti ikan kecil Nemo dilupakan, karena saya percaya di dalam Tuhan segala jerih payah kita tidak ada yang sia-sia. Tuhan yang melihat hati, mengetahui isi hati saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun