Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pilot Sukhoi Terjun Payung ?

13 Mei 2012   00:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:23 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu malam, 12 Mei 2012, Metro TV memberitakan ditemukannya seorang korban yang diduga pilot Sukhoi SJ 100. Disebutkan di dekat korban yang ditemukan meninggal itu ditemukan parasut.   Apakah ini jawaban atas keheranan seorang anggota Wanadri pada Sabtu siang atas penemuan sesosok korban di jalur Curug Nangka, artinya cukup jauh dari lokasi pesawat menabrak tebing?

Perlu penyelidikan lebih lanjut dari Basarnas dan KNKT atas berita ini, karena bila benar parasut yang ditemukan merupakan perangkat yang digunakan pilot, tentu mengherankan seorang pilot sipil menyiapkan dirinya bak seorang pilot pesawat tempur.  Beberapa tahun lalu pada saat uji coba penerbangan perdana pesawat super jumbo A 380, semua pilotnya mengenakan parasut, mereka diinstruksikan untuk melompat keluar dari pesawat begitu pesawat menunjukkan gagal terbang. Hanya saja saat uji terbang A 380, pesawat terbang di atas laut dan tidak membawa penumpang selain para penerbang penguji. Perbedaan lainnya penerbangan perdana A 380 merupakan test flight bukan demo flight atau joy flight.

Klarifikasi ini perlu mengingat tanggungjawab seorang pilot pesawat terbang komersial seperti halnya  seorang nakhoda kapal laut, dalam keadaan darurat mereka harus menyelamatkan para penumpangnya terlebih dahulu sebelum menyelamatkan jiwanya sendiri.

KLARIFIKASI 15 Mei 2012:

Penjelasan dari Kepala Basarnas  yang saya monitor di TV dan juga penjelasan Prof Mardjono Siswosumarno dari KNKT pada acara Indonesia Lawyers Club, Sukhoi yang jatuh di Gunung Salak memang membawa parasut, tetapi parasut itu bukan digunakan pilot untuk menyelamatkan diri, melainkan untuk 'membawa' emergency kit.  Dicontohkan bila pesawat mendarat darurat di Siberia dan jauh dari mana-mana, maka emergency kit yang antara lain membawa makanan berguna untuk menyelamatkan awak dan penumpang pesawat yang selamat.

Demikian update untuk tulisan saya tanggal 13 Mei 2012.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun