Mohon tunggu...
Hendi Setiyanto
Hendi Setiyanto Mohon Tunggu... Freelancer -

Menulis itu mencerahkan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mencari Aul di Curug Aul

11 November 2015   10:03 Diperbarui: 11 November 2015   12:45 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Panorama dari atas bukit menuju curug Aul"][/caption]Sebelumnya jika ditanya apakah kamu tau apa itu binatang Aul? Saya dulu menjawab jika Aul adalah sejenis binatang mirip beruang yang tinggal di hutan dan suka menakut-nakuti manusia. Atau kalau orang Banyumasan menjadikan kata Aul sebagai kata makian untuk perumpamaan yang buruk.

Masih ingat betul ketika masih kecil dulu, jika saya rewel maka akan ditakut-takuti oleh para orang tua dengan binatang Aul. Tapi sebenarnya Aul itu apa? Menurut beberapa orang yang saya tanya, Ya..Aul adalah memang sejenis anjing hutan yang tentunya sering ditemukan di hutan. Mereka tentunya termasuk hewan buas dan berbahaya bagi manusia jika kebetulan bertemu dan mengganggunya.

Tapi saya tidak akan membahas Aul berupa nama binatang, akan tetapi kali ini saya akan menceritakan perjalanan yang baru saja dilakukan. Kali ini nama Aul diabadikan untuk sebuah nama air terjun [curug] yang berada di desa Tanalum, kecamatan Rembang, kabupaten Purbalingga.

Lokasinya sendiri berada di hutan pinus dan berada di sebuah bukit di atas desa Tanalum. Untuk mencapainya, dari depan monumen tempat kelahiran jenderal Soedirman lurus saja mengikuti jalan raya menuju ke kecamatan Rembang. Ketika sudah sampai di pertigaan masjid Nurul Iman desa Sumampir, silakan pilih jalan lurus saja dan sedikit menanjak. Akses jalan sampai tempat tujuan kondisinya sangat bagus dan mulus karena baru saja diperbaiki.

Jika anda masih bingung, berhenti saja dan tanya pada orang yang berada di pinggir jalan. Dengan ramah [kebanyakan,dari pengalaman] mereka akan menunjukan di mana letak curug Aul berada. Kami berdua saat itu bertanya di mana letak curug berada kepada serombongan anak-anak yang sepertinya akan pergi bermain. Walaupun masih kecil tetapi ketika ditanya mereka menjawab dengan jelas dan ramah. Bahkan kami menanyakan kira-kira berapa jarak yang harus ditempuh kemudian mereka menjawab sekitar setengah jam saja.

Setelah dirasa cukup jelas, kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan motor. Kali ini temenku yang nyetir, sementara saya duduk di jok belakang. Rute yang harus ditempuh memang naik turun dan sedikit berkelok akan tetapi karena jalannya mulus, kami menikmatinya siang itu.

Hingga pas nyampai pertigaan jalan kami memutuskan berhenti sejenak karena bingung kemana arah jalan yang harus dilewati. Sembari menunggu orang lewat kami menepi di pinggir jalan, syukurlah ada seorang ibu dengan anaknya yang naik motor dan sepertinya sehabis pergi berbelanja. Setelah dengan sopan kami bertanya, akhirnya kami diantarkan hingga pertigaan jalan berikutnya. Kami mengikuti si ibu tadi dengan motor secara pelan-pelan.

Kami sampai di pertigaan yang dimaksud si ibu tadi dan atas sarannya supaya lurus saja mengikuti jalan di depan. Jika menemui pertigaan lagi silakan pilih jalan yang lurus saja jangan belok ke kanan dan sebuah lapangan menjadi tanda jika lokasi sudah dekat. Kami pun mengikuti saran si ibu dan benar adanya pas di pertigaan terdapat plang lokasi curug Aul berada.

[caption caption="Saung meeting milik Perhutani, tanda curug Aul sudah dekat"]

[/caption]

Awalnya kami memutuskan akan naik ke bukit dengan motor [jalan menuju bukit dan curug beraspal akan tetapi sudah rusak] tapi kata bapak-bapak yang berada di pinggir jalan sebaiknya jalan kaki saja. Karena selain jalannya rusak juga biar motor aman dan dengan ramahnya si bapak tadi menawarkan halaman rumahnya untuk dijadikan tempat penitipan motor. Oh ya..si bapak yang baik tadi bernama pak Sandi, lelaki berperawakan pendek dan sudah agak tua tapi sangat ramah. Selain ramah pak Sandi juga menjelaskan bahwa saat ini kondisi curug Aul sedang kering karena musim kemarau. Kami pun mengiyakan saja akan tetapi rasa penasaran seperti apa kondisi curug membuat kami terus melanjutkan perjalanan.

Kami harus berjalan menaiki bukit dengan jalan berbatu dan sedikit bekas aspal yang masih tersisa. Sepertinya tempat ini dulunya pernah diperhatikan oleh pemerintah sebagai tempat wisata akan tetapi saat ini kondisinya sedikit mangkrak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun