Generasi “X” mungkin masih ingat sebuah bacaan berjudul Mati Ketawa a la Rusia (Russia Dies Laughing). Humor yang materinya kebanyakan berbau politik. Saking booming-nya, judul itu jadi plesetan bermacam-macam. Maklum, orang Indonesia kan kreatif hehe...
Judul ini hanya terinspirasi dari terbitan tersebut. Bukan membahas candaan Ahok dan tentang dirinya. Ntar ada tersinggung, kena pasal penghinaan :).
Baiklah, pada intinya saja. Ahok alias Basuki dan pasangannya, Djarot dalam memimpin ibukota, barangkali akan menjadi sebuah legenda. Kisah kepemimpinannya akan tetap terkenang sepanjang masa.
Kekalahannya dalam periode kedua tahapan pilkada DKI Jakarta oleh isu SARA adalah sebuah kenyataan yang tragis. Survei tingkat kepuasan masyarakat yang hampir mencapai 80%, kandas hingga setengahnya. Akal sehat menjadi anomali (sesuatu yang tidak bisa diprediksi secara akal sehat).
Hasil qiuck count lembaga survei memang memenangkan pasangan Anies-Sandi. Masih dini, belum final, karena menunggu keputusan resmi KPUD. Tapi sebagaimana yang kita tahu, deklarasi dan pesta kemenangan sudah berlangsung. Ucapan selamat telah disampaikan. Bisik-bisik rencana program Jakarta 2018 juga terlaksana di kantor gubernur.
Sikap pendukung calon yang kalah, menarik untuk dicermati. Tak ada aksi anarki. Semua terlihat legawa, meskipun terselip rasa kecewa. Meski calon yang didukung tidak berhasil menjadi jawara, tapi warga (pendukung) tetap merasa menang. Luar biasa untuk hal ini. Ucapan terima kasih mengalir begitu deras. Sikap kedewasaan ini antara lain tertuang dalam meme instagram seperti ini.
Barangkali juga, sepanjang pengetahuan, baru di tangan merekalah konsep kepemimpinan disebut “pelayan”. Jauh dari hingar-bingar wajah perpolitikan pada umumnya. Bahwa menjadi pemimpin itu bukan seperti raja yang ingin dihormati. Pemimpin yang tidak membutuhkan fasilitas guna menopang jabatannya. Tetapi pemimpin adalah seorang pelayan. Ia harus mau merendahkan diri pada orang-orang yang dipimpinnya.
Bahkan terbaru, dalam sidang pembelaan (25/4/2017) kasus yang menimpanya, kembali hal itu disampaikannya. “... saya (seakan mendapat) penghiburan dan kekuatan baru untuk terus berani melawan arus menyatakan kebenaran dan melakukan kebaikan, sekalipun seperti ikan kecil Nemo dilupakan, karena saya percaya di dalam Tuhan segala jerih payah kita tidak ada yang sia-sia. Tuhan yang melihat hati, mengetahui isi hati saya.